Bab 4
Renaldo Adijaya lelaki tampan dengan mulut manis berbisa yang mampu membius para wanita apabila ia sudah mengeluarkan gombalannya. Predikat Buaya sudah ia sandang dari sebelum ia masuk ke JHS.
Visi misi hidupnya adalah menaklukan semua wanita, sambil mencari satu yang akan menetap di hatinya. Kalau kata Renaldo, ia sedang menyeleksi teman hidup, itu sebabnya ia mendekati semua wanita.
Dan sasarannya sekarang adalah Rabella Tazqia. Gadis cantik dengan mata tajam yang membuat Renaldo terpana di pandangan pertama saat berada di cafe kemaren sore.
Gadis itu kini menjadi teman sekelasnya, sungguh kebetulan yang manis, bukan? Renaldo jadi semakin percaya, kalau Rabella adalah jodohnya. Bukannya kalau bertemu dengan tidak sengaja sebanyak dua kali pertanda jodoh?
"Nal, Nal, woi!" Kepala Renaldo tertoyor ke depan, dan yang menoyornya adalah Bima, sahabat Renaldo yang duduk tepat di sampingnya.
"Apaan?!" sahut Renaldo kesal.
"Lo bengong ngeliatin apaan, sih?"
"Kepo," sungut Renaldo.
Bima mencibir, kemudian melirik ke arah yang tadi Renaldo lihat. Senyum menggoda langsung muncul di bibir Bima saat sadar apa yang Renaldo pandang.
"Wah, wah. Lo punya sasaran baru, Nal?" tanya Bima dengan nada menggoda.
Renaldo menggelengkan kepalanya. "Gue ngerasa beda, jangan-jangan dia jodoh gue, Bim?"
Bima memutar kedua bola matanya malas. "Waktu sama mantan lo yang ke sembilan puluh sembilan juga lo bilang hal yang sama."
"Lo ngitungin mantan gue, Bim?" tanya Renaldo.
"Iya, lah. Kali aja lo bisa nyetak rekor muri, tapi ini baru mantan loh, belom mantan gebetan sama selingkuhan." Bima terkekeh, "kalau disatuin, kayaknya bisa bikin komunitas KB."
"Apaan KB? Keluarga Berencana?" Renaldo menaikkan sebelah alisnya.
"Korban Buaya," tawa Bima pecah.
"Bima, Renaldo!" Celetuk Bu Maya yang sedang berdiri di depan, "kalian dari tadi tidak memperhatikan saya, ya?!"
"Duh, maaf, Bu. Kalau merhatiin Ibu, saya suka deg-degan," ucap Renaldo yang membuat seisi kelas tertawa.
"Sama, Bu. Saya takut terpesona," tambah Bima.
Wajah Bu Maya merah padam. Meski sudah sering digoda oleh para murid lelaki, tetap saja Bu Maya tidak pernah kebal. Mungkin efek masih muda, jadi masih suka bawa perasaan.
"Kalau kalian bercanda sekali lagi, saya pastikan kalian UAS di depan kepala sekolah!" Ancam Bu Maya, menyembunyikan raut wajah malunya.
"Nggak papa UAS di depan Kepala Sekolah, asal bukan di depan penghulu. Yang ada nanti saya malah ijab qobul sama Ibu." Renaldo mengedipkan sebelah matanya.
Deruh riuh suara tawa dari kelas sosial satu tidak dapat lagi ditahan. Renaldo selalu berhasil membuat mereka tertawa geli yang berujung dihukum satu kelas di bawah tiang bendera.
"Diam, semuanya!" Bu Maya melotot, "kalian mau dihukum lagi? Kali ini nggak main-main, saya kasih kalian semua Surat Peringatan 3 yang akan membuat kalian tidak bisa ikut Ujian!"
Seketika hening, tidak ada yang berani bersuara termasuk Renaldo. Walaupun nakal, lelaki itu juga tidak ingin kalau sekolahnya sampai tidak selesai. Ia memiliki masa depan.
"Ibu akan membagi kalian berkelompok untuk tugas kali ini, cukup berdua. Besok sudah harus dikumpulkan, dan sebagai hukuman, Ibu tidak akan menjelaskan materi ini. Silakan kalian berusaha sendiri," ucap Bu Rina yang membuat seisi kelas mengeluh kesal.
"Yaelah baperan amat, sih. Gitu aja ngambek," gumam Renaldo.
"Alvaro dengan Angeline, Juwita dengan Fendi, ...," Bu Maya mulai membagi mereka untuk menjadi tim, Renaldo yang mendengarkan itu hanya menguap malas menunggu namanya disebutkan, "... Leon dengan Rilly, Bima dengan Deva dan Renaldo dengan Rabella."
Mata Renaldo langsung berbinar ketika mendengar namanya diserukan. Kebetulan macam apa lagi ini?
"Lagi hoki kayaknya lu hari ini, Nal." Bima menyikut perut Renaldo.
Renaldo tersenyum, menatap lurus ke depan. Ke arah seorang gadis yang kini tengah memutar pelan kepalanya ke belakang.
"Gue nggak percaya kebetulan." Renaldo menarik senyum saat Rabella menoleh padanya.
*CINDERBELLA*