10. Him
Anastasia terbangun dari tidurnya setelah mendengar ketukan sepatu yang berat menghampirinya, ia duduk dari sofa tempatnya tertidur dan menatap heran kearah alex yang ikut duduk disampingnya.
Ia menghambur kepelukan alex dan terisak didada bidang milik alex.
"aku merindukanmu.." gumam ana sambil menghirup dalam-dalm aroma alex.
"akupun mon amour... Kembalilah tidur. Aku menemani mu disini"
Ana merebahkan kepalanya dipangkuan alex, nyaman...
Batin ana
Ia terus menggenggam tangan besar itu seolah takut kehilangannya.
Cekrek!!!
Ana terbangun mendengar suara pintu yang terbuka
Alex...
Ia mencari sosok yang tak nyata
Mimpi
Ana memegang sakit didadanya menerima kenyataan bahwa semua itu hanyalah mimpi, alex tak akan kembali...
Sakit..
Tak pernah ana merasakan sakit yang seperti ini
Andrew berhenti sejenak melihat tangisan pilu ana.
"my lady...
Tenangkan dirimu"
"Tuan Alexander sedang dalam perjalanan menyelamatkan ibu anda"
"dia membenciku andrew
Dia membenciku..."
Lirih ana menahan rasa sakit didadanya.
"katakan andrew!
Apa kau juga membenciku?"
Tanya ana menatap andrew dengan tajam
"tentu nona..
Nona mencoba membunuh tuanku.
Untunglah tuan alex dengan sigap menyadari kopi berisi racun yang nona hidangkan" jawab andrew datar
Ana berdiri berfikir sejenak kemudian berbalik kearah andrew.
"apa yang kau ketahui tentang kekuarga Ivanovic, andrew?"
"aku ingin tahu"
Andrew menghela nafas kasar. Alex tak pernah melarang ana untuk mengetahui sisi kelamnya.
"ibunya meninggal, tuan alex memiliki saudara kembar dan ayah yang tempramental nona"
"aku sudah tau..."
Ana berjalan pelan kearah jendela sambil merapikan sweater nya..
"apa hubungan nya dengan Dimitru?"
"dia ayah tuan alexander"
"apa? Bukankah ayahnya-"
"itulah yang menjadi permasalahannya nona, ia tidak mati pada saat itu"
Ana menggelengkan kepalanya tak percaya, lalu apa hubungan dimitru dengan ibunya?
.
.
.
.
Alex mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mengepung kediaman Dimitru, ia menyusuri lorong gelap rumah tersebut sendirian sambil menggenggam erat senjata miliknya.
Brakkkk
Alex membuka salah satu ruangan dan
Sepi....
Tak ada apapun disini....
"sial..."
Krakk krakk
Alex memicingkan matanya ke sumber suara, ia berjalan pelan dan menemukan sebuah ruangan semacam sel tahanan.
Apa-apaan ini
Alex melihat seorang wanita terbaring lemah didalam sel, dia memasuki sel menghampiri wanita tersebut. Alex membalikan tubuh wanita itu dan betapa terkejutnya alex menemukan sebuah pisau menancap diperutnya. Ia menggerakan tubuh itu mencoba membangunkan wanita tersebut namun tak ada tanggapan. Kemudian ia menyentuh leher wanita itu..
Sial!!!!
Suara tepuk tangan seseorang dari seberang sel
Dimitru...
Alex mengepalkan tangannya hingga bergetar, ia berbalik dan mendapati pria tua itu menutup dan mengunci pintu sel. Alex hanya memandang dimitru datar sambil menyeringai.
"kau sudah dewasa son"
"aku tau kau pasti datang"
Suara dimitru menjadi pembuka percakapan yang menerkam diantara mereka.
"kau ingat wanita itu? Wajahnya mengingatkan mu pada wanita mu bukan?" dimitru tertawa melihat alex mengetatkan rahangnya
"kenapa? Ana mu itu lebih memilih ibunya dibandingkan bajingan sepertimu"
"DIAM KAU BRENGSEKK!!
KELUARKAN AKU DARI SINI!!!!
Aku akan memecahkan kepala mu"
"PENGECUTTT!!!"
"KELUARKAN AKU DARI SINI!!!"
Alex terus mengumpat sementara dimitru duduk menyilangkan kaki sambil menghisap cerutunya..
"apa yang kau mau dariku? Harta? Kekuasaan?
Ambilah!!! Aku tak membutuhkannya lagi" alex berkata putus asa..
"kebencianku padamu lebih besar daripada harta yang diwariskan ayahku kepadamu.."
"membunuh mu adalah salah satu cara terbaik dihidupku"
"mengapa? Mengapa kau begitu membenciku?"
"biar aku ceritakan masa lalu, lagipula kau sudah dewasa bukan?"
Dimitru menyeringai
"kakek buyut mu Ivan...
Sangat menantikan seorang cicit dari madre mu, lalu kalian lahir.
Diantara kalian berdua ivan sangat menyukaimu, menyukai keberanian mu saat kau mulai tumbuh. Aku tak mempermasalah kan nya...
Hingga pada akhirnya si tua bangka Valen itu mencetuskan wasiat kakek buyutmu yang berisi Alexander Ivanovic Mikhailov adalah satu-satunya pewaris seluruh kekayaan dan aset yang dimiliki Ivan..
Tentu saja itu membuatku naik darah, apakah Kalvian tak berarti bagi mereka?"
Alex mendengarkan dengan seksama..
Kalvian..
Alex mendobrak sel besi tahanan menggunakan kedua kakinya
"Brengsekk kau tua bangkaa!!"
Seorang pengawal dengan tubuh lebih besar dari alex membuka sel tahanan dan masuk kedalam nya lalu mengunci sel, alex mengarahkan senjata kearahnya namun dihempaskan oleh pengawal tersebut.
Adu jotos pun menjadi pemandangan menarik bagi Dimitru.. Ia masih menyesap dalam-dalam cerutunya. Mendengar erangan dan kesakitan alex, Nikolai yang sedari tadi berjaga diluar tak tahan ingin mendobrak pintu dihadapannya.
Brakkkk
Nikolai melesatkan tembakan diberbagai penjuru diruangan ini, begitu cepat sehingga dimitru tak sempat melarikan diri. Beberapa peluru menembus tubuh dan kepala dimitru, tubuhnya limbung seketika. Darah mengalir deras dari tubuhnya.
Alex tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung menyambar senjata miliknya dan menembakan nya kearah pengawal bertubuh besar tersebut.
Dor!!!
Ivanovic's mansion
Bersama andrew ana menanti kepulangan alex, tangis ana pecah seketika melihat penjaga menggotong tubuh sang ibunda yang sudah tak bernyawa.
Ia kemudian berlari menghampiri tubuh dingin ibunya dan memeluknya erat sembari menangis keras
"maafkan aku mon amour..
Aku tak dapat melindunginya"
Ana tak menggubris pernyataan alex
.
.
.
.
.
Kini telah jelas dimata ana pemakaman sang ibunda, setidaknya ana melihat dengan kepala sendiri bahwa ibunya benar-benar pergi kali ini. Alex merangkul tubuh lemas ana dan membawa ana pergi.
"katakan andrew!"
Perintah ana kepada andrew sedangkan alex menatap ana dari kursi kebesarannya
"menurut informasi yang kami dapat, Dimitru memalsukan kematian ibu anda, nona...
Dimitru membuat kecelakaan palsu dengan mobil yang dikendarainya terjatuh kejurang...
Penyebab dimitru memilih ibu anda belum diketahui hingga saat ini" jelas andrew secara terperinci
"kau boleh pergi andrew"
"baik tuan" andrew mengangguk patuh berlalu pergi menutup pintu ruangan.
Tubuh ana bergertar menahan tangis yang kian menjadi. Sungguh miris hidupnya.. Alex menghela nafas kemudian berjalan kearah ana dan berjongkok didepannya..
"mon amour... Aku tau ini sulit untuk mu dan untuk kita berdua. Perbedaan dalam hidup kita adalah keluargaku pembunuh dan keluargamu adalah korban nya" ia mengecup jari lentik ana.
Ana langsung memeluk alex mencari kehangatan dalam dirinya.
"jangan tinggalkan aku alex.. Hidupku telah hancur dan tak ada yang menemaniku... Hiks... Hiks..."
Alex mengusap lembut rambut pirang ana dengan lembut
"aku takkan meninggalkan mu ana... Kita akan menuju masa depan yang cerah, melupakan masa lalu yang kelam dan bahagia bersama"
"mon amour....
Maukah kau.."
"Menikah dengan ku?"
*************
Frence
Ia membanting telepon dan meninju beberapa karyawan nya..
"BODOHHHHH!!!
BAGAIMANA BISAA?"
Ia mengepalkan tangan nya dan meminju meja cermin hingga pecah. Tangan berdarah nya tak ia hiraukan..
"this isn't your happy ending Ivanovic, its just the begining"
Ia menyeringai....