
Ringkasan
21+ "Aku benar-benar telah hidup kembali? Tu-tunggu! Kemana perginya semua pakaianku? Jika benar aku terlahir kembali kenapa aku bisa telanjang begini?!" Dania Ansel menatap kedua telapak tangannya dengan heran dan dia sangat terkejut mendapati dirinya hidup kembali setelah kecelakaan beberapa saat yang lalu. Pandangan matanya tiba-tiba terasa berkunang-kunang. Dania menoleh ke samping dan mendapati pria asing berbaring telanjang di sampingnya. "Kepalaku rasanya nyeri dan sakit! Pria ini, kenapa dia terlihat familiar? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Pria yang dibahasnya tadi tersenyum miring lalu mencengkeram dagu Dania. "Lupakah kamu sudah meracuniku? Aku sangat jijik padamu, ternyata kamu tidak hanya memiliki tabiat buruk tapi ternyata juga sangat menjijikkan!" Dania menggelengkan kepalanya dengan panik dan cemas. Tatapan dingin dan kejam dari mata pria itu tidak diragukan lagi bahwa pria di sisinya itu bisa saja membunuhnya. Tiba-tiba ingatan tentang bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu muncul di dalam kepalanya. Dania sungguh menyesalinya. Dia menginginkan putra mahkota untuk menjadi suaminya bukan jenderal bengis dan dingin seperti pria pemarah di ranjangnya itu! "Baiklah aku akui aku salah, tapi salahkan dirimu yang meminum minuman milik putra mahkota!" Sejak malam itu, Dania Ansel yang awalnya seorang dokter terkenal terpaksa harus berganti nama menjadi Waning seorang gadis lugu dan ceroboh, putri dari seorang tabib kerajaan.
Bab 1 Perselingkuhan di Vila 'Gu'
Di vila milik keluarga Gu.
Hari ini merupakan hari jadi ke sekian dari pertunangan antara Dania dan Guwenki. Mereka akan bertemu, beberapa hari yang lalu mereka sudah sepakat memutuskan untuk menjadi pasangan resmi namun siapa sangka kedatangannya di vila keluarga Gu malah berubah menjadi kenangan terburuk di dalam hidupnya?
Dania Ansel memegang satu kotak kue dengan lilin di atasnya, seperti biasa Dania tidak mengetuk pintu. Dania bisa bebas keluar-masuk dari Vila milik keluarga Gu.
Melihat mobil Guwenki diparkir di luar vila, Dania sangat senang karena pikirnya Guwenki lebih dulu datang ke vila keluarga Gu untuk menunggu Dania dan merayakan hari jadi mereka bersama-sama.
Ketika masuk ke dalam ruangan utama samar-samar Dania mendengar suara Guwenki bersama seorang wanita.
“Ayo dorong lebih cepat, sayang!”
“Oh, aku suka ini, kamu sangat membuatku tidak sabar, kamu juga sangat cantik sayang,” Guwenki terlihat sangat menikmati tubuh wanita di ranjangnya.
Dania melihatnya dengan jelas di depan matanya dari daun pintu yang tidak ditutup dengan rapat. Pria yang sedang menikmati tubuh wanita di dalam kamar adalah Guwenki tunangaan Dania dan sebentar lagi Dania akan menikah dengan Guwenki.
Tanpa bertanya atau meminta penjelasan dari Guwenki, Dania memutuskan untuk meninggalkan vila keluarga Gu secepatnya. Kue yang dia bawa dia jatuhkan tepat di pintu utama vila.
Dania berjalan cepat ke halaman lalu masuk ke dalam mobil dan membanting pintu dengan wajah penuh emosi.
“Aku sangat membencinya, bagaimana mungkin Guwenki begitu tega padaku? Di saat hari jadi kita yang ke dua tahun dia malah membawa wanita lain bahkan melakukan hubungan intim di ranjang! Teganya kamu Guwenki! Aku sangat membencimu! Aku pasti akan membatalkan pertunangan ini dengan keluarga Gu! Aku harus membatalkannya segera!”
Dania sangat yakin dirinya akan bisa melepaskan diri dari pertunangan dengan keluarga Gu. Dania sama sekali tidak tahu tujuan Guwenki mendapatkan cintanya serta menikahinya hanya demi gelar besar keluarga Ansel.
Dania hanya tahu Guwenki sudah sangat jahat karena tega berselingkuh dengan wanita lain. Yulia teman dekat yang sering diceritakan oleh Guwenki ternyata adalah selingkuhannya.
“Pantas saja Guwenki terus-menerus memuji Yulia, Guwenki juga selalu mendukung Yulia. Ternyata mereka bersandiwara di depanku selama ini! Yulia seniman wanita yang terkenal itu adalah selingkuhan pacarku sendiri!”
Dania Ansel mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia merasa sangat kacau. Padahal niatnya datang ke vila hanya untuk memberikan kejutan pada pacarnya tapi malah mendapatkan hadiah mengejutkan yang tidak akan pernah bisa Dania lupakan, hati Dania sangat sakit sekali.
Dania menatap jas dokter yang belum sempat dia letakkan di ruangan kerjanya ada di kursi samping kemudi. Gelar dokter nomor satu di rumah sakit terbesar di kota A berhasil Dania dapatkan berkat kerja kerasnya dalam menangani operasi kurang lebih satu tahun yang lalu. Foto pemberian penghargaan sebagai dokter bedah terkenal bersama kedua orang tuanya juga selalu dia letakkan di dalam mobil. Melihat senyum ayah dan ibunya di dalam foto membuat luka di hatinya akibat patah hati menjadi sedikit terobati.
“Hanya tinggal putus saja, apa susahnya? Aku memiliki jadwal untuk menangani operasi di rumah sakit. Aku harus tetap profesional meski perasaanku sangat hancur.”
Setibanya di rumah sakit, Dania segera pergi ke dalam untuk menangani operasi. Asisten yang bertugas membantunya sudah melakukan persiapan.
Sekitar dua jam pasien yang terkena tembakan peluru berhasil dia tangani. Dania menatap ke layar monitor, dia berhasil mengangkat dua peluru yang bersarang di paha dan lengan.
Entah kenapa saat menatap wajah jenderal dengan status tinggi tersebut Dania merasa sangat familiar seperti sudah lama mengenalnya.
Dania juga melihat tubuhnya sangat kekar dan kuat. Kulit pria yang sedang dia operasi begitu bersih tapi sedikit kasar di permukaan kedua telapak tangannya. Dania melihat dari catatan medis pria yang sedang terbaring di meja operasi kali ini merupakan seorang jenderal dan memiliki posisi tinggi di kota A. Ketua tertinggi meminta Dania Ansel untuk menanganinya karena keahlian Dania sudah diakui sebagai dokter nomor satu.
Jenderal Sutangji? Kenapa aku merasa pernah mendengar nama ini? Wajah dan bentuk tubuhnya terasa akrab begitu aku melihatnya.
“Peluru sudah berhasil diangkat, kondisi pasien normal dan tidak menunjukkan gejala, tekanan darah juga normal, napas dan denyut jantung semuanya stabil!” lapor salah satu asisten yang bertugas mengawasi membuyarkan lamunan Dania.
Dania terdiam dan tidak segera menjawab, beberapa orang di luar termasuk Presdir dan Ketua pemimpin kota yang sedang mengawasi jalannya operasi ikut terkejut ketika Dania sempat melamun meski hanya sebentar saja.
Presdir rumah sakit segera menanyakan melalui pengeras suara yang terhubung dengan ruangan operasi.
“Apa yang terjadi? Apa ada gejala lain? Dokter Dania?”
Dania menatap ke arah mereka lalu segera bicara pada asisten di sampingnya. “Lanjutkan sisanya!”
“Baik, dokter!”
***
Ketika melepaskan peralatan yang Dania kenakan dan menatap bayangan dirinya sendiri di depan cermin, Dania merasa buruk lantaran teringat dengan perselingkuhan Guwenki di belakangnya.
Sebenarnya apa salahku? Kenapa Guwenki tega berkhianat dariku? Apa aku sangat jelek? Apa mungkin karena aku terlalu sibuk belakangan ini dan tidak memberikan perhatian pada Guwenki? Tapi, apakah itu masuk akal untuk dijadikan alasan dia berselingkuh dengan Yulia?
Banyak pertanyaan muncul di dalam benak Dania. Tidak ada satu pun jawaban yang cocok untuk menjadikan alasan Guwenki mengkhianatinya.
Dania menghela napas panjang lalu keluar untuk melaporkan hasil operasi pada keluarga pasien.
“Keluarga Ji?”
Beberapa orang berseragam datang menghampiri Dania dengan tergesa-gesa. Ini tidak sesuai dengan harapan Dania karena pikirnya akan ada pihak dari keluarga pasien menunggu.
“Bagaimana hasilnya, Dok?”
“Apa Tuan Ji baik-baik saja?”
“Apa Tuan Ji kehilangan banyak darah, salah satu dari kami bersedia mendonorkan darah!”
Dania tiba-tiba diserbu dengan pertanyaan beruntun. Dania tersudut dan hampir jatuh ke belakang. Tidak disangka tangan kekar menyangganya dan membuat tubuhnya tinggal di dalam pelukan.
Dania terkejut sekaligus bersyukur, tapi setelah melihat wajah pria itu lebih teliti dia spontan melotot.
“Tuan Ji? Bagaimana Tuan bangun dari meja operasi saat situasi ekstrim seperti ini?” Dania melotot, jantungnya berdegup kencang karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat dengan kedua matanya sekarang. Dania merasa sedikit lebih lega karena ternyat tangan yang digunakan Sutangji untuk menyangga punggung Dania adalah tangan satunya yang tidak terluka.
Sutangji tidak menjawab pertanyaan Dania, dia membantu Dania untuk kembali berdiri dengan posisi normal lalu berteriak pada rekannya yang sejak tadi menunggu di luar.
“Aku baik-baik saja! Kalian pulanglah! Lanjutkan tugas kalian masing-masing!” perintahnya.
Semua rekan berdiri dengan siaga kemudian serentak menjawab perintah. “Siap, Jenderal!”
Dania melongo, semua orang berseragam militer sudah bubar dan sekarang tinggal dirinya bersama Sutangji di koridor. Pemimpin kota dan Presdir rumah sakit tidak menunjukkan batang hidungnya untuk menginterogasi Dania, hati Dania sudah cukup merasa lega.