Terbakar Cemburu
Tawanan CM Psikopat bab:6.
Terbakar Cemburu.
Setelah satu bulan berlalu,livy kini kembali ke rumahnya berkumpul bersama keluarganya, Arthur membebaskannya dengan syarat livy harus tetap bekerja di perusahaan D' Fantazio. Tentu saja livy menolak karena dia merasa tugasnya sudah selesai, meskipun kini dia tidak lagi di tawan di apartemen milik Arthur.
Seorang Arthur tidak ingin mendengar penolakan dan lagi-lagi Arthur mengancamnya akan menghabisi keluarganya jika livy tidak menuruti perintah nya. Dan terpaksa livy kembali bekerja di D' Fantazio.
Perusahaan minyak terbesar di Amerika itu akan mengadakan pesta menyambut kepulangan putri dari CEO atau pemilik dari D' Fantazio.
Tepat saat ini pesta pun digelar di kediaman Stewart yang mewah, seluruh tamu saat ini memenuhi kediaman Stewart dihadiri oleh para pebisnis serta politikus membuat topik mereka tak lebih membahas tentang dunia monopoli dan politik negara.
Di balik keramaian pesta terdapat dua orang gadis yang sedang bercengkrama,livy terlihat begitu cantik dengan balutan dress slim fit berwarna hitam. Dengan model Sabrina, berbentuk V di bagian dada. Dan itu mengekspos pundaknya yang putih dan mulus.
Livy terlihat semakin seksi dengan belahan dress yang memanjang hingga ke atas pahanya. Dipadukan dengan high heels berwarna perak,senada dengan clutch yang dia genggam. Rambut panjangnya yang biasa di gerai,kini di tata dengan rapi dengan bentuk gulungan bride ke bawah. Di kedua sisi wajahnya,ada sedikit helai rambut yang di Curly.
Glek!
Arthur meneguk salivanya dengan kasar,dia bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya kepada livy,dia terlihat sangat terpesona dengan kecantikan livy. Lalu Bryan memanggilnya untuk segera menemui CEO D' Fantazio. Sehingga membuat Arthur tersadar dari keterpanaan nya. Arthur pun menganggukkan kepalanya dengan tetap ekor matanya menatap livy.
Berjalan berdampingan dengan Bryan,memasuki podium. Arthur terlihat berwibawa nan gagah, semua tamu undangan menatapnya ke arahnya. Dia seperti dewa yang diturunkan dari langit, tidak ada yang tidak menoleh ketika pria itu lewat, wajahnya yang berkharisma membuat semua orang ingin menatap dan menatap.
" Arthur," Bryan menyikut Arthur dengan memberitahukan posisi tuan Stewart bersama anak dan istrinya.
Mereka berdua pun berjalan dengan langkah pasti ke arah mereka. " Selamat malam tuan Stewart," Arthur menyapanya dengan terukir senyum tipis.
" Oh tuan Arthur, selamat malam juga. Senang sekali saya kedatangan tamu istimewa seperti anda," Tuan Stewart membalas beramah tamah lalu dia pun mengenalkan Arthur kepada istri dan juga putrinya yang baru saja kembali dari Spanyol.
" Andera," tersenyum malu-malu, menunduk dalam sambil membenarkan anak rambutnya. Putri dari tuan Stewart mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Arthur.
" Putri anda sangat cantik tuan Stewart," pujinya dengan menatap wajah Andera yang saat ini terlihat salah tingkah.
Ha ha ha!" Tuan Stewart tertawa lepas.
" Benarkah tuan Arthur," ujarnya dengan menepuk-nepuk bahu Arthur.
Tanpa mereka ketahui,di dalam hati Arthur mengumpat dan memaki kebodohan mereka. Tentu saja apa yang dilakukan nya saat ini hanyalah topeng belaka.
Arthur dapat melihat ketertarikan di mata Andrea kepadanya dan itu akan digunakan sebagai senjata untuk membalaskan dendam nya.
Suara alunan musik merdu di lantai dansa,semua tamu undangan pun mulai berdansa dengan pasangan nya masing masing. Lalu tiba-tiba tanpa rasa malu Andrea mengulurkan tangannya kepada Arthur dengan senyuman menggoda.
" Arthur,ayo berdansa denganku," ucapnya dengan tidak tahu malu.
Arthur menatap tangan Andera yang tergantung,derik kemudian sebuah smark tipis tercetak di sudut bibirnya.
" Dengan senang hati,nona cantik," balas Arthur dengan mengedipkan matanya, sebelum beranjak Arthur sempat memberi isyarat kepada Bryan lalu Bryan pun menganggukkan kepalanya.
Kini mereka berdua tengah berdansa di lantai dansa. Dengan beraninya Andera mengalungkan tangannya ke leher Arthur dan menatap wajah Arthur yang sangat dekat dengannya. Andera terlihat begitu memuja ketampanan Arthur.
Di saat Andera sedang menatap Arthur, justru ekor mata Arthur melihat ke arah gadis yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak dengan Diana dan satu orang pria. Arthur melihat sesuatu yang aneh kepada gadis itu.
Livy dan sahabat nya terlihat sibuk menghitung beberapa botol minuman yang sudah mereka habiskan,livy kembali meneguk dan merasakan setiap alkohol dari beberapa merk sampanye. Entah sudah berapa gelas kosong di hadapan mereka, karena saat ini keduanya seperti kehilangan setengah dari kesadarannya.
" Aku membencinya," umpatnya,livy sepertinya menumpahkan kekesalan dan kemarahannya kepada seseorang dengan cara meminum alkohol.
" Kau membenci siapa?" Tanya laki-laki berwajah sipit yang sedari tadi berusaha mendekatinya, bahkan laki-laki itu terlihat beberapa kali ingin mencium Reina, tetapi meskipun Reina dalam keadaan setengah sadar dia masih bisa menjaga dirinya.
" Aku membenci pria kejam itu,dia selalu mengancamku…hiks.." keluhnya dengan suara isak tangisnya,livy sepertinya mempunyai beban dimana Arthur terus mengancam dan mengawasinya.
" Sudahlah, jangan dipikirkan pria brengsek itu. Ayo kita berdansa," sahut Diana langsung menarik tangan livy untuk berdansa.
Laki-laki bermata sipit itu pun mengikutinya dan menari bersama mereka, laki-laki itu pun terus mendekat dan meraba pundak livy yang mulus. Aksi nakal mereka sempat dicibir oleh tamu undangan,namun sepertinya mereka tidak memperdulikannya karena mereka dalam efek alkohol.
Ujung mata tajam Arthur menatap lekat ke arah laki-laki yang saat ini terus berusaha menyentuh livy dan disaat pria itu memegang pinggul livy membuat darah di tubuh Arthur menggelegar, tangannya mengepal kuat.
" Livy!" Desis Arthur dengan suara gigi bercelatuk.
" Ada apa Arthur?" Tanya Andrea yang begitu melihat perubahan di wajah Arthur.
" Maaf nona,saya harus menelepon seseorang," ucap Arthur yang hendak pergi dari sana.
Andara mencekal tangan Arthur." Bisakah besok kita bertemu lagi?" Tanyanya dengan harap.
Berekspresi dingin, Arthur menganggukkan kepalanya lalu pergi dari sana dan mencari Bryan.
" Bryan," panggil nya ketika dia melihat Bryan.
" Kau yang handle disini,aku akan membawa livy," titahnya.
" Ada apa Arthur?" Tanya Bryan tak mengerti.
" Aku harus memberinya hukuman ganas," imbuh Arthur tak kuasa menahan ledakan hasrat yang membakar. Di sana livy terlihat cantik saat dalam keadaan terpengaruh alkohol,netra gadis itu bersinar terang dengan suara gelak tawanya yang renyah.
Kedua alis Bryan berkerut, menatap Arthur dengan tatapan bingung." Ada apa sebenarnya dengan dia?" Gumamnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Arthur melangkah dengan langkah lebar serta rahangnya yang mengeras ke arah gadis yang saat ini sedang menari di lantai dansa.
" Permisi," ujarnya, sehingga menghentikan gerakan dan tarian livy.
Kedua mata livy membelalak ketika melihat Arthur saat ini berada di hadapannya. Livy meneguk ludahnya sendiri dengan wajahnya membias ketika melihat tatapan tajam dari Arthur.
" Ayo kita pergi," Arthur berucap dengan nada dingin serta penuh tekanan,meraih tangan livy.
" Hei, siapa kau?" Segah pria itu dengan mencekal lengan Arthur.
Arthur melayangkan tatapan tajam bak seekor singa yang ingin menerkam." Jauhkan tanganmu dari ku,atau kau ingin aku mematahkan tanganmu!" Desisnya dengan suara menggertakkan giginya.
Pria itu langsung melepaskan cekalan tangannya, ketika melihat tatapan mengerikan darinya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Arthur pun menarik livy dan keluar dari kediaman Stewart.
" Lepaskan aku! Aku tidak ingin pergi bersamamu,kau manusia jahat!" Livy meronta, memukul lengan Arthur.
" Kau penjahat!
" Kau psikopat! Aku mem…_!
" Hempp!" Arthur langsung melahap bibir livy dengan ciuman ganas, seolah-olah dia menyalurkan kemarahannya di sana.
