Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Kecelakaan Kecil

Malam telah berganti pagi, tapi tak terdengar suara kokok ayam seperti yang biasa Nisa dengar di lingkungan rumahnya. Bukan berarti Nisa bangun siang, dia terbiasa bangun pagi dan tak lupa menjalankan ritual pagi untuk curhat kepada Tuhan. Setelah menjalankan ritual sucinya, Nisa sengaja keluar kamar untuk sekedar berjalan-jalan menghirup udara segar di area penginapannya. Suasana hotel masih sepi, hanya terlihat para pekerja yang sedang sibuk membersihkan area hotel dan mempersiapkan segala sesuatunya. Sepanjang jalan, para pegawai yang berpapasan tersebut mengucapkan salam kepada Nisa dengan senyum ramahnya. Tak berapa lama, Nisa sampai di sebuah kolam renang tempat dua tahun yang lalu dia bersama temannya pernah menghabiskan waktu di sana ketika pertama kali hotel itu dibuka. Benar, penginapan ini baru dibuka sejak dua tahun yang lalu dan sejak saat itu, Nisa menjadikan hotel ini rekomendasi untuk teman-temannya jika pergi berlibur ke Bali.

Waktu telah menunjukkan jam 7 pagi dan sinar matahari menghangatkan udara dingin. Suasana yang awalnya sepi, perlahan menjadi ramai karena dipenuhi dengan para tamu hotel sibuk dengan kegiatannya. Nisa sebenarnya ingin sekali berenang, tapi karena dia tak bisa, maka yang mampu dia lakukan hanya duduk sambil memainkan benda pipih persegi dan sesekali melihat roti sobek yang mondar-mandir di depan matanya.

"Mubazir kalau gak gue lihat!" suara batin mesumnya bersorak senang.

"You just wanna attention you, you don't want my heart

Maybe you just hate the thought of me with someone new

Yeah, you just want attention, I know from the start

You're just making sure I'm never gettin' over you"

Bunyi ringtone handphone berdering dengan kencang mengalihkan perhatian beberapa orang yang sedang duduk di tepi kolam tak jauh darinya.

"Hallo."

"Nis, lo sudah bangun?"

"Yakali gue belum bangun bisa angkat telephone, Oneng!"

"Hehehehe ... gue otewe ke tempat lo, mau titip apa? Buruan!"

"Belikan gue sate lilit."

"Si bege, masih pagi belum ada yang buka!"

"Et, dah! Gue maunya itu, Ken. Sudah ngiler, nih!"

"Buset! Baru semaleman di Bali sudah ngidam saja lo. Bule asal mana yang tokcer begitu?"

"Sialan lo! Sudah buruan sini gak usah beli apa-apa, makan di hotel saja bareng gue!"

"Okeeee ... meluncur kilat!"

Tut. Nisa pun menatap telephonenya sambil tertawa kecil, lalu memasukkannya kembali ke saku celana, dan bangkit dari duduk untuk kembali ke kamar. Setengah jam kemudian, orang yang ditunggu Nisa pun datang dengan senyum manisnya. Seorang wanita seumuran dengan dia dan bernasib sama pula, berambut hitam sebahu dengan celana jeans serta sweater oversize berwarna biru langit.

'Ding dong'

Bunyi bel di pintu terdengar ditekan seseorang. Nisa yang sedang duduk menonton TV bergegas menuju pintu dan membukanya cepat.

"Hai, cewek. Butuh tukang urut?” ucap Niken meledek ketika pintu dibuka. Nisa tak menjawab dan langsung memutar tubuhnya meninggalkan Niken yang cengengesan di depan pintu.

Ya, Niken Puspita Hapsari adalah teman Nisa saat SMA dulu yang kini tinggal di Bali bersama orang tuanya untuk lebih fokus mengelola usaha keluarga. Tahun lalu adalah saat Nisa ke Bali adalah terakhir mereka bertemu.

"Lo gak bawa apa-apa, Ken?" tanya Nisa yang kembali duduk di tepi ranjang.

"Enggak. Lo bilang jangan bawa apa-apa tadi!" jawab polos Niken dengan raut muka datar dan Nisa pun menghela nafas.

"Masih saja gak peka!" gumamnya lirih sedang Niken cuma senyum-senyum mendengarnya.

"Hehehe ... Jangan ngambek, nanti jelek!" ledek Niken mengekori Nisa masuk dan tak lupa menutup pintu.

"Gue memang jelek keles, makanya diselingkuhi terus. Sudah tunangan saja bisa batal gara-gara calon balikan sama mantan. Alhasil belum laku gue sampai sekarang. Macam lo juga!" tutur Nisa sambil membuka kulkas dan memberikan sebotol air dingin pada Niken yang memasang kening berkerut.

"Lo cantik, Nis, malahan lebih cantik lo daripada gue yang punya muka pas-pasan juga badan bogel begini. Memang belum jodohnya juga lo sama dia. Makanya batal, deh! Masih untung sifat buruk dia ketahuan sebelum akad nikah, kalau belum bisa sakit hati terus, lalu jadi janda lo!" papar Niken yang sudah duduk di kursi dekat jendela.

"Ya, memang, tapi tetap saja sakit hati, dan kadang bingung kenapa nasib gue jelek banget!" sahut Nisa lagi.

"Kan masih ada gue yang setia menemani lo jadi jones, Nis!" seru Niken lagi.

"Tatap saja beda, Ken. Kadang gue kasihan lihat Kak Linda karena terus khawatir sama gue yang masih sendiri. Gue juga sebenarnya pengin nikah, hamil, lahiran, hamil lagi, lahiran, sampai suami bilang cukup. Gue juga pengin ada teman curhat dan gue juga gak mau hidup sendiri. Amit-amit juga, deh!" cicit Nisa mengeluarkan semua kegelisahannya yang menyesakkan dada selama ini.

Begitulah Nisa, hanya pada Niken dia bisa membagi rasa sedih dan resah dalam hatinya. Dia lebih suka menunjukkan raut bahagia di hadapan keluarga dan menyembunyikan semua kesedihan serta tekanan yang ada di hati. Nisa tak ingin membuat Linda khawatir dan semakin bersedih memikirkan tentang hidupnya yang masih tak tentu arah.

"Kakak lo masih ada niat jodohin lo sama duda lagi gak?" tanya Niken penasaran. Pasalnya, Nisa sudah dua kali dijodohkan oleh duda, mulai dari yang profesi sebagai guru SD sampai terakhir tukang ojek.

"Sebenarnya gue gak masalah dijodohin, Ken, tapi lihat dulu latar belakangnya juga dan jangan asal saja!" kata Nisa mulai emosi.

"Gila saja gue dijodohin sama duda anak dua dan tukang ojek, terus menduda karena dicerai istri. Pas diselidiki ternyata ditinggal istri karena malas-malasan untuk cari nafkah. Gue gak mau, Ken. Tragis banget hidup gue karena yang penting laku, pria jenis apa pun gue embat!" cerocos Nisa diikuti gelengan kepala menolak keras hal itu.

"Hahaha ... Gila saja orang yang jodohin lo dengan pria macam itu. Bukannya cari terbaik, malah menyesatkan. Btw, ide siapa yang jodohin lo sama itu duda?" kata Niken sambil terkekeh geli.

"Abang ipar gue yang pertama. Dia memang semprul!" sahut Nisa kesal.

Mereka pun berbincang hingga waktu menunjukkan jam 9 pagi. Sedikit telat memang untuk sarapan, tapi tak mengapa daripada tidak sarapan sama sekali. Mereka bergegas meninggalkan kamar dan kebetulan kantin hotel tak jauh dari kamar Nisa. Di sepanjang jalan, mereka masih saja terus berbincang, hingga Nisa tak menyadari ada sesuatu yang membahayakannya di depan.

'Brukk'

CUT!

21 Desember 2020/09.24

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel