BAB 6
BAB 6
HAPPY READING
***
Dian dan Linggar memilih menunggu di lobby, sementara Liam dan Darka melakukan transaksi kepada receptionis.
"Yan," ucap Linggar memelankan suaranya.
"Kenapa Ling, lo ngomongnya bisik-bisik gitu sih,"
"Gue mau tanya sama lo,"
"Lo mau tanya apa?" Tanya Dian penasaran.
"Beneran Tasya Kamila suka sama mantan gue,"
"Maksud lo si Darka,"
"Iya lah, mantan gue siapa lagi selain dia,"
"Ya, kayaknya sih gitu, emang kenapa?"
"Gue enggak percaya,"
"Kenapa mesti enggak percaya, mantan lo ganteng, keren gitu. Enggak menutup kemungkinan, si Tasya Kamila suka sama dia, secara Tasya Kamila sekarang tinggal di New York, sering ketemu lah setidaknya mereka," ucap Dian, ia berusaha meyakinkan.
"Masa sih,"
"Lo tau sendiri mantan Darka sebelumnya juga artis,"
"Iya,"
"Ya, berarti bener dong seorang Tasya Kamila suka sama dia," ucap Dian.
"Owh gitu ya, tapi kok gue enggak yakin ya,"
"Itu terserah lo deh percaya atau enggak. Lo takut mantan lo jadian sama Tasya Kamila,"
"Enggaklah, ngapain takut, kita enggak ada hubungan apa-apa lagi. Terserah dia mau pacaran sama siapa aja,"
"Lo balikkan aja lagi, kayaknya dia berharap sama lo, bukan si Tasya Kamila itu,"
"Gue enggak mau,"
"Di coba aja dulu, kalau enggak cocok ya putus aja lagi,"
"Terus si Putri, sama Cinta Laura itu beneran suka sama Darka. Kok gue ngerasa mereka ngomongnya cuma mau manas-manasin gue ya. Mereka ngomongnya ngawur gitu kan," ucap Linggar.
"Gue enggak tau, kehidupan mereka di New York kayak apa. Biasa kalau cowok gue ngomong bener Ling,"
"Masa sih,"
"Iya bener, lo tau sendiri kalau si babon itu ngomong blak-blakkan. Kelihatannya aja becanda, tapi bener tuh apa yang di omonginnya,"
"Masa sih,"
"Iya beneran,"
"Jadi bener ya,"
"Bener lah,"
"Owh beneran, kirain becanda,"
"Eh dia datang tuh," ucap Dian, ia memandang Darka dan Liam berjalan mendekatinya.
*************
Mereka memilih menginap di The Adge Villa jaraknya memang tidak terlalu jauh dari Alila, sama-sama berada di tebing. Ia mengacungi empat jempol pada Villa ini, karena pemandangan laut yang menakjubkan dari ketinggian. Fasilitas villa ini memiliki, kolam renang pribadi, tempat bersantai di taman, serta tempat berjemur.
Sebenarnya cukup mudah untuk mencari The Edge, karena tempat ini begitu terkenal. Biasa tempat untuk melangsungkan private wedding party. Tempat ini terlihat begitu intim, sangat pas untuk berbulan madu. Lokasi Villa ini di jalan Pura Goa Lempeng. Hotel ini juga mendapat predikat best view dalam ajang the Haute Grandeur Global Hotel and Awards.
Setiap orang yang menginap di sini, mendapat pelayan pribadi yang mengenalkan semua fasilitas villa, untuk membantu hal-hal kecil. Para tamu benar-benar di perlakukan bak raja.
Harga satu Villa bisa membuatnya pusing tujuh keliling. Jujur ia sama saja bunuh diri, uang di transfer Tita, pun tidak cukup untuk harga kamar ini di hargai. Sebenarnya ia ingin menolak, untuk menginap di sini. Tapi dua orang laki-laki itu memilih tambatan hatinya, di The Adge Villa, yang membuat ia berdebar, berdebar bukan karena bertemu sang mantan. Melainkan karena melihat daftar harga yang di tawarkan permalam, hitung aja hingga tiga hari ia di sini. Ia akan meminta transfer lagi kepada Tita, jika sewaktu-waktu akan berubah menjadi patungan. Sebenarnya siapa yang akan bulan madu sebenarnya, mereka atau Daniel dan Ayana. Linggar meletakkan koper miliknya di dekat sofa. Darka memandangnya dan lalu tersenyum. Oh Tuhan, kenapa ia terjebak bersama sang mantan di sini.
Darka dengan tenang berjalan mendekati sang mantan, terlihat jelas wajah itu cemas yang teramat sangat.
"Ada yang harus aku kasih tahu kepada kamu satu hal," ucap Darka. Ia melirik Dian dan Liam masuk ke dalam kamar.
Linggar yang duduk lalu berdiri, ia meremas jemarinya karena dingin, efek belum siap bertemu sang mantan.
"Apa,"
"Begini, aku mohon pengertian kepada kamu,"
"Pengertian apa," ucap Linggar, ia sudah yakin ada yang tidak beres di sini, termasuk si Dian, yang mulai mencurigakan.
"Kamu tahu kan Liam, udah satu tahun enggak pernah pulang ke Indonesia,"
"Terus kenapa emangnya, kalau enggak pulang," ucap Linggar.
"Dia dari New York langsung mendarat ke Bali, enggak pakek singgah ke Jakarta lagi. Tahu dong, betapa lelahnya perjalanan dia seharian,"
"Terus apa hubungannya sama gue,"
"Di sini hanya dua kamar, Liam sekarang istirahat di kamar, sama Dian,"
"Loh kok gitu, Dian enggak ada cerita sama gue soal kamar,"
"Mungkin Dian nya malu, makanya enggak cerita sama kamu. Jadi otomatis kita tidur di tempat yang sama, di sana," ucap Darka menunjuk daun pintu.
"Gue cari hotel lain aja deh kalau gitu,"
"Cari hotel di mana lagi, yang paling deket sama Alila ya ini," ucap Darka.
"Ya hotel di mana aja, asal enggak sama lo,"
"Bukannya begitu, di sini kamu lebih save, ada yang jagain. Kalau sendiri-sendiri bahaya, banyak kriminalitas,"
"Yang paling bahaya, ya sama lo ini,"
"Kok aku bahaya, justru aku jagain kamu,"
"Jagain dari mana, kamu pokoknya bahaya buat aku,"
"Mungkin bahayanya takut kamu jatuh cinta lagi sama aku,"
"Ih GR, pokoknya aku enggak mau sekamar, titik,"
Darka menarik nafas, "Kamu enggak kasihan sama Liam dan Dian, mereka jarang ketemu loh, masa mau dipisahin gitu aja, mereka butuh privacy buat kangen-kangenan lah. Mereka sebentar lagi juga mau nikah,"
"Ya pokoknya aku enggak mau sekamar sama kamu,"
"Kamu enggak lihat, ini villa bagus banget. Terus kamu bisa selfie-selfie juga. Belum tentu hotel lain sebagus ini. Ini salah satu villa terbaik loh, di Bali,"
"Ya, aku enggak peduli, mau juara terhebat juga enggak ngaruh buat aku,"
Darka tersenyum mendengar kata kamu di sana, mungkin wanita cantik di hadapannya tidak menyadari berkata aku kamu seperti ini.
"Aku nanti tidur di kursi deh, atau di bawah, asal kita sekamar,"
"Tetap aja itu namanya sekamar,"
"Ya mau gimana lagi, kamar villanya cuma dua. Tapi kan enggak satu ranjang, cuma numpang tidur aja," ucap Darka masih membujuk Linggar berbagai cara.
"Gini aja, kamu lihat dulu kamarnya seperti apa. Kalau kamu enggak mau, nanti kamu sewa villa tersendiri aja," ucap Darka memberi opsi.
Jika ia menyewa villa satu lagi bisa jadi, uang di ATM nya langsung ludes tanpa tersisa, bahkan kurang. Ia tidak mungkin menghambur-hamburkan uang hanya untuk menginap di sini.
"Bagaimana," ucap Darka.
"Kalau aku cari hotel yang lain gimana?" Ucap Linggar.
"Hotel mana lagi, di sini paling bagus juga, fasilitasnya banyak, keren lagi. Masa kamunya mau pisah pisah gitu. Villa di sebelah juga masih kosong, kalau kamu mau sewa sendiri," ucap Darka lagi.
Bukan masalah villa yang masih kosong, tapi nginap di sini, berat di ongkos.
"Ih, enggak gitu juga,"
"Udahlah nginap di sini aja, lagian kamu juga enggak ikut patungan,"
"Beneran,"
"Iya beneran, aku sama Liam yang bayar," ucap Darka.
"Owh gitu,"
Darka tersenyum akhirnya ia berhasil membujuk sang mantan bersamanya. Darka meraih koper Linggar dan di bawanya menuju kamar. Sementara Linggar mengikutinya dari belakang.
Darka menutup pintu itu kembali setelah Linggar masuk ke dalam. Linggar memandang sebuah tempat tidur yang terlihat rapi, tatanan cahaya yang baik, karena mengahadap langsung ke arah laut. Kamar ini seperti kamar hotel lainnya, hanya sentuhan khas bali, terkesan sangat intim. Ini kamar lebih cocok untuk orang yang sedang berbulan madu menurutnya. Linggar tersenyum memandang kolam yang menghadap ke laut di sana, dan ia lalu berjalan menuju gazebo yang lengkap dengan bed dan bantal.
Darka tersenyum melihat Linggar, ia sudah pastikan wanita itu tetap bersamanya. Darka membuka jaket, dan ia simpan secara sembarang. Ia tidak peduli lagi dengan Dian dan Liam yang entah kemana. Rencana telah berjalan dengan lancar, untuk mendapati Linggar kembali.
Linggar melirik Darka, laki-laki itu tersenyum licik kepadanya. Ada perasaan takut menyelimuti hatinya.
"Berenang yuk," ucap Darka.
"Enggak mau,"
"Aku liat kamu, muka pengen gitu mau nyentuh air,"
"Nanti aku tidur gazebo aja deh, dan kamu tidur di kamar," ucap Linggar.
"Kalau tidur siang boleh, tapi kalau malam aku enggak yakin, pasti di sana banyak berandal-berandal nyamuk, yang siap menghisap darah kamu," ucap Darka, ia berjalan mendekati Linggar.
"Tapi aku mau dengar suara ombak,"
"Dari kamar juga kedengaran suaranya,"
"Tapi aku lihat laut nya juga,"
"Malam-malam laut nya enggak kelihatan, percuma,"
"Tapi aku mau tidur ada angin sepoi-sepoi gitu,"
"Nanti malam kita buka pintunya,"
"Tapi tetap aja enggak seru, kalau enggak lihat secara langsung,"
Darka tersenyum dan ia memegang pundak Linggar, agar mengahadap dirinya.
"Dengar mantan kekasih ku, yang paling cantik di dunia ini. Kamu mau tidur di gazebo,"
"Iya, emang enggak boleh,"
"Oke, nanti malam kita tidur di sini. Aku enggak peduli ada nyamuk-nyamuk nakal yang siap mengganggu kita, sepertinya seru, apalagi sama kamu,"
Linggar mulai sadar dan ia dengan cepat menepis tangan Darka dari bahunya.
"Jangan sentuh-sentuh, status kita cuma mantan,"
"Enggak sentuh, hanya kasih tahu,"
"Udah deh jauh-jauh sana, gue enggak bakal mau tidur sama lo," ucap Linggar.
Darka tersenyum melirik Linggar, ia membuka baju dan celana tepat di hadapan sang mantan. Ia letakkan pakaiannya di sisi gazebo. Hanya boxer hitam itu lah yang tersisia. Sedetik kemudian, ia menceburkan diri di kolam.
**********