Bab 13 Aku Ingin Bertemu Dengannya
"Kakek Bram, tidak lama setelah Kakek pergi, kondisi Tuan Xavier memburuk dan dia mengalami demam tinggi. Aku sudah menelepon, tapi Kakek Bram tidak menjawab. Kami sangat cemas dan tidak tahu harus berbuat apa. Untungnya Nona Daneesa datang karena ingin melakukan bisnis denganmu. Berkat dia, Tuan Xavier bisa diselamatkan. Aku tidak menyangka dia memiliki kemampuan sehebat itu. Hanya dengan akupunktur dan resep obat, keadaan Tuan Xavier bisa membaik."
Abby begitu riang saat melihat Kakek Bram. Kekhawatiran di dalam hatinya akhirnya berkurang. Dia menjelaskan yang barusan terjadi dengan nada ceria.
"Kakek Bram, situasinya memang benar seperti itu." Revano mengangguk pelan, wajahnya berseri-seri.
"Nona Daneesa?" Kakek Bram tampak terkejut, mengelus-elus jenggotnya.
"Benar." Abby mengangguk menambahkan.
Ekspresi terkejut di wajah Kakek Bram makin terlihat jelas. "Dia bisa menyembuhkan Xavier?"
"Ya, dia sangat ahli dalam hal medis. Aku juga baru tahu tentang hal itu. Kakek Bram mengenal Nona Daneesa dengan baik, jadi aku pikir Kakek sudah mengetahuinya lebih dulu."
Mendengar perkataan Abby, Kakek Bram termenung.
Daneesa datang ke mari hanya karena urusan bisnis. Dia hanya tahu bahwa Daneesa adalah gadis yang menanam obat untuk dijual. Ini juga pertama kalinya dia mengetahui bahwa Daneesa paham akan teknik medis. Ternyata dia menyembunyikan kemampuannya dengan sangat baik.
Keadaan Xavier sangat kritis, tetapi dia masih bisa menyelamatkannya.
"Nak, ulurkan tanganmu. Aku akan memeriksa denyut nadimu."
Sambil meletakkan tangannya di nadi Xavier, Kakek Bram mengamati lebih dekat dan mengernyit.
Bukan hanya sekali Kakek Bram merawat Xavier dan ini pertama kalinya denyut nadi Xavier begitu stabil.
Namun, bagaimana bisa kondisinya tiba-tiba membaik padahal keadaannya begitu kritis?
"Abby, titik akupuntur apa yang ditusukkan Daneesa kepadanya?"
Kakek Bram sangat bersemangat. Jika Daneesa benar-benar bisa menyembuhkan penyakit Xavier, ini akan menjadi kebahagiaan yang luar biasa.
Abby berpikir sejenak, lalu berkata, "Titiknya cukup aneh dan aku belum pernah melihat itu sebelumnya. Dia menusukkan beberapa jarum. Aku ingat ada satu jarum di jari kaki, satu jarum di bahu dan satu jarum di paha."
Ini adalah seni pengobatan kuno!
Mungkinkah Daneesa adalah pewaris seni pengobatan kuno?
Hati Kakek Bram bergejolak setelah mendengar penuturan ini. Keluarga Narendra adalah keturunan keluarga medis. Dari generasi sebelumnya, dia telah mendengar tentang seni pengobatan kuno yang luar biasa.
Dia telah mengumpulkan resep-resep pengobatan kuno selama bertahun-tahun. Sampai sekarang, dia hanya mendapatkan sebuah buku saja yang masih tersisa.
Dia telah melihat titik-titik akupunktur yang disebutkan Abby pada buku itu.
Hanya ada sedikit pewaris seni pengobatan kuno dan tidak banyak orang yang mengetahuinya, kecuali beberapa orang dari keluarga tersembunyi!
Sekarang, teknik itu benar-benar muncul di depannya!
"Bagus! Abby, cepat beri tahu Daneesa untuk datang ke mari. Aku ingin bertemu dengannya! Ada urusan yang harus aku bicarakan dengannya."
Kakek Bram dengan senang hati menepuk kursi yang didudukinya saat mengatakan ini kepada Abby.
Abby mengangguk dan langsung menghubunginya.
Ini adalah pertama kalinya Revano dan Xavier melihat Kakek Bram yang biasanya selalu bersikap tenang, tiba-tiba menunjukkan ekspresi seperti itu. Mereka semakin penasaran dengan orang yang bernama Daneesa.
Revano mengangkat bingkai kacamatanya dan bertanya, "Kakek Bram, apa wanita itu benar-benar sehebat itu? Dia tidak terlihat seperti seorang dokter."
Kakek Bram mengernyitkan alisnya dan berpikir sejenak sebelum berkata, "Sulit untuk mengatakannya untuk saat ini. Tapi, jika aku bisa memastikan identitasnya, mungkin tuanmu itu bisa diselamatkan.
Revano terkejut dan sedikit tidak percaya. "Benarkah? Wanita itu masih sangat muda! Tapi kalau memang benar, bagus sekali!"
Mereka berempat terus menunggu di balai pengobatan, menunggu kedatangan Daneesa.
Daneesa menerima telepon dan segera bergegas ke sana sambil membawa obat.
Berjalan menuju pintu masuk balai pengobatan, dia menyeka keringat di kepalanya. Baru akan masuk, dia tidak menyangka akan melihat Kakek Bram berdiri di ambang pintu, menunggunya dengan senyuman di wajahnya.
Begitu melihatnya, Kakek Bram menyapanya dengan hangat dan menjabat tangannya. Kegembiraan dalam suaranya pun tidak bisa disembunyikan lagi, "Nona Daneesa, akhirnya kamu datang juga."