3. Patah Hati
Jordy menggertakkan giginya, pria itu mengambil gelas plastik dari genggaman tangan Ajeng lalu membuka tutupnya. Dengan tatapan gelisah Johan mengarahkan bibir gelas ke dalam mulutnya sendiri.
Melihat Jordy berniat meneguk es-nya, Satya kembali berkata. “Kenapa?! Sepertinya dugaanku memang benar.. kalau Jordy si tampan jatuh cinta sama si buruk rupa!”
Tanpa melihat ke arah Ajeng, Jordy mengarahkan cupnya ke samping tepat di atas kepala Ajeng. “Byuuurr!” Jordy menuang air jeruk ke atas kepala Ajeng lalu melempar kasar gelas plastik kosong dari genggaman tangannya ke lantai.
Ajeng menatap Jordy dengan tatapan tidak percaya, bingung, kesal dan marah. “Iblis, jahanam!” Seru Ajeng sambil mengusap wajahnya sendiri. Ajeng mengepalkan tangannya, dia sangat membenci Jordy.
Melihat itu, Satya puas sekali. Kini Satya berkacak pinggang tepat di depan Ajeng yang sudah basah kuyup. “Cupu! Ingat tempatmu!” Mendorong kening Ajeng menggunakan telunjuk kanannya sambil berlalu keluar dari dalam kelas.
Melihat Satya meninggalkan kelas Ajeng, Jordy juga berniat pergi. Ajeng langsung mencekal lengan Jordy, untuk menghentikan langkah kaki pria tersebut.
“Kenapa? Lupa? Kalau kamu hanya pelayan!? P-e-l-a-y-a-n!” mengeja kata dan dia sebutkan tepat di depan wajah Ajeng.
“Jahat sekali, sebenarnya salahku di mana?! Aku benci sekali sama kamu Joooooo! Benciiii!” Ingin sekali Ajeng meneriakkan kata-kata itu. Namun sayangnya jeritan itu hanya bisa dia keluarkan di dalam hati. “Nggak apa-apa, Majikan, pergi saja.” Ajeng melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Jordy lalu memutar tubuhnya, gadis itu berdiri memunggunginya sambil mengusap kedua lengannya yang kini basah kuyup. Ajeng sengaja memutar tubuh untuk menyembunyikan air matanya.
Jordy masih berdiri di belakang punggung Ajeng, pria itu hendak mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahunya.
“Jo! Ayo ke kelas, sudah bel masuk!” Seru Dika dari arah pintu. Jordy menarik tangannya kembali lalu bergegas pergi meninggalkan Ajeng.
Setelah Jordy pergi dari dalam kelasnya. Ajeng menjadi bahan tertawaan satu kelasnya.
“Jordy naksir gadis cupu kayak dia? Ya jelas nggak mungkinlah!” Seru salah satu murid perempuan sambil menyenggol bahu Ajeng ketika menuju ke arah bangkunya.
Ajeng mengusap pipinya, air matanya terus mengalir tanpa bisa berhenti. Dia sangat sedih dan terluka. Tidak disangka impian dia masuk di sekolah ternama malah membuat dirinya menderita. Karena bajunya basah kuyup, dia juga tidak bisa mengikuti jam pelajaran selanjutnya.
Keesokan harinya..
Ajeng baru tiba di sekolah, gadis itu melihat Jordy dan Dika sudah berdiri di gerbang menunggu kedatangannya.
Ajeng berniat berlalu melewati mereka berdua begitu saja.
“Hei pelayan! Mau ke mana kamu?! Nggak lihat aku di sini nunggu sejak jaman Siti Nurbaya!” Bentak Jordy pada Ajeng. Pria itu melemparkan tasnya ke arah Ajeng. “Bawa ke kelas!” Perintahnya sambil mendahului Ajeng masuk ke dalam gedung.
Ajeng terpaksa berhenti, gadis itu memutar bola matanya dengan kesal. “Pantas saja muka kamu mirip sama Datuk Maringgih!” Gerutu Ajeng dengan suara pelan.
“Kau!” Jordy berkacak pinggang sambil memutar tubuhnya menghadap ke arah Ajeng.
“Ampun, Majikan!” Seru Ajeng pada Jordy sambil menggelengkan kepalanya.
“Jo, hahahaha! Datuk Maringgih!” Dika tertawa sambil menumpukan sikunya di atas bahu Jordy.
“Mau tonjok!? Nih!” Jordy mengepalkan tinjunya ke arah Dika.
“Nggak!” Sahut Dika cepat.
Tepat di ambang pintu ruang kelasnya, Satya sudah menunggu di sana dengan tepung kemasan satu kilogram. Di sana banyak sekali siswa dan siswi berkerumun untuk menonton. Dari banyaknya orang di sana jelas sekali Satya sengaja membuat mereka berkumpul untuk menunggu kehadirannya.
Jordy, Dika, dan Ajeng berhenti. Jordy melangkah maju menatap tajam ke arah Satya.
“Kurang kerjaan, kamu!” Bentaknya pada Satya.
Tatapan mata Satya tertuju pada Ajeng yang kini berdiri di belakang punggung Jordy, gadis itu sedang memeluk tas Jordy.
Satya menyentuh bahu Jordy. “Aku hanya ingin memberikan selamat, karena kalian sudah dinobatkan menjadi pasangan paling romantis di sekolah kita! Iya nggak teman-temaaaan!?” Seru Satya pada Jordy.
Tanpa disangka Jordy, Ajeng tiba-tiba menyela, gadis itu malah memberikan tas Jordy kembali pada pria tersebut lalu berniat meninggalkan keramaian itu.
“Heh! Cupu! Mau ke mana kamu!?” Seru Satya pada Ajeng seraya menggenggam pergelangan tangan gadis itu.
“Aku sudah bilang, Jejeng ini pelayanku! Jadi tidak ada yang bisa menindas dia kecuali aku!” Bentaknya pada Satya. Jordy mengambil tepung dari genggaman tangan Satya, dengan sengaja Jordy menumpahkan tepung tersebut di atas kepala Ajeng.
“Maafkan aku, Jeng.” Bisiknya dalam hati seraya menatap wajah Ajeng yang kini kotor penuh tepung akibat ulahnya barusan.
Tiga tahun berlalu.. Tiga tahun neraka bagi Ajeng sudah berakhir! Gadis jelita dengan penampilan menawan berdiri dengan anggun di depan kampus seni Yogyakarta.
Saat gadis dengan paras elok tersebut melintas sontak para lelaki di sana langsung riuh menggoda. Tatapan mata Ajeng tertuju pada sosok pria muda yang baru saja turun dari dalam mobilnya. Pria muda itu adalah Jordy Wijaya! Itulah tujuan dia datang ke kampus seni tersebut. Membuat Jordy terpikat olehnya lalu menolak cintanya!
Awalnya Ajeng sedikit kesulitan mendekati Jordy. Tapi perhatian yang dia berikan lama-lama membuahkan hasil juga. Tepat setelah beberapa bulan dia terus mengekor Jordy akhirnya pria itu memakan umpan yang dia berikan. Tepat di depan kelas pria itu menyatakan cinta padanya.
"Sorry Jo! Kamu bukan level ku! Srak! Srak! Srak! Pyaarrr!" Ajeng merobek-robek kertas surat cinta pemberian Jordy Wijaya kemudian melemparkan senyum meremehkan, Ajeng dengan sengaja menebar sobekan surat tersebut di atas kepala mereka berdua. Jordy mendongakkan kepalanya. Pria itu masih meremas kepalan jemari tangannya. Merasakan luka dalam hatinya. Perih! Nyeri! Ngilu! Sejuta rasa bercampur menjadi satu dalam dadanya.
Pria itu tak mengalihkan pandangan matanya dari menatap wajah cantik sosok di depannya. "Ajeng, i love you.." Bisiknya tanpa suara, hanya dengan isyarat bibirnya, dia tahu Ajeng pasti mengetahuinya dari gerakan bibirnya.
Pikirnya gadis itu akan terharu dengan ungkapan syahdu tersebut. Namun tidak, Ajeng malah memutar tubuhnya berbalik dan pergi meninggalkan dirinya mematung di depan kelas, berdiri di tengah serpihan surat cinta miliknya.
Bagai dihujam besi tajam pada ulu hatinya! Jordy merasa terluka sakit sekali, tapi tak ada torehan di sana. Wajah Jordy memanas menatap wajah jelita di depannya berlalu dari hadapannya. Jemari tangannya mengepal menggenggam penuh amarah.
"Sialan!" Gumamnya sambil menenteng tasnya keluar dari dalam kelas tersebut. Dia enggan mengikuti pelajaran hari ini. Selain egonya ditelan rasa malu karena baru saja dicampakkan, juga tidak ada mood untuk mengikuti kegiatan belajar hari ini. Dia tidak peduli dengan nilai D dia tidak peduli dengan skorsing!
