Bab.12. 10.000 Kaki di Atas Permukaan Bumi
Sejak kemarin Leeray berusaha melarang Deasy untuk ikut terjun paralayang atau skydive istilah bule-nya. Di Australia memang banyak provider yang menyediakan fasilitas skydiving.
Deasy kali ini memesan tempat di Rottness Island yang berada di Perth bersama provider Geronimo Skydive. Dia sudah beberapa kali melakukan skydiving bersama kru Geronimo Skydive dan segalanya berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan. Bahkan, terakhir kali dia melakukan skydiving sendirian saja tanpa didampingi instruktur. Biasanya pemula terjun secara tandem bersama instruktur untuk mencegah kecelakaan yang tidak diharapkan.
"Deasy, batalkan saja rencanamu untuk terjun paralayang! Aku akan mengganti uang pemesanannya padamu. Ini sangat berbahaya!" sergah Leeray ketika mereka sampai di Rottness Island, dia mengantar Deasy ke tempat itu karena dia tidak dapat mengubah pendirian Deasy sejak kemarin siang ketika Deasy bercerita kepadanya.
Gadis itu cemberut menatap Leeray. "Aku tidak butuh uangmu, Lee. Tinggalkan saja aku di sini, aku bisa pulang sendiri nanti naik bus dari halte pantai."
Leeray meraih lengan Deasy untuk menahannya tapi Deasy menepis tangan Leeray. "Jangan mengaturku!"
Leeray pun sontak mengangkat kedua tangannya ke atas. "Aku akan ikut denganmu kalau begitu ...."
Deasy membelalakkan matanya mendengar perkataan Leeray. "Kau yakin? Katamu ini mengerikan dan berbahaya," ucap Deasy seolah tak percaya.
"Ya, karena kau tidak mau mendengarkanku. Aku akan terjun bersamamu," balas Leeray bersedekap di hadapan Deasy.
Gadis itu pun tertawa lalu berkata, "Aku sudah berulang kali melakukan skydiving dengan Skydive Geronimo. Namun, kau belum pernah melakukan skydiving, kan? Kuharap kau tidak akan kencing di celana ketika berada 10.000 kaki dari permukaan bumi."
"Jangan mengejekku, Gadis Nakal!" omel Leeray menjewer telinga Deasy.
"Ouchhh ... sakit!" seru Deasy dengan kesal sambil memegangi telinganya yang dijewer Leeray baru saja.
Dia pun segera berjalan ke tempat yang telah dijanjikan oleh kru provider skydive. Kemudian dia memberitahu pada pria yang menjadi kepala kru itu bahwa Leeray ingin ikut skydiving.
"Well, Anda bisa ikut skydiving tandem bersama trainer bila Anda mau, Tuan," ujar kepala kru Skydive Geronimo itu pada Leeray.
"Baiklah, aku setuju," ucap Leeray.
Setelah dua peserta lainnya tiba, mereka pun mulai memasangkan peralatan skydiving ke tubuh peserta termasuk ke Leeray dan Deasy.
Kru Skydive Geronimo saling berbisik seraya tertawa sambil memperhatikan penampilan Leeray yang rapi dengan setelan jas kantor dan sepatu pantofel. Agak janggal untuk kostum terjun paralayang.
Kepala kru skydiving memberikan briefing singkat tentang tata cara terjun paralayang yang harus peserta patuhi dari awal keluar dari pesawat Cesna nanti. Mereka harus menoleh ke kiri untuk foto sebelum terjun sambil berteriak untuk menahan tekanan udara ketika awal keluar dari pesawat dengan posisi kedua tangan menyilang di depan dada sambil memegang pengaman yang ada di bahu.
Khusus tandem skydiving ketika pundak ditepuk 2 kali tangan dan kaki harus dibentangkan seperti huruf X. Setelah 1 menit parasut dapat ditarik untuk dikembangkan.
Akhirnya mereka semua pun naik ke pesawat Cesna yang akan membawa mereka ke titik terjun di angkasa. Leeray yang naik duluan kemudian disusul oleh Deasy dan peserta lainnya sesuai urutan terjun.
Suara baling-baling pesawat Cesna terdengar dari keras hingga semakin pelan ketika sampai di ketinggian yang dituju yaitu 10.000 kaki.
Kru Skydive Geronimo pun meminta peserta terjun paralayang bersiap untuk terjun sesuai urutan duduk terdekat dari pintu pesawat. Deasy mendapat urutan ketiga untuk terjun.
"Lee, take care yourself. Aku duluan ya ...," pamit Deasy seraya berjalan ke dekat pintu kemudian terjun sesuai tata cara yang di briefing tadi sebelum naik ke pesawat. Deasy berteriak dengan penuh semangat ketika terjun dari pesawat.
Terakhir Leeray bersama trainer skydiving yang giliran terjun dari pesawat, ini adalah pengalaman pertamanya seumur hidup terjun dari ketinggian 10.000 kaki. Dia berharap segalanya akan baik-baik saja.
Leeray menoleh ke kiri untuk berpose menghadap kamera lalu "AAAAAAHHHHH!" teriaknya ketika terjun dari atas pesawat Cesna.
Setelah satu menit terjun bebas tanpa parasut, dia pun akhirnya menarik tali parasut untuk dikembangkan. Trainer dari kru Skydive Geronimo membiarkannya mengendalikan arah parasut, Leeray mengarahkan parasutnya mendekat ke arah Deasy.
"WOW! KAU KEREN, LEE!" teriak Deasy sambil mengacungkan jempol pada pria itu.
Leeray pun berteriak, "TERNYATA INI SERU SEKALI, DEASY! JAGA DIRIMU BAIK-BAIK!"
Dari angkasa pemandangan Rottness Island dan pesisir pantai Australia Barat nampak begitu indah mempesona. Ombak yang berdeburan ke tepi pantai dengan warna-warni pemandangan yang serupa ribuan titik-titik kecil beraneka ragam seperti pelangi dapat dilihat oleh Leeray.
Kini hidupnya tidak lagi hitam dan putih seperti kertas proposal kerjasama perusahaan yang selalu dia baca. Gadis itu mengubah hidupnya perlahan-lahan hingga menjadi berwarna pelangi.
Ketika hal yang sepertinya begitu berbahaya dan berisiko menghilangkan nyawanya justru membuatnya mampu melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda tanpa beban kehidupan. Dia harus berterimakasih pada gadis itu.
Dia dan trainer Skydive Geronimo itu melayang-layang di angkasa selama hampir 20 menit tertiup angin yang tidak terlalu kencang. Leeray mengarahkan parasutnya mengelilingi sepanjang garis pantai Australia Barat. Sebenarnya dari tempat dia melayang, Leeray bisa melihat hingga ujung benua Australia yang tidak terlalu besar.
Sesekali Leeray melihat parasut milik Deasy yang berwarna merah kuning. Gadis itu sungguh pemberani, dia melakukan terjun paralayang sendirian tanpa didampingi trainer. Padahal dia seorang wanita. Leeray pun menghela napas panjang.
Dia berpikir sepertinya jalannya untuk mendapatkan Deasy akan sangat sulit. Sifat mereka terlalu bertolak belakang, dia sangat konservatif dan hati-hati dalam segala hal. Sementara gadis itu berjiwa bebas dan menyukai segala hal yang berbau petualangan yang melibatkan pacuan adrenalin dalam darahnya.
Sebentar lagi Leeray akan sampai di spot pendaratan di Thompson Bay. Kru Skydive Geronimo memberitahunya untuk mengangkat lutut setinggi dada untuk bersiap mendarat ke permukaan tanah.
Dia sangat senang dan bangga bisa melakukan terjun paralayang untuk pertama kalinya.
Setelah melepaskan parasut dan alat-alat skydiving yang menempel di tubuhnya, Leeray pun mendekati Deasy yang juga sudah melepaskan alat-alat skydiving.
"Thank you, Deasy!" ucapnya seraya tertawa memeluk Deasy.
Deasy pun tertawa gembira karena Leeray sepertinya menyukai pengalaman terjun paralayang tandem pertamanya. "Hey, rasanya menyenangkan, bukan, Lee? Kau harus mencoba wisata adrenaline lainnya lagi kapan-kapan denganku," ujar Deasy.
"Dasar gadis gila! Kau suka sekali membahayakan nyawamu, Nona!" omel Leeray sambil tertawa memandang Deasy masih memegang kedua lengan gadis itu.
"Ini namanya berpetualang, Lee, bukannya cari mati!" kelit Deasy seraya menjulurkan lidahnya.
Leeray menarik tubuh Deasy ke dalam dekapannya lagi seraya berkata, "Deasy, maukah kau jadi pacarku?"
Gadis itu bengong mendengar pertanyaan bosnya yang tiba-tiba dan tidak pernah dia duga sebelumnya.