Bab 9
Senin pagi, hari itu hujan cukup deras. Saya sudah bangun untuk menyipkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anak.
Sementara bu Heti bertugas memandikan anak-anak saya. Setelah semua siap saya pu makan pagi bersama suami dan anak-anak.
Suami:” Kapan rencana kamu kontak pak Bob mah”
Saya:” Rencananya hari ini Pah, mamah mau call dia, janjian dulu, gpp kan”
Suami: Ok, jangan lupa planning kita ya?
Saya:” Ia tentu saja Pah”
Suami saya pun berangkat ke kantor. Sementara Intan tidak mau berangkat sekolah karena hujan, padahalkan di antar suami saya ke sekolah pakai mobil.
Tapi saya dan suami tidak memaksa intan.
Masih ada satu urusan yang harus diselesaikan, yaitu melobi Bu heti agar mau aku ajak untuk menemani Pak Bob ditempat tidur.
Setelah membereskan meja makan aku segera mengajak anak-anak nonton tv. Aku berteriak memanggil Bu Heti. Tak lama dia pun muncul.
Bu heti:” Ia Bu, ada apa?
Saya:” Duduk bu, sudah saya bilang panggil neng saja, saya kan lebih muda dari Bu heti”
Bu heti:’ Ia neng, maaf kebiasaan dan agak gak enak kalau manggil neng”
Saya:” Sudah, gak usah merasa tidak enak, biasa saja” Bu heti tak menjawab Cuma mengangguk saja.
Saya:” Ada yang mau saya sampaikan bu”
Bu heti:” Saya juga sebenarnya ada yang mau saya sampaikan neng”
Saya:” Ya sudah ibu dulu dech, ada apa”
Bu heti:” Saya mau ijin pulang, 3 hari saja, minggu depan, mau nengok anak-anak sama suami”
Saya:” Ya boleh saja, tapi minggu depan ya” Bu Heti taampak senang.
Saya melanjutkan omongan saya:
Saya:” Bu, gimana ya ngomongnya hehe, saya to the point saja dech, Bu Heti kan sudah melayani suami saya di ranjang juga dan dapat tambahan dari saya” saya diam sejenak dan dipotong oleh Bu heti:
Bu Heti:” Maksudnya gimana?Bu heti terlihat sedikit bingung.
Saya:” beberapa hari yang lalu saya pernah pergi sendiri kan, terus pulang kelelahan, Bu Heti ingat?
Bu Heti:” Ia ingat neng”
Saya:” Sebelum saya lanjutkan saya mau tanya satu pertanyaan”
Bu heti tampak antusias.
Bu Heti:”Apa itu neng?
Saya:” Bu Heti mau tambahan uang lagi gak, yang lebih gede dari sekarang”
BU Heti:” Mau pastinya”
Saya:” Tunggu sebentar ya Bu, saya mau telpon seseorang” Bu heti menganggukan kepala.
Saya segera pergi keluar ruangan untuk menelepon Pak Bob.
Saya segera memencet no HP Pak Bob, sempat lama tak diangkat, akhirnya saay telpon sekali lagi dan diangkat.
Pak Bob:” Hai, Dewi gimana kapan kamu dan baby sister kamu mau menemaniku?
Belum sempat aku ngomong Pak Bob sudah bertanya begitu.
Saya:” ini saya hubungi Om Bob mau menindak lanjuti soal itu, pak Bob berani bayar berapa?
Pak Bob:” 50 Juta untuk memek kalian berdua, bagaimana?
Saya berpikir sejena, lumayan nich.
Saya:” lebihin Om”
Pak Bob:” Saya beliin kalian berdua baju-baju baru kalian bebas pilih, kita ketemuan sekarang di mall tempat kita ketemu dulu, bagaimana? Kebetulan aku belum booking tempat, jadi baju-baju itu tambahannya”.
Saya:” Ok, nanti saya info kalau jadi”
Pak Bob:” Saya tidak sabar pengen jilatin memek kalian berduaa, segera kabari saya”
Saya:” Ia om” saya pun menutup sambungan telpon.
Saya segera menemui Bu heti lagi. Tampak anak saya Revan malah sudah tertidur ,mungkin karena hujan yang sangat deras membuat dia ngantuk.
Saya:” Bu Heti bisa dapat 25 juta hanya untuk hari ini saja dan hanya untuk satu tugas”
Bu Heti:” masa neng, wah anak-anak saya pasti senang saya bisa pulang bawa uang banyak, tugasnya apa neng koq besar sekali uangnya”
Saya: “Bu heti harus melayani seseorang, sama seperti Bu heti melayani suami saya”
Bu heti langsung mengerti maksud saya, dia tampak terkejut.
Bu Heti:” Jadi saya harus menyerakan badan saya lagi”
Saya:” jadi saya lanjutin cerita saya tadi, saya waktu itu habis pergi ke suatu tempat, habis melayani seseorang”
Bu Heti mungkin paham dengan perkataan saya.
Bu Heti:” maksud neng melayani bagaimana?
Saya:” Saya habis menemani seseorang di hotel”
Bu heti bengong, meski saya yakin dia sudah paham betul maksud omongan saya.
Bu Heti:” lebih jelasnya gimana neng?
Saya:” Saya habis menemani seseorang di tempat tidur. Jadi lebih jelasnya saya waktu itu habis pulang ngewe di hotel dengan seseorang”
Bu Heti meski dari tadi pasti sudah paham omongan saya tetapsaja terperanjat.
Bu Heti:”Jadi neng ini.... maaf bondon?
Saya:” ia, saya bondon, pelacur, selain ibu rumah tangga sekarang saya seorang pelacur bu, tapi itu adalah tamu pertama saya”
Bu Heti sekali lagi bengong.
Saya pun melanjutkan:
Saya:” Bu heti ingat gak seorang bapak-bapak yang kita ketemu di mall itu?
Bu heti mengangguk tanda mengingatnya.
Saya:” Nah, sekarang dia minta saya menemaninya lagi tapi minta saya juga membawa baby sister yang ketemu dengan dia di mall, yaitu bu heti, jadi dia tidak hanya tertarik sama sayatapi juga bu heti, jadi bagaimana Bu?
Bu Heti bukan menjawab pertanyaanku malah balik bertanya:
Bu Heti:” Apa pak Dendi tau ibu jadi pelacur?
Saya:” Ia dia tahu, tapi saya mau melakukannya tidak sembarangan, Cuma karena uangnya besar dan ada sesuatu yang panjang kalau harus diceritakan ke ibu (mengenai Pak Bob yang pernah melamar saya).
Bu Heti:” bagaiamana ya?
Saya:” Apa bedanya melayani suami saya, ayo saya tadi sdh menelepon orangnya tanda kita deal, lumayan bu, dan pikirkan kenikmatannya, kontolnya lebih gede dan panjang dari punya suamiku. Ibu pasti Puas”
Bu heti sempat berpikir, akhirnya menganguk juga.
Aku sudah berhasil menjerumuskan bu Heti ke duniaku.
Aku pun memberi tahu bahwa kita mau ketemuan di mall kemaren dimana kita bertemu.
Bu heti menyakan bagaimana mengenai anak-anak, saya menjawab akan saya titipkan dengan orang tua saya.
Segera saya bersiap-siap saya bilang ke Intan kalau saya ada urusan, Bu heti juga, saya antar anak-anak ke rumah orang tua saya.
Sampai di sana saya berbohong ke orang tua saya bahwa saya ada urusan penting, harus ke Sumedang tempat Bu Heti. Memang saya gelap mata sampai melakukan itu.
Setelahnya saya sms suami saya bahwa saya akan menemui Pak Bob. Suami saya Cuma bilang ok dan jangan lupa mengenai tugas saya soal planning dia.
Saya pun segera menelepon pak Bob untuk janjian di mall.
Saya pun egera menemui dia yang sudah menunggu di sebuah coffee shop di dalam mall tempat saya minum berdua dengannya waktu itu.
Saya lihat dia Cuma sendirian, tidak nampak bodyguarnya.
Dia menyambut saya dan mencium pipi kanan kiri saya, begitu juga ke Bu heti, saya yakin pelayan yang ada di situ pasti heran, saat itu masih sepi, pak Bob adalah pengunjung satu-satunya di coffe shop tersebut.
Saat itu saya mengenakan Hijab pink dengan baju panjang kemeja lengan panjang warna putih, garis-garis tipis wana abu-abu. Bawahannya memakai celana panjang kain warna biru muda, tidak terlalu tipis tapi ketat dan ngepress banget. Pinggul saya tercetak jelas begitu juga cetakan celana dalam saya.
Sedang Bu Heti menggunakan baju kaos wana pink yang pernah saya belikan, hijabnya warna pink dan rok panjang warna putih yang cukup lebar.
Pak Bob menatap kami berdua lalu menawarkan minum.
Saya pun segera memesan minum untuk saya dan Bu Heti.
Pak Bob:” Wah kalian memang cantik-cantik meski sudah punya anak”
Saya:” Om bob bisa saja”
Pak Bob:” Bagaiman bu Heti? Apa kabar?
Bu Heti:” Baik Pak”
Pak Bob:” jangan Panggil Pak, samain sama Dewi saja, Om”
Bu heti:” Ia om”
Pak Bob:” kita belanja-belanja dulu ya, saya mau pesan hotel dulu, tapi mungkin gak sebagus yang kemaren, kita cari yang dekat sini saja, karena ini dadakan”.
Saya:” Sip om, yang penting kan ada kasurnya, hehe”
Pak Bob:” Sudah pasti harus, gak enak kalau gak ada kasurnya, haha”
Sekitar 10 menitan kita segera meninggalkan Cofffe Shop.
Pak Bob:” Saya antar kalian beli baju dulu sesuai janji saya, pilih saja apa yang kalian suka dan sebanyak mungkin pasti saya bayarin”
Saya berbisik ke bu Heti:
Saya:” Ayo kita borong, kita manfaatkan kesempatan ini, nanti beli yang mahal-mahal”
Kami pun masuk ke sebuah toko baju muslimah, saya pun sengaja membeli baju yang bagus dan mahal-mahal.
Setelah selesai belanja kami bertiga keluar dari butik.
Pak Bob: “Mau kemana lagi kita?
Saya:”Sudah mungkin, Bu Heti ada yg mau dibeli lagi? Saya bertanya sama Bu Heti.
Bu Heti hanya menggelengkan kepalanya.
Pak Bob:”Kalau begitu kalian ikut saya, ada yg mau saya belikan buat kalian”. Sambil berjalan mendahului kami.
Kami segera mengikuti kemana Pak Bob pergi.
Pak Bob berhenti disebuah toko pakaian dalam.
Pak Bob:”Saya mau belikan cangcut dan kutang baru buat kalian, ayo masuk”.
Ternyata dia mau belikan kami pakaian dalam.
Pak Bob: Saya ingin kalian pakai buat nanti. Sambil tersenyum menyeringai.
Saya: Bagus-bagus Om, Om mau pilihan cangcut ya buat saya” Kata saya sambil memilih-milih celana dalam mulai dari yang bahan sutra sampai yg biasa.
Si Mbak penjaga toko menjelaskan jenis-jenis pakaian dalam yang ada di toko tersebut.
Saya lihat Bu Heti juga sedang sibuk memilih-milih mana yg kira-kira sesuai kesukaannya.
Pak Bob:”Ada kancut yang ada bolongan ditengahnya? Dia bertanya sama si penjaga yg terlihat masih muda, memakai hijab tapi bajunya seragam lengan pendek, yg kemudian aku tahu namanya Heni.
Heni:” Ada om Bob, sebentar saya ambil” Ternyata si Heni ini kenal dengan Pak Bob.
Saya:”Om kenal sama dia?
Pak Bob:”Ya, saya sdh biasa mengantar cewek-cewek yang saya bawa beli cangcut atau kutang di sini, penjaga di sini sdh tau saya semua”.
Saya:” Jangan-jangan cewek yg jaga di sini sdh ada yg kena sama om Bob ya?
Pak Bob: “ Maksud kamu kena gimana?
Saya:” maksud saya, kena kontol om, hehe”.
Pak Bob:” Oh, sdh lah, tu yang tadi itu namanya Si Hani, udh pernah gua ewe”. Kata Pak Bob bikin saya sedikit terkejut.
Sementara Bu Heti lebih banyak diam.
Tak lama si Hani datang membawa beberapa helai celana dalam.
Hani menyodorkan celana dalam tersebut ke saya.
Hani:”Ini mbak, mbak silahkan dipilih-pilih, bagus-bagus”
Saya melihat-lihat celana dalam tersebut, modelnya macem-macem, ada yg bolongnya pas di bagian depan, cukup lebar, ada juga yg bolongnya kecil di bagian bawahnya.
Warnanya pun macem-macem.
Saya:” Saya harus pilih cangcut yg mana om?
Pak Bob:”Saya suka semua, kamu ambil semua buat berdua dengan Heti” Sambil mata Pak Bob bergerak melirik ke Bu Heti.
Saya pun memilih 5 dan 5 lagi saya berikan ke Bu Heti.
Saya:” Bu ini cangcut buat ibu, pakai nanti ya”
Pak Bob:” Kalian ganti di sini ya”
Pak Bob ternyata meminta kami mengganti celana dalam langsung di sini.
Saya:” Ok Om, tapi saya mau pilih-pilih model yg lain dulu”
Saya pun jalan kembali dan setelah cocok mengambil beberapa potong celana dalam dan bh yg cocok dan bagus, begitu juga Bu Heti kumisnya melakukan hal yg sama.
Pak Bob:” Ayo ke ruang ganti, Gan, antar kami”
Bersambung