Ringkasan
Nayla Samira Huri Seorang janda yang diceraikan suaminya karena dianggap tidak bisa memberikan keturunan 12 tahun lalu. Setelah menjanda ia meninggalkan Indonesia dan memulai bisnisnya hingga ia berkenalan dengan mantan Istri Wisnuaji Widiatmaja yang sering menceritakan kehidupan rumah tangganya dulu, seiring waktu tanpa sadar Samira telah mencintai Wisnuaji Widiatmaja tanpa pernah bertemu apalagi mengenalnya secara pribadi. Wisnuaji Widiatmaja Seorang pria yang betah menduda hampir tiga dekade lamanya. Ia lebih memilih membesarkan putra semata wayangnya tanpa ingin memiliki pasangan lagi di hidupnya karena ia merasa hidupnya kini telah bahagia tanpa perlu memiliki pendamping.
Part 1
Mungkinkah kita bisa mencintai seseorang tanpa kita pernah bertemu dengannya, apalagi berkenalan dengannya. Namun inilah yang terjadi pada Nayla Samira Huri, ia telah mencintai Wisnuaji Widiatmaja tanpa pernah bertemu apalagi mengenalnya selama sepuluh tahun ini. Dia bisa mencintai Wisnuaji hanya dari cerita mantan istri Wisnuaji sendiri yang menjadi rekan bisnisnya selama 10 tahun lamanya dan masih terjalin hingga sekarang. Semakin seringnya Pinar Defne menceritakan bagaimana kehidupannya dulu dengan Wisnuaji, semakin Samira ingin menjadi istri Wisnuaji walau sehari saja. Karena Samira tau, jika Winsuaji tidak akan meninggalkan orang yang dicintainya dalam keadaan apapun, kecuali orang itu yang memintanya dan ingin pergi dari hidupnya.
Bagi Samira yang lebih sering di panggil Mira oleh orang orang terdekatnya, Wisnuaji adalah sosok laki laki baik yang rela mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan orang lain. Ia lebih memilih melepas istrinya yang memilih selingkuhannya daripada dirinya. Bahkan Wisnuaji memilih membesarkan anak semata wayangnya yang kini Samira tau sudah berusia 30 tahun dan telah menikah hampir dua tahun yang lalu. Kini Wisnuaji hanya hidup seorang diri di rumahnya bersama hewan hewan reptil kesayangannya.
Seandainya Wisnuaji adalah laki laki yang sanggup ia gapai di hidupnya, namun ia telah sadar diri, bahwa dirinya bukanlah wanita sempurna. Ia adalah seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya karena tidak bisa memberikan keturunan. Semua itu karena ia terpaksa harus mengangkat salah satu indung telur di rahimnya 12 tahun lalu. Kini, ia hanya menanti kapan dokter akan mengambil sisa indung telurnya dan ia akan menopause di usianya yang 43 tahun sebentar lagi.
Dua bulan lalu Pinar meminta bertemu dengannya di salah satu rumah sakit di London, dan Samira baru mengetahui bila Pinar Defne mengidap leukimia stadium akhir, dan meminta tolong kepadanya untuk meminta Wisnuaji membawa putra mereka agar dirinya bisa meminta maaf kepada putranya karena telah meninggalkan putranya sejak berusia 6 bulan. Suatu kesalahan yang diakui Pinar kepada Samira adalah salah satu kesalahan terbesar di hidupnya karena Wisnuaji lebih memilih pulang ke Indonesia membawa putra semata wayangnya. Bahkan Pinar sudah tidak mengetahui kabar mereka hingga sekarang.
Karena permintaan Pinar kepada dirinya, Samira yang sudah 12 tahun memilih untuk tinggal dimana pun asal tidak di Indonesia dan pulang ke keluarganya, terpaksa menyewa jasa seorang detektif untuk mencari dimana Wisnuaji Widiatmaja dan Arjuna Harvito Widiatmaja tinggal. Bila ia tidak mengenal baik Pinar Defne, Samira memilih tidak ikut campur, namun itu semua adalah permintaan Pinar Defne kepadanya. Bahkan Pinar Defne berencana memberikan seluruh aset miliknya kepada putranya Arjuna. Yang Samira sebenarnya yakin pasti akan ditolaknya, apalagi ketika Samira membaca salah satu majalah bisnis bahwa Arjuna adalah salah satu pengusaha muda sukses dengan satu orang istri.
Setelah mendapatkan alamat dimana Wisnuaji tinggal, Samira menguatkan hati dan diri untuk bertemu dengan Wisnuaji. Oleh karena itu ia kini sudah menginjakkan kakinya di Yogyakarta internasional Airport setelah penerbangannya dari Den Haag, Belanda.
Ketika sampai di bandara dirinya telah di jemput oleh supir dari perusahaan miliknya. Menjadi seorang pengusaha wanita yang berawal dari hanya memiliki perusahaan kosmetika, kini dirinya telah melebarkan sayap bisnisnya ke beberapa sektor usaha, mulai dari perhotelan hingga fintech. Banyak pria yang mencoba mendekatinya, namun Samira tau, kebanyakan dari para pria itu tidak tulus kepada dirinya dan hanya mengejar harta yang ia miliki. Selain itu, Samira memang telah memiliki rasa suka kepada Wisnuaji, yang Samira tau jika saja itu Wisnuaji, maka Wisnuaji tidak akan melihat dirinya dari apa yang ia miliki. Karena Wisnuaji merupakan salah satu pengusaha yang cukup sukses namun memiliki kehidupan yang sederhana, bahkan kini Wisnuaji mulai menarik dirinya dari dunia bisnis dan hampir semua pekerjaannya dilimpahkan kepada putranya, Arjuna.
Setelah perjalanan hampir satu jam dari bandara, Samira sampai di sebuah rumah beratap unik dan rumah itu tidak terlalu mewah seperti rumahnya. Ketika ia menanyakan kepada Satpam apakah Wisnuaji aja di rumah, sang satpam hanya mengatakan jika Wisnuaji sedang menginap di rumah putranya yang berada di Temanggung. Samira hanya bisa menghela nafasnya pasrah, kemudian ia meminta alamat Arjuna tinggal, yang untungnya sang satpam tidak pelit untuk memberikannya. Setelah mendapatkan alamat rumah Arjuna, Samira segera meminta supir untuk mengantarnya kesana. Ia tidak berniat beristirahat karena kini ia berpacu dengan waktu, waktu Pinar Defne yang tidak akan lama lagi merasakan indahnya dunia.
Selama perjalanan dua jam lamanya ini, Samira cukup menikmati pemandangan di sekitar jalan, karena ia melihat deretan sawah yang mulai banyak di bangun rumah di beberapa bagiannya , gunung tinggi menjulang di sana sini. Sungguh benar benar suasana pedesaan yang ia rindukan dari tanah airnya.
Akhirnya Samira sampai di sebuah rumah mewah dengan halaman luas dan memiliki pemandangan gunung yang kini Samira tau bernama gunung Sindoro dan Sumbing. Dengan sisa keberaniannya, Samira mencoba mengetuk pintu dan seketika Samira kaget karena pintu itu di buka oleh seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan dengan tubuh tinggi semampai bak model internasional dan berkulit eksotis.
"Permisi, benar ini rumah Arjuna Widiatmaja?" Samira mencoba bertanya dengan sisa keberanian di dirinya.
"Benar, maaf anda siapa?" Tanya perempuan itu kepada Samira.
"Oh, saya Nayla Samira Huri," kata Samira sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Wanita yang ada di depan Samira tersenyum dan menjabat tangan Samira sambil memperkenalkan diri.
"Saya Nada, istrinya Juna. Mari masuk ke rumah."
Setelah Nada mengajak Samira masuk, Samira dapat merasakan rumah anak Wisnuaji yang begitu hangat suasananya. Samira dapat melihat beberapa foto di meja yang begitu memperlihatkan keromantisan pasangan muda itu saat sedang berlibur atau mendaki gunung.
"Silahkan duduk, mau minum apa Mbak?"
"Terima kasih, apa saja boleh."
"Kalo begitu sebentar saya ke dalam dulu."
Nada meninggalkan Samira di ruang tamu rumahnya, dan Samira semakin memiliki waktu untuk melihat lihat rumah itu. Tampak foto pernikahan Juna dan Nada dalam balutan paes Ageng basahan Jogja terpampang besar di ruang keluarga. Dan kini Samira tau, jika Juna lebih dominan memiliki darah Turki dari ibunya daripada darah Indonesia dari ayahnya.
"Ini mbak, saya tadi bikin wedang bajigur. Mari dicicipi."
"terima kasih," kata Samira sambil tersenyum
"Maaf, ada keperluan apa mencari suami saya?"
"Sebenarnya saya mencari Wisnuaji."
Dan Samira melihat Nada begitu shock mendengar kata katanya.
"Apa Wisnuaji ada di sini?"
"Papa sejak kemarin sama Juna sedang naik ke Sindoro mbak."
"Kira kira kapan baliknya ya? soalnya ini masalah penting."
"Mungkin nanti malam baru pulang, tapi coba saya telponkan ya, siapa tau mereka bisa pulang lebih cepat."
Nada beranjak ke dapur dan segera mengambil HPnya untuk menghubungi Juna.
Tuttt...
Tuttt ...
Tuttt......
"Hallo istri, ada apa?"
"Halah tumben manggil istri."
Nada mendengar Juna tertawa di sana dan sepertinya Juna sudah berada di basecamp karena suasana yang terdengar berisik di telepon.
"Jun, pulang kapan?"
"Kenapa?"
"Ada yang nyari papa."
"Siapa?"
"Cewek, cantik, penampilannya mewah."
"Hah?!, Serius kamu, namanya siapa, terus nayariin papa ngapain?"
"Bisa enggak tanyanya satu satu?"
Juna terkekeh di seberang sana mendengar Nada mengomel.
"Iya iya maaf ."
Nada menghela nafas mendengar permintaan maaf Juna yang masih di selingi suara tawanya.
"Iya serius, namanya Nayla Samira Huri, katanya urusan pribadi."
"Waduh, jangan jangan Papa punya pacar tapi enggak bilang lagi sama kita."
"Ya kamu tanya aja sama papa, kan kamu lagi sama papa."
"Papa lagi di toilet."
"Ya sudah buruan pulang, soalnya mbak nya bilang urusannya penting. Aku juga sudah bikinin wedang bajigur kesukaan kamu."
"Maksih sayang, makin cinta."
"Prett....udah ya, aku tutup. Bye Juna."
"Bye Nada. I love you."
"me too."
Setelah menutup teleponnya, Nada kembali ke luar dan ia menemukan Samira sedang menutup matanya, sepertinya wajah Samira cukup lelah. Nada berdeham dan Samira membuka matanya.
"Maaf ."
"Nggak papa mbak, kalo mbak mau istirahat dulu silahkan, papa sama Juna sudah di basecamp, dan sudah saya suruh pulang secepatnya."
"Terimakasih ya."
"Sama-sama."
Tidak lama setelahnya Nada mendengar suara telepon rumahnya berdering, dan ia segera pamit kepada Samira untuk mengangkatnya.
Dan kini ketika Samira sendiri di ruangan ini, dirinya sedang menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Wisnuaji, laki laki yang 10 tahun ini telah mengisi imajinasinya tentang suami idaman di hidupnya.
***