Bab 1 Proposal Wedding Festival
Bab 1 Proposal Wedding Festival
"99% dari kecemasanmu itu hanya berasal dari imajinasi yang kau ciptakan. Tak perlu cemas, jalani saja."
So What - BTS
"Aku punya proposal," kata Kleana begitu duduk di kursi bersama Kai dan Kirena. Dengan semangat perempuan itu mengeluarkan sebuah berkas dari dalam ransel dan menunjukannya pada mereka.
Kirena membaca berkas tersebut sedangkan Kai memutar bola mata, terlihat bosan.
"Wedding Festival?" Kening Kirena berkerut dalam seraya menatap Kleana bingung. Meski sahabatnya yang satu itu selalu punya ide aneh dalam kepalanya, tapi dia tidak pernah tahu kalau ternyata imajinasi Kleana begitu luar biasa tidak masuk akal.
"Kamu benar-benar mau buat acara itu?" tanya Kai lelah. "Coba hitung, berapa kali proposal tidak masuk akal itu ditolak sama Naraka? sepertinya sudah tidak kehitung lagi saking banyaknya."
Kleana merengut. "Whoahh, Kai, jangan menghina gitu juga dong. Kali ini sudah aku revisi jadi lebih masuk akal dan lebih mudah."
Kirena yang saat itu sedang membaca proposal yang dibuat Kleana segera menatap perempuan itu terkejut. "Ini sudah kamu revisi? Tapi, kenapa masih kelihatan ribet dan tidak masuk akal."
Kleana semakin terlihat kesal, tanpa permisi dia meminum latte milik Kai. "Jangan asal bicara gitu, dong. Menurut kalian ribet dan tidak masuk akal tapi menurut orang-orang terutama wanita ini tuh hal yang luar biasa."
Kai dan Kirena saling pandang, ingin tertawa tapi takut Kleana akan semakin kesal pada mereka.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?! Aku serius tidak bohong!" Kemudian Kleana menunjukan status yang dia posting di semua media sosial. "Lihat komentarnya. Tidak ada yang bilang tidak masuk akal. Mereka malah memuji ide aku."
Kirena menyipitkan mata. "Tapi, sejak kapan kamu punya akun media sosial, Le? Bukannya kamu gaptek, ya?"
Kai langsung tertawa mendengar pertanyaan polos Kirena. "Benar tuh, sejak kapan juga kamu punya akun media sosial? Aku yakin beranda profilnya penuh sama foto alay kamu."
Sontak saja Kleana memasang wajah datar, tidak terima dirinya dikatakan "alay" dan "gaptek". Dengan serius, dia duduk dengan benar dan menatap kedua sahabatnya tak kalah serius.
"Aku sudah melakukan survei mulai dari kalangan atas hingga rendah. Mereka antusias dengan dengan proposal buatan aku."
Kali ini dengan serius Kirena mendengarkan. Meski terkadang Kleana itu suka nyeleneh dan menyebalkan minta ampun, tetapi sahabatnya itu merupakan orang yang jenius dalam membuat masalah juga menyelesaikan masalah. Meski idenya selalu aneh-aneh, tetapi buktinya selalu sukses dilakukan.
"Sudah deh, mending kamu fokus menjodohkan orang. Kalau kamu sibuk sama proposal kamu, yang ada nanti bonus kamu berkurang banyak. Gaji kamu juga bisa-bisa dipotong sama Naraka."
Kirena melupakan hal ini, Kleana bekerja di sebuah perusahaan besar bagian biro jodoh. Pertama kali mendengarnya, Kirena benar-benar ingin tertawa karena tidak percaya kalau ternyata di perusahaan sebesar dan seterkenal Renero ada bagian pekerjaan seperti itu. Tetapi, Kirena harus bungkam ketika melihat banyaknya klien dari kalangan atas memuji kinerja Kleana dalam membantu mereka menemukan pasangan hidup yang cocok.
"Jangan merendahkan aku. Asal kamu tahu saja rekening aku makin gendut."
"Kalau rekening kamu makin gendut, terus kenapa kamu malah sering ngutang di kafe aku, hah?! Apa kamu tidak tahu kalau aku baru saja buka ini kafe dan kamu malah sering ngutang? Bahkan modal aku saja belum balik!" Tiba-tiba Kai berapi-api.
Kirena mengerjap kaget, meski dia tahu kalau Kai suka marah tiba-tiba tetapi dia selalu merasa terkejut saat hal itu terjadi.
"Kenapa kamu malah ngungkit utang aku? Kan, selalu aku bayar tiap bulannya juga. Jangan nyalahin aku kalau kafe kamu sepi pengunjung. Salah sendiri malah beli Gravity Cafe bukannya Namaaz Dinning."
"Sial, yang ada uangku langsung ludes."
Kleana memutar bola mata. "Kan, ada uangnya Naraka. Kenapa tidak kamu pake saja uangnya Naraka? Lagian uangnya tidak akan habis hanya karena kamu pakai buat beli Namaaz Dinning."
Kai melongo sesaat, seolah baru teringat sesuatu. "Kok, aku baru ingat, ya?"
"Karena kamu bodoh. Duh, Kai ..."
Kalau sudah seperti ini Kirena tidak tahu harus berbuat apa bersama Kai dan Kleana. Kedua orang itu kalau bicara pasti obrolannya kesana-kemari. Daripada membuang waktunya yang berharga dengan mengikuti obrolan Kai dan Kleana, mending dia membantu Reza membuat kopi.
"Mau ke mana?" tanya Kai. "Jam kerja kamu "kan sudah habis, untuk apa mau pergi ke sana? Duduk lagi sini, kita dengarkan proposal punya Kleana."
Kirena menatap Kai bingung, kenapa bosnya itu cepat sekali berubah? Bukannya tadi Kai tidak mau tahu tentang proposal yang dibuat Kleana.
"Kalau kita mau dengarkan proposalnya Kleana, dia akan nyuruh semua kliennya buat datang ke sini. Kamu juga tahu kalau kebanyakan dari klien Kleana itu orang terkenal. Kalau mereka promosiin Gravity pasti penjualan Gravity akan meningkat, kamu juga akan semakin terkenal sebagai barista terbaik Gravity."
Tahu tidak bisa menolak, dengan sangat terpaksa Kirena duduk kembali bersama Kai dan Kleana.
"Gimana kalian sudah siap?"
Kai menyipitkan mata. "Awas saja kalau kamu bohong."
Kleana memutar bola mata. "Sejak kapan juga aku mengingkari janji aku?" Dia berdehem pelan.
"Sejauh ini aku belum mengerti sama proposal yang kamu buat." Kirena berkata setelah membaca ulang proposal Kleana. "Di sini tertulis, acaranya untuk pasangan yang mau menikah. Tetapi apa maksudnya step-step ini? sepertinya tidak ada yang spesial."
Kai ikutan melihat proposal Kleana, tidak kalah bingung seperti Kirena.
"Mungkin kelihatannya tidak spesial, tapi ini spesial sekali soalnya kelihatannya nanti kalau mereka sudah menyelesaikan step-step itu." Kleana mendesah panjang. "Proposal ini terinspirasi dari aktris yang baru-baru ini mengalami patah hati, soalnya temennya nikah sama mantan pacarnya, padahal mereka baru putus beberapa bulan."
Kai menggaruk leher, masih kebingungan. "Terus, apa hubungannya sama proposal yang sudah kamu revisi?"
"Aku tidak pernah tahu kalau kamu sebodoh ini, Kai. sepertinya kamu itu ahlinya cuma meretas komputer doang."
Takut Kleana dan Kai berantem lagi, Kirea buru-buru menengahi. "Jadi, maksudnya gimana? Kalau pasangan itu mengikuti step-step ini mungkin saja mereka kandas ditengah jalan?"
Kleana tersenyum lebar. "Itu poin pentingnya. Dengan mengikuti acara ini kamu akan tahu apa pacar kamu serius mau menikah sama kamu atau tidak? Kamu juga akan tahu rahasia yang disimpan oleh pacar kamu." Senyum Kleana semakin lebar. "Siapa tahu sebenarnya jodoh kamu itu temen kamu sendiri atau bahkan pacar teman kamu?"
Kirena mengerjap, dia langsung menatap Kai. Dia tidak punya banyak teman sebenarnya, selain Kleana yang juga merangkap sebagai pemilik rumah tempat Kirena kos, dia tidak punya teman lagi, kecuali mungkin pacarnya yang akhir-akhir ini sangat susah dihubungi.
Masa iya jodohnya Kai? Lagi pula Kai itu bukan temannya tapi bosnya. Dia juga tidak terlalu akrab dengan Kai sebelum tahu kalau Kai dan Kleana adalah rekan kerja di Renero sekaligus bersahabat. Tetapi, dilihat-lihat Kai juga sebenarnya tidak kalah tampan dari pacarnya, malah bisa dibilang lebih tampan Kai kalau sedang tersenyum. Wajah bosnya itu paket lengkap, tinggi, tampan juga cantik dan manis.
"Kalau kamu berpikir saya jodoh kamu maaf saja, saya tidak tertarik soalnya saya sudah menikah."
Sontak saja Kirena tersedak, baru tahu kalau ternyata Kai sudah menikah. Selama ini dia tidak pernah melihat istri Kai datang ke kafe. Yang sering datang menemui Kai hanya Kleana dan empat laki-laki dengan beragam sikap yang membuat Kirena geleng-geleng kepala.
"Aku bukan istrinya bicara-bicara." Kleana berkata saat menyadari tatapan Kirena. "Aku masih sangat normal buat suka sama orang seperti dia."
"Maksudnya aku tidak tampan gitu?!"
"perempuan atau laki-laki yang terpesona sama kamu, itu karena mata mereka sudah rabun."
Kai menggersah pelan. "Kamu ngajak ribut ceritanya."
Kirena lelah sungguh, dia harus punya kesabaran ekstra jika bersama Kai dan Kleana. "Yang aku tahu, benci itu bisa jadi cinta, lho."
Kleana mendelik hingga Kirena menelan ludah ketakutan. "Meski cita-cita terbesar aku adalah jadi pelakor kelas atas yang bisa menguras semua harta laki-laki sampai tidak tersisa, tapi rasa benci aku tidak akan berubah jadi rasa sayang apalagi rasa cinta." Kleana menatap Kai dari atas hingga bawah. "Penampilannya mungkin oke, tapi isi dompetnya jauh dari kata oke."
Kirena melongo, baru ingat kalau Kleana itu sangat pelit dan matre. Tetapi jika mereka sering bertengkar dan tidak sepaham, kenapa mereka bisa berteman sangat baik?
"Apa-apaan ini?" Nada suara Kai datar tetapi terdengar begitu menyeramkan, dia menarik napas panjang seolah sedang berusaha menahan emosi. "Katanya, kalau ada orang yang menghina kita, itu artinya orang itu lebih hina dari kita."
Kirena dan Kleana saling pandang saat merasakan aura menyeramkan disekitar mereka.
"Abaikan saja. Toh, aku sudah biasa juga. Jadi, gimana sama Wedding Festival itu? sepertinya lumayan juga. Sudah kamu kirim ke Naraka? Mungkin dia akan tertarik kalau lihat proposal yang sudah kamu revisi ini." Kai menyerah, dia membaca dengan cermat proposal Kleana.
Kleana menjadi semangat lagi. "Tentu saja. Meski harus maksa dia buat baca, akhirnya Naraka setuju sama proposal yang aku buat."
Kai mengangguk, sepertinya dia sudah tidak kesal lagi. "Syaratnya? Aku yakin sekali kalau Naraka tidak akan setuju gitu saja?"
"Kali ini kamu gunain otak kamu dengan Benar." Dengan seenak jidat Kleana berkata. "Syaratnya, aku harus berhasil menjodohkan orang dengan cara ini dan berhasil mewujudkan puncak acara; Wedding Festival."
"Jadi, kamu akan ngadain pernikahan mewah begitu?"
Kleana menggeleng. "Tidak, tapi aku mau buat acara itu seperti festival atau hal paling indah buat pasangan yang berhasil melangkah ke acara utama."
Kali ini Kirena sepenuhnya tertarik pada proposal Kleana.
"Dan sebagai percobaan pertama, aku menunjuk Kirena sebagai klien pertama Wedding Festival."
Kai melongo sedangkan Kirena menganga. "Apa?! Kenapa dari sekian banyak orang, kamu malah pilih aku?!"
"Soalnya Kai sudah menikah. Aku tidak mungkin merusak hubungan dia. Nanti aku tinggal nama saja kalau menjadikan Kai bahan percobaan."
"Tapi aku juga sudah punya tunangan!"
"Ya bagus dong kalau kamu sudah punya tunangan, kan bisa sekalian menikah ... itu juga kalau kalian bejodoh." Kleana tersenyum lebar. "Lagian bagus juga kalau kamu sama tunangan kamu ikutan acara ini. Kamu bisa tahu rahasia tunangan kamu, dan bisa saja sebenarnya jodoh kamu bukan tunagan kamu. Dan lebih parahnya kamu cuma jagain jodoh orang."
Kirena kesal. "Kamu bicara apaan, sih? Reynald tidak punya rahasia yang dia sembunyiin dari aku."
Kleana tersenyum miring, dia saling pandang dengan Kai lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk. "Kalau ada laki-laki yang masuk ke sini dalam tiga detik, aku akan jodohin kamu sama dia."
"Kalau tidak ada?"
"Ya, tidak akan aku jodohin lha, laki-lakinya saja tidak ada. Aku hitung sekarang ... satu ... dua ... tiga ..."
Kirena segera menoleh ke belakang, ketika Kleana selesai menghitung tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang laki-laki yang sangat dikenal Kleana datang, sontak saja perempuan itu mencelos.
Jadi, jodohnya adalah Kairo? Yang benar saja?!