Bab 1 Prolog
Bab 1 Prolog
__Jika seseorang tidak berjuang untuk mengejarmu, maka jangan keluarkan hal yang sama untuk bertahan mencintainya.__
Pagi itu, aku bangun dengan sangat bersemangat. Ya, bersemangat karena hari ini aku dan Matt akan melihat reservasi gedung yang telah dipesankan ayah untuk pertunangan kami. Tidak sabar rasanya, untuk segera melihat persiapan reservasi gedung menuju hari-H pertunangan kami.
Sebenarnya, aku tak begitu menyukai acara di gedung. Aku lebih suka pesta atau acara yang sederhana di rumah. Tapi, Matt tunanganku dan ayahku bersikeras menginginkan pesta yang mewah disebuah gedung yang juga mewah.
Matt bilang, dia menginginkan pesta yang mewah dan megah karena dia akan mengundang banyak relasinya. Dia tak mau kalau hanya mengadakan pesta rumahan biasa. Dan ayahku pun mengamininya, karena ayah juga akan banyak mengundang banyak klien dan relasinya di acaraku itu.
Aku hanya bisa menuruti, apa yang di inginkan kedua orang yang sangat kucintai itu. Mungkin aku terlihat lemah, tapi itulah aku. Aku begitu mencintai Matt, sampai apapun katanya pasti kuturuti. Begitu cintanya aku pada Matt, sampai kadang orangtuaku pun tak begitu menyukai hal itu.
Ya, terutama ibuku. Beliau tidak begitu suka dengan Matt, dan beliau juga tidak menyukai caraku dalam mencintai Matt. Ibuku pernah berkata, 'harusnya kalau kalian berdua memang saling mencintai, hilangkanlah ego yang ada pada diri kalian masing-masing.'
Tapi, tidak untuk kisahku dan Matt. Kadang kumerasa, hanya aku yang mencintai Matt dengan menggebu-gebu. Dia sama sekali tidak mencintaiku sebesar aku mencintainya. Tapi, lagi-lagi itu mungkin hanya perasaanku.
Aku mengenal Matt dulu, saat aku dan teman-temanku liburan kesatu pantai. Saat kami sedang asyik bermain di pantai, tak sengaja aku terseret ombak yang lumayan besar. Aku yang tidak bisa berenang, merasa kalau kala itu adalah akhir dari cerita hidupku.
Tubuhku kaku, tangan dan kakiku keram. Aku tak lagi bisa bernapas, tenggorokanku tercekat dan paru-paruku terasa sesak penuh terisi oleh air. Tiba-tiba saat aku tenggelam, aku melihat gulungan ombak yang berputar pada satu poros.
Dari tengah poros itu, keluarlah sesosok bayangan. Sosok itu lama kelamaan mendekat kearahku dan coba menarik lenganku ke atas. Sosok yang tak begitu terlihat itu perlahan menghilang.
Setelahnya, aku terbangun di sisian pantai. Teman-temanku berkumpul mengerubungiku. Lusy, salah satu sahabat terbaikku menangis keras dibanding temanku yang lain.
Dia langsung memelukku saat tahu, aku sudah terbangun dari pingsanku. Diantara semua temanku, ada sesosok laki-laki yang berdiri memandangku dengan hangat.
"Cleo, akhirnya kau sadar juga. Aku sudah takut sekali, saat melihat kau terseret ombak tadi. Kupikir kau takkan selamat. Untung saja, ada Mattew yang menolongmu," ujar Lusi.
"Siapa Mattew?" tanyaku.
"Aku, yang bernama Mattew, kebetulan aku juga sedang berlibur di pantai ini. Dan tadi, kebetulan juga aku melihatmu tenggelam didekat pantai. Aku menolongmu, karena kupikir kau tak bisa berenang dan akan tenggelam," jelas Mattew.
"Terima kasih Mattew, karena kau telah menolongku."
"Matt, panggil saja aku Matt. Dan untuk terimakasih itu, aku akan menerima ucapan terimakasihmu jika kau mau berjanji mentraktirku satu saat nanti."
"Hahaha... tenanglah kalau tentang itu. Aku berjanji pasti akan mentraktirmu."
***
Mulai dari saat itu, aku dan Matt sering bertemu. Kami selalu saja tidak sengaja bertemu dalam berbagai acara. Hingga lama kelamaan tumbuh benih cinta dalam hatiku.
Tak makan waktu lama, dua bulan setelah pertemuan kami. Matt menyatakan cintanya padaku. Dia bilang sebenarnya ia sudah menyukaiku dari awal kami bertemu dulu.
Aku pun sama dengannya, sebenarnya aku sudah respect dengan Matt dari awal aku melihatnya menyelamatkanku di dalam air. Sosoknya, yang keluar dari dalam poros air yang bergelung itu membuatku takjub.
Dan saat aku tersadar, semua orang memberitahuku bahwa Matt yang menyelamatkanku. Bertambahlah rasa kagum dan takjubku padanya. Lama-kelamaan aku pun merasakan bahwa aku telah jatuh cinta padanya.
Jadi hari itu, saat dia menyatakan cintanya padaku. Aku langsung menerima pernyataan cintanya. Dan mulai saat itu, kami resmi menjadi sepasang kekasih. Sampai tak terasa enam bulan sudah, kami menjadi sepasang kekasih. Matt ingin meresmikan hubungan kami kearah yang lebih baik. Dia mengutarakan niatnya itu kepada kedua orangtuaku.
Matt ingin bertunangan denganku. Ayahku sangat setuju dengan hal itu, karena Matt dan ayah sudah sangat dekat. Aku bahkan pernah merasa iri atas kedekatan mereka berdua. Ayah berulang kali berniat menjodohkanku dengan Matt, karena dia memang sudah sangat mempercayai Matt.
Tapi, ibuku menganggap ini terlalu cepat untuk hubunganku dan Matt. Ibu takut, kalau kami belum mengenal dengan baik satu sama lainnya. Karena ibu melihat sepertinya Matt tidak mencintaiku sebesar aku mencintainya.
Entahlah, mungkin itu hanya perasaan sensitif seorang ibu saja. Beliau yang melahirkanku, jadi mungkin beliau juga tahu mana hal yang terbaik dan tidak untukku.
Meskipun ibu tak terlalu setuju dengan pertunangan ini, aku dan ayah tetap setuju dengan rencana Matt bertunangan denganku.
Pagi ini, aku dan Matt akan pergi melihat sudah sampai mana persiapan reservasi gedung yang akan kami sewa tersebut.
Tok tok tok!!
"Cleo, Matt sudah menunggumu dibawah. Apa kau ada janji dengannya?" panggil ibu.
"Ya bu, suruh dia tunggu sebentar. Lima menit lagi aku akan siap dan segera turun."
Aku menuruni tangga kamarku dan bergegas lari kepelukan Matt. Dia mengecup kepalaku dan mengucapkan selamat pagi.
"Halo, sayang selamat pagi. Bagaimana tidurmu semalam?"
"Pagi Matt, aku sangat tertidur pulas semalam. Ayo kita segera pergi Matt nanti siang aku ada acara lagi bersama teman-temanku." ajakku.
"Kalian tidak sarapan dulu nak?" tanya ibu.
"Tidak usah bu, nanti dijalan saja kami mampir ke restoran terdekat."
"Baiklah, hati-hati kalau begitu." pesan ibu.
"Baik bu, kami berangkat dulu." pamit Matt.
Pagi itu sampai sore, aku disibukkan oleh segala persiapan pertunanganku dengan Matt. Pagi hari, aku dan Matt melihat persiapan gedung, siangnya aku dan Matt berpisah, Matt kembali ke kantornya. Dan aku pergi bersama teman-temanku, Lusy dan Kia. Mencari gaun untuk mereka berdua pakai di acaraku besok.
Aku sangat menyayangi kedua sahabatku itu. Kami sudah bersahabat dari kecil, kami bertiga selalu bersama-sama. Dan kini, saat aku akan bertunangan aku ingin dua sahabatku tampil dengan gaun yang senada denganku.
Jadi kami bertiga siang ini sengaja meluangkan waktu bersama untuk mencari gaun yang pas dan senada dengan gaun yang akan kupakai esok hari.
Kami selesai berkeliling dan belanja menjelang malam hari. Aku melupakan sesuatu yang penting, Mimi kucingku lupa kubelikan susu.
"Guys, sepertinya aku harus pulang duluan deh," kataku.
"Kenapa tidak pulang bersama kita?" tanya Lusi.
"Aku lupa beli susu untuk Mimi. Aku takut dia pasti sudah kelaparan menungguku. Sampai besok lagi teman-teman," sahutku buru-buru pergi.
Aku pergi ke swalayan dekat rumahku dan segera membeli susu untuk Mimi. Saat di depan gang menuju swalayan aku melihat sekilas bayangan hitam lewat dibelakangku. Tapi saat aku menengok bayangan itu telah pergi. Malah kulihat ada seekor kucing hitam mengeong keras dan menjerit. Entah apa yang dilihat kucing itu, ia langsung lari tunggang langgang.
Selesai membeli susu Mimi, aku bergegas pulang. Tak mau Mimi kelaparan karena menunggu kepulanganku. Saat aku ingin menyeberang jalan, handphone ku berdering. Aku coba mengangkat teleponku itu.
Selagi aku sibuk dengan telepon di tanganku, kumerasa ada seseorang yang mendorongku ke tengah jalan. Aku merasa tersungkur, dan terjatuh ditengah jalan itu.
Persis didepanku, kulihat ada sebuah mobil avanza hitam akan menerjangku. Dan setelahnya, Bbburrrgghhhhh cciiittttttt...!!!!!!!!
Aku tak tahu lagi apa yang tengah terjadi pada diriku. Aku merasa sakit sebentar, setelah itu, aku merasa seperti melompat keluar dari dalam tubuhku. Aku sendiri tak paham dengan semua hal yang sedang terjadi ini.
Aku berdiri di ujung jalan dan termenung bingung, "apa yang sedang kulakukan di sini? Apa yang sebenarnya tengah terjadi?" batinku bertanya.
Aku melihat banyak orang berkerumun ditengah jalan raya di depanku. Tapi, aku tak tertarik. Aku sendiri pun bingung sebenarnya, sedang apa aku tiduran di jalanan begini.