Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sekilas tentang masa lalu

Sampai malam hari, Renita terus berteriak penuh kepuasan dengan pelayanan yang diberikan oleh Randy.

Sementara Gilang, yang mendengar kepuasan Renita terus berguling-guling kesana-kemari tidak menentu di atas kasurnya. Gilang ingin tidur, tapi suara desahan Renita sangat keras, dan itu membuatnya tidak bisa tenang. Bahkan itu terdengar sampai malam.

"Wanita ini, bukan hanya sedih aku selingkuh, tapi malah bisa lebih puas dengan Pria lain. Sialan! Jallang ini pasti hanya berpura-pura." Gilang marah dan bergegas keluar untuk menemukan tebakannya benar.

Sayangnya, ketika Gilang melihat untuk memastikan tebaknya, dia menemukan jika Renita terlihat sangat puas dan bahagia. Dari lantai atas, pemandangan wajah Renita yang penuh kepuasan, dan keringat serta cairan cintanya terus mengalir di pahanya benar-benar menunjukkan apa yang terjadi sebelumnya.

Wanita itu, dia hanya menunjukkan wajah kelelahan dan kepuasan tanpa kepura-puraan di wajahnya.

Seakan tahu jika dirinya mengintip, Renita bahkan memuji Randy berkali-kali, dan mengatakan bahwa Randy sangat kuat dan lebih jantan daripada suaminya.

Gilang merasa gila dan marah. Yang akhirnya berimbas pada setiap perabotan di kamarnya.

Sampai jam 7 malam, akhirnya suara Renita berhenti, dan tak lama kemudian Randy juga pergi.

Saat ini.

Setelah mengirim Randy ke pintu keluar, Renita hanya memakai g-string tipis yang masih ada di bawah tubuhnya, dan membiarkan buah dadanya yang bangga tanpa penyangga. Saat berjalan, cairan cinta berwarna bening terus keluar dari g-string, dan mengalir ke pahanya. Sementara di atasnya, dua buah dada terus bergoyang mengikuti irama kakinya.

Tidak malu, Renita sangat bangga dengan tubuhnya, dan saat merasakan cairan di pahanya, dia tidak tahan untuk menyentuh dengan jari-jarinya dan menciumnya.

"Baunya berbeda, ini lebih harum daripada milik pria tua. Ini juga berbeda dari punya Revan, ini sedikit lebih matang daripada punya Revan, dan sedikit lebih rendah daripada milik Rendra."

"Umm, rasanya juga berbeda-beda. Haha..ini masih enak." Merasakan rasanya sedikit, Renita menjilati jarinya beberapa kali, dan tak lama kemudian merasa bosan.

"Argh... meskipun hari ini sangat melelahkan, aku sangat puas. Olahraga dengan Randy juga membuat tubuhku berkeringat, sebaiknya mandi dulu lah."

Tanpa memakai pakaian, dan masih dengan dengan dada yang bergoyang saat berjalan, Renita berjalan ke kamar mandi. Saat dikamar mandi, Renita tidak melakukan apapun, dia hanya mandi, dan setelah berganti pakaian, dia merasa lapar.

"Merepotkan untuk keluar lagi. Jika dipikir-pikir, aku sudah lama tidak memasak nasi goreng. Hem...kenapa tidak membuatnya saja?"

Meskipun saat ini Renita tidak tinggal di Indonesia, nasi goreng masihlah makanan favoritnya. Di Singapura, tempat tinggalnya saat ini sebenarnya banyak tokoh atau orang-orang yang menjual nasi goreng, tapi itu tidak pernah sesuai seleranya. Renita masih suka untuk membuat sendiri di dapur.

Meski tidak dibilang ahli, Renita masih cukup pintar untuk memasak sendiri. Keahliannya masih setara dengan chef di restoran bintang tiga, dan ketika dia memasak, rasanya dan aromanya membuat Gilang di lantai dua juga merasa lapar.

Jika diingat lagi, Gilang hanya makan sekali sejak kemarin malam, itupun hanya makanan cepat saji. Makanan yang jika dibandingkan dengan apa yang dimasak oleh Renita, rasanya masih kalah jauh.

Selain sulitnya mengurus surat perceraian di negara ini, faktor makanan yang dimasak oleh Renita adalah salah satu kenapa Gilang masih tidak menceraikannya.

Tapi semenjak setahun yang lalu, dia tidak lagi bisa menikmati masakan Renita. Dia masih memiliki kebanggaan sebagai seorang lelaki untuk memintanya.

Seperti saat ini, meskipun dia ingin merasakan masakan Renita, Gilang lebih memilih menelepon salah satu simpanannya untuk mengirimkan makanan ke rumahnya.

Dania, sekretaris perusahaannya, dan salah satu wanita selingkuhannya yang kali ini Gilang minta untuk membawa makanan.

Selesai meminta Dania untuk datang, Gilang turun kebawah, dan duduk di meja makan untuk menunggu.

Renita menyadari kehadiran Gilang di meja makan, tapi dia tidak berbalik dan terus menggoreng nasinya.

"Apa kau? Apa kau ingin meminta makananku? Jangan berharap, aku hanya memasak untuk diriku sendiri." Tanpa berbalik, Renita berkata kepada Gilang di meja makan.

"Cih, apa kau tidak terlalu percaya diri? Siapa yang menginginkan makanan burukmu! Aku hanya sedang menunggu wanita untuk mengirimkan makanan untukku!"

"Haha... Gilang oohh... Gilang! Apa kau tidak kangen masakan ku? Aku ingat, sepertinya kamu sangat menyukai nasi goreng ku."

"Jangan terlalu percaya diri! Siapa yang menyukai masakanmu. Aku beruntung tidak masuk rumah sakit karena beberapa tahun makan makananmu!"

"Hahaha..." Renita tertawa tanpa kata-kata saat mendengar ucapan Gilang.

Sejujurnya, sejak awal pernikahan mereka, masakannya adalah apa yang paling Gilang minati, dan karena masakan inilah mereka akhirnya bertemunya bertemu.

Pada saat itu, Renita sedang bekerja di sebuah restoran di daerah Jakarta, hanya ketika Gilang merasakan masakannya, dia sering datang untuk makan di restoran, dan lama-lama merasa penasaran sama pembuatnya.

Ketika Gilang baru pertama kali melihatnya, dia langsung memuji masakan Renita setinggi langit. Dan saat merasakan nasi gorengnya, Gilang menjadi semakin menyukai dirinya.

Tentu saja bukan karena masakan, itu juga karena Renita sendiri memang memiliki tubuh yang mumpuni dan wajah yang rupawan, oleh karena itulah dia menikahi Renita. Sayangnya, masa-masa indah awal pernikahan saat ini telah berakhir. Yang ada sekarang hanya seperti ini, mereka masih suami istri, tapi tidak ada cinta dalam rumah tangga.

Perang dingin, dan menjadi musuh untuk menunjukkan kelebihan masing-masing.

"Ting Tong"

"Ohh, sepertinya pesananku sudah datang." Gilang bergumam ketika mendengar bell di pintu.

Renita sedikit penasaran dengan apa yang dia pesan dan meliriknya. Ternyata, apa yang di banggakan Gilang bukan soal makanannya, tapi siapa yang membawa makanan.

Dania, Renita jelas mengenal wanita muda ini, karena sebenarnya dia adalah salah satu simpanan Gilang, dan seorang sekretaris perusahaannya. Wanita berumur 25 tahun ini memang memiliki wajah yang cantik dan lebih muda daripada dirinya. Aspek-aspek wajahnya juga lebih unggul daripada Renita, tapi Dania tidak memiliki keunggulan tubuh yang lebih baik daripada Renita.

Melirik senyum Dania yang menggoda kepada Gilang sambil memberikan bungkusan, Renita tersenyum kecil. "Hanya wanita muda lainnya, bagaimana dia bisa dibandingkan dengan tubuh berkembang dan dewasaku."

Dania tidak terlalu lama, setelah memberikan ciuman mesra kepada Gilang, dan memberikan bungkusan yang ternyata hanya sebuah makanan McDonald's, dia segera pergi.

"Hehehe...Gilang, pakah kamu hanya bisa makan makanan McDonald's? Aku kira itu lebih baik daripada nasi goreng ku, tidak tahu nya ternyata hanya makanan cepat saji." Renita mengejek Gilang yang telah membuka burger dan soda di meja makan.

"Apa masalahmu? Aku suka makanan cepat saji. Ini juga lebih enak daripada nasi gorengmu!"

"Apakah begitu?" Renita bertanya sambil tersenyum main-main, dan membawa nasi gorengnya yang telah siap ke meja makan di depan Gilang.

"Gluk.." suara menelan ludah terdengar saat Gilang melihat nasi goreng dengan hanya telor di tangan Renita. Meski itu hanya nasi goreng biasa, Gilang tahu jika nasi goreng buatan Renita tidak pernah menjadi biasa.

Mendengar suara Gilang menelan ludah, Renita sedikit menggoda dengan menyodorkan piring penuh nasi goreng ke depan Gilang. "Ada apa? Apakah kamu ingin bertukar?"

Gilang mengangguk secara tak sadar dan mulai mengulurkan tangannya.

"Jangan mimpi!" Renita buru-buru menarik kembali piringnya dari depan Gilang, dan berkata dengan keras.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel