Pustaka
Bahasa Indonesia

0h, My Brother!

96.0K · Tamat
CHERRY BLOSSOM
78
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

⚠️⚠️⚠️⚠️ Mature content! Banyak adegan dewasa yang hanya cocok untuk usia 21 tahun ke atas. Harap kalian bijak menyikapi dan sesuaikan usia kalian. Waktu tidak mungkin bisa diputar kembali, selaput dara yang telah robek tidak mungkin bisa kembali utuh. Grace hanya bisa pasrah menerima bahwa kini ia bukan gadis yang suci lagi. "Kau benar-benar iblis yang tidak berperasaan." Akhirnya hanya itu yang mampu Grace lontarkan dari sekian banyaknya cacian dan makian yang menjerit di otaknya. "Iblis? Jika aku adalah iblis, maka kupastikan akan kuseret kau ke dalam neraka yang sama bersamaku, Grace," ucap William sambil menyeringai penuh kemenangan. "Dan sebagai balas budi kepada keluarga Johanson, aku ingin kau menjadi simpananku. Selamanya."

RomansaPresdirBillionaireDewasaKeluargaSalah PahamCinta PertamaCinta PaksaSelebritiModern

1. Grace Elizabeth

Chapter 1

"Grace...!" Aida memanggil Grace dengan suara cempreng dan lumayan nyaring di saat Grace baru saja duduk di bangku ruang kelas.

Grace menoleh ke arah sumber suara, ia melambaikan tangannya ke arah Aida yang memanggilnya dan Aida berlari kecil mendekati Grace.

"Miss Albert memanggilmu, sekarang." Aida memberitahu sahabatnya.

"Miss Albert?" Grace memiringkan kepalanya.

"Ya." Aida menjawabnya dengan acuh.

"Untuk apa?" Grace mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Aida. "Seingatku tidak ada tugas darinya."

"Benar, kita tidak memiliki tugas. Mungkin saja perawan tua itu menanyakan kapan kau akan mengambil magang," jawab Aida sambil meletakkan tasnya di atas meja.

"Magang?" Grace menepuk jidatnya sendiri tanpa bangkit dari duduknya. "Aku melupakannya. Bagaimana dengan tempat magangmu? Apa kau sudah mendapatkannya?"

"Ya, aku mendapatkannya," jawab Aida.

"Kau tidak memberitahuku," sungut Grace.

"Aku baru mendapatkan email dari perusahaan yang kupilih, setengah jam yang lalu."

"Di mana?" sepertinya Grace lebih penasaran dengan tempat magang Aida dibanding tempat magangnya sendiri.

"Oh. Ayolah, Grace. Miss Albert menunggumu, kita bisa bicara nanti," sungut Aida. Mereka adalah teman satu kamar di asrama dan Grace sedang bersikap seolah mereka tidak memiliki waktu lain untuk mengobrol.

Grace menyeringai, ia perlahan bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju ruangan di mana Ivy Albert menunggunya.

"Grace, aku sudah kendapatakan tempat magang yang cocok untukmu." Ivy menyodorkan sebuah amplop berwarna putih tanpa menyuruh Grace duduk terlebih dulu.

Wanita berkacamata yang sering dipanggil perawan tua oleh mahasiswa di kampus itu selalu memasang ekspresi wajah yang begitu dingin dan datar, pantas saja hingga kini belum ada pria yang tertarik kepadanya meski usianya sepertinya telah memasuki empat puluh lima tahun.

Grace menerima dan perlahan membuka amplop itu. Perlahan pula ia membuka lipatan kertas di tangannya, membaca deretan huruf di atas kertas yang membuat lututnya terasa lemas seketika.

Tidak mungkin.

Grace menelan ludahnya. Ini bukan berita baik, tetapi sebaliknya kerena tempat magangnya adalah tempat yang paling ia hindari selama ini.

"Miss Albert, bisakah aku meminta sesuatu?" Grace memberanikan diri menatap mata Ivy yang berada di balik lensa kacamata wanita itu.

"Katakan." Ivy membalas tatapan Grace dengan pandangan mata lurus, ekspresi wajahnya tidak berubah. Dingin dan datar.

"Bisakah aku memilih sendiri tempat magangku? Aku sudah mengajukan permohonan magang ke beberapa perusahaan." Grace benar-benar mengumpulkan keberaniannya untuk menyuarakan apa yang ada di dalam benaknya.

Ivy membenarkan gagang kaca matanya kemudian ia berucap, "Grace? Apa kau tahu? Johanson Corporation adalah perusahaan berskala internasional dan masuk ke dalam peringkat seratus perusahaan terbaik di dunia."

"Aku tahu," jawab Grace dengan nada lirih.

"Kau pasti juga mengetahui jika Johanson Corporation hanya menerima satu mahasiswa magang setiap tahun dan semua mahasiswa di sini menginginkan kesempatan itu," kata Ivy dengan nada tegas.

"Aku tahu. Tetapi, bisakah kau menggantikanku dengan mahasiswa lain?" Grace benar-benar harus berusaha dengan gigih sepertinya karena sikap dingin Ivy.

"Grace, kami kemilihmu karena kau memenuhi kriteria untuk magang di sana dan keputusan ini tidak bisa kau campuri."

Jawaban Ivy benar-benar mematahkan harapan Grace satu-satunya hingga Grace kembali menelan ludahnya yang kini benar-benar terasa pahit dari sebelumnya. Bagi mahasiswa di Britania Raya diterima magang di Johanson Corporation adalah berita yang sangat baik, namun bagi Grace itu adalah berita terburuk yang pernah ia terima. Ia tidak ingin kembali bertemu keluarga Johanson, ia terlalu pengecut untuk bertemu mereka. Grace takut bertemu keluarga Johanson dengan apa yang telah ia perbuat karena keluarga Johanson mungkin murka karena ulahnya.

Grace Elizabeth, tidak ada nama keluarga di belakangnya. Kecantikannya di dapatkan dari silsilah keluarga ayah kandungnya yang merupakan bangsawan di Eropa.

Gadis itu memiliki manik mata berwarna biru yang jernih seperi samudra, rambutnya kuning kemerahan, kulitnya seindah batu pualam, bibirnya berwarna merah alami seolah menandakan itu memiliki cita rasa yang manis. Melepaskan nama keluarga yang melekat di belakang namanya adalah pilihan terbesar dalam hidupnya. Ibu yang melahirkan Grace hingga kini masih mendekam di dalam penjara bersama komplotannya.

Setahu Grace, bahkan seekor singa pun tidak akan memangsa anaknya. Tetapi, ibu kandungnya berbeda. Wanita itu teramat biadab dan sangat kejam. Sekejam Wilona, wanita yang membeli bayi Grace kemudian menukarnya dengan bayi Sidney Johanson.

Grace Elizabeth Johanson, itu namanya dulu. Nama yang sangat indah, nama yang di berikan oleh kedua orang tua yang menyayangi Grace dengan penuh cinta kasih dan sayang selayaknya putri mereka sendiri. Namun, kedatangan putri asli keluarga Johanson membuat Grace perlahan merasa tertekan hingga diam-diam beranggapan jika ia tetap berada di tengah-tengah keluarga itu, ia khawatir akan cemburu kepada Sidney karena kasih sayang keluarga Johanson tentu saja akan terbagi kepada Sidney.

Alexander Johanson, pria yang membesarkannya yang selama tujuh belas tahun dikenal sebagai ayahnya kala itu dengan hati-hati kala itu mengatakan jika Grace memiliki kebebasan untuk memilih di mana ia akan tinggal dan memilih keluraganya.

Grace mengerti tujuan ayah angkatnya memberi tahu asal usulbukan untuk mengusirnya dari tengah-tengah keluarga itu, tetapi untuk memunculkan sosok Sidney Johanson publik sebagai putri dari Prilly Johanson dan tidak ada alasan lain untuk tidak melakukannya.

Bagiamana pun Sidney adalah putri dari keluarga Johanson yang terpandang, gadis itu tidak bisa menyembunyikan asal usulnya selamanya karena hal itu menyangkut masa depannya sebagai salah satu pewaris keluarga Johanson.

Sementara itu, Grace ternyata adalah seorang keturunan keluarga bangsawan di Eropa, darah yang mengalir di nadinya adalah darah bangsawan. Sayangnya, ia hanya anak dari selingkuhan sang Duke dengan wanita keji yang tega menjual bayi yang dilahirkannya.

Awalnya Grace berlapang dada menerima semua itu karena jelas terlihat keluarga angkatnya tidak ingin Grace menjauh dari mereka terutama Alexander Johanson yang sangat memanjakan Grace sejak kecil. Juga ibunya Prilly Johanson yang sikapnya tidak pernah berubah, tetap menyayangi Grace selayaknya putri kandungnya. Begitu juga dengan William, Leonel, dan adik bungsunya Alexa.

Namun, sepertinya Sidney mengalami gejolak perasaan yang sama terhadap Grace, gadis itu lebih memilih tinggal di kediaman neneknya, Victoria Johanson. Hanya beberapa kali dalam seminggu Sidney datang dan menginap di kediaman orang tua kandungnya. Ia selalu beralasan tidak bisa berlama-lama tinggal di kediaman orang tua kandungnya karena lebih tertarik berada di samping neneknya untuk mempelajari bisnis perhiasan.

Jika dipikir-pikir. nasib mereka berdua sama-sama buruk karena Sidney diculik oleh Wilona dan dijadikan alat untuk menekan keluarga Johanson di masa lalu. Tetapi, cara berpikir Grace dan Sidney justru belum mampu memahami hal itu.

Menyaksikan Sidney yang seolah menghindarinya membuat Grace merasa tidak seharusnya dirinya berada di sana, Grace merasa jika Sidney lebih berhak atas semua yang ia nikmati. Sedangkan dirinya tidak berhak atas seluruh fasilitas dan kemewahan yang yang selama ini ia nikmati karena di nadinya tidak mengalir darah Johanson.

Beberapa pekan setelah Grace mengetahui siapa dirinya, ia memutuskan untuk kembali ke dalam keluarga kandungnya. Namun, pilihannya ternyata salah. Di kediaman ayah kandungnya tidak sehangat saat berada di kediaman keluarga Johanson.

Grace memiliki tiga orang kakak laki-laki, kakak pertamanya sudah berumah tangga dan tinggal tidak jauh dari kastel yang ditempati ayahnya. Sementara kakak ke duanya sangat sibuk dengan bisnis pertaniannya dan kakak ke tiganya yang usianya tidak jauh terpaut darinya sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

Ayahnya juga sangat sibuk dengan bisnis pertanian dan produksi pangan sehingga di kediaman keluarganya yang besar itu hanya ada ibu tirinya yang memperlakukannya dengan sangat dingin, wanita itu bahkan terang-terangan memperlihatkan kebenciannya kepadanya.

Grace mengerti mereka tidak bisa menerima kehadirannya begitu saja karena ia adalah anak yang dilahirkan dari hasil perselingkuhan ayah kandungnya dengan wanita iblis. Ya, Grace lebih senang menyebut ibunya dengan sebutan iblis karena menurutnya ibunya itu tidak memiliki perasaan bebagaimana mestinya manusia.

Lelah menghadapi situasi yang tidak menyenangkan itu, Grace memilih untuk menjauhi semuanya. Ia tidak memilih tinggal di sebuah bangunan yang lebih mirip dengan sebuah kastel, tempat tinggal ayah kandungnya dan ia juga tidak kembali kepada keluarga Johanson. Gadis itu memutuskan untuk tinggal di sebuah asrama yang disediakan oleh fakultas tempat ia menimba ilmu. Kini ia tak ubahnya seperti seorang putri yang terbuang. Memiliki keluarga, tetapi hidup sebatang kara.

Dua tahun berlalu Grace tinggal di asrama, ia tidak sekalipun pernah kembali baik ke kediaman keluarga ayah kandungnya maupun ke kediaman keluarga Johanson. Awalnya saudaranya yang bernama William, Leonel, dan Alexa selalu menemuinya setiap Minggu. Begitu juga kedua orang tua angkatnya, mereka biasanya juga menghubungi Grace untuk menanyakan keadaanya juga mengirimkan barang-barang keperluan Grace. Tetapi, sejak Grace memutuskan melepas nama belakangnya keadaan mulai berubah.

Perlahan Grace menolak kunjungan semua keluarga Johanson dengan alasan sedang tidak ada di kamar asrama setiap kali penjaga asrama meneleponnya karena merasa tidak nyaman dengan kebaikan keluarga Johanson. Ia lalu mulai mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai hidupnya sendiri, paling tidak ia harus bisa menghidupi dirinya sendiri.

TAP BINTANG KECIL DI POJOK KIRI BAWAH LAYAR KALIAN ?