2. Jika Waktu Bisa Diputar
Jiwa Lysire masih terus berputar-putar di dunia. Wanita itu berkali-kali mengutuk Xarion karena telah membantai seluruh keluarganya yang tidak bersalah.
Hari ini tepat satu bulan kematiannya, dan pada hari yang sama ini Xarion menikah dengan Amarise yang merupakan sahabat Lysire. Amarise merupakan putri Perdana Menteri yang juga ikut berkolusi mengkhianati Kainer.
Selama satu bulan ini Lysire telah mengikuti Xarion, ia terus berusaha untuk membunuh Xarion berkali-kali. Dan karena itu juga ia mengetahui bahwa hubungan Xarion dan Amarise telah berlangsung lebih dari dua tahun.
Amarise adalah wanita bermuka dua, di depannya wanita itu terlihat mendukungnya dengan Xarion. Amarise akan menyemangatinya ketika ia merasa menderita karena menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Dan Amarise juga orang yang ikut meyakinkannya untuk membunuh Kainer.
Jadi, inilah yang diinginkan oleh Amarise. Bukan hanya Xarion yang memanfaatkannya, tapi Amarise juga. Wanita itu menginginkan posisi ratu yang dimiliki olehnya.
Lysire tidak merasa cemburu atau marah karena Xarion menikahi wanita lain, tidak ada lagi cinta untuk Xarion yang tersisa hanya dendam dan kebencian. Menurut Lysire, Xarion dan Amarise merupakan pasangan yang ditakdirkan oleh langit, keduanya adalah manusia berdarah dingin yang akan melakukan apa saja untuk memenuhi ambisi mereka.
Waktu demi waktu berlalu, Lysire sudah tidak ingin lagi berada di dunia ini, tapi tidak ada cara yang bisa ia lakukan agar jiwanya meninggalkan dunia ini dan pergi ke neraka, tempat yang memang pantas untuknya.
Namun, ternyata ada alasan kenapa ia masih tetap harus berada di dunia ini, itu karena ternyata Kainer masih hidup. Suaminya itu kembali ke istana dan membalas dendam pada Xarion.
Perasaan Lysire menjadi lebih baik setelah ia melihat Kainer, syukurlah Kainer tidak tewas. Ia benar-benar sangat menyesali tindakannya beberapa tahun silam.
Ia merasa semakin bersalah setelah melihat Kainer membalaskan dendamnya dan keluarganya pada Xarion. Ia telah berbuat begitu jahat pada Kainer, tapi Kainer masih menyebutnya sebagai istrinya. Ia tidak mengerti kenapa Kainer masih begitu bodoh, seharusnya pria itu membencinya dan mengutuknya karena perbuatan yang telah ia lakukan.
Setelah berhasil membalas dendam, Kainer kembali menjadi raja. Pria itu tidak menikah lagi, ia hanya mengadopsi seorang anak laki-laki yang akhirnya menjadi putra mahkota. Lysire yang tadinya mengikuti Xarion, sudah berubah mengikuti Kainer ke mana pun pria itu pergi.
Lysire mengetahui seberapa besar cinta pria itu terhadapnya. Kainer membuatkan papan nama untuknya agar bisa tetap dihormati sebagai leluhur di kerajaan Celestria. Setelahnya pria itu akan mengunjungi papan nama itu seolah Kainer sedang mengunjungi makamnya. Ada kalimat yang pernah diucapkan oleh Kainer sampai saat ini masih Lysire ingat.
Aku sangat membencimu, Lysire, tapi aku juga sangat mencintaimu. Di dunia ini, mungkin hanya aku pria yang sangat bodoh. Kau memilih membunuhku untuk pria lain, tapi di sini aku masih merindukanmu.
Saat mendengar Kainer mengucapkan kalimat itu Lysire ingin menangis sekencang-kencangnya. Bagaimana ia bisa begitu jahat pada pria yang mencintainya dengan sedalam itu. Lysire sangat menyesal. Jika waktu bisa diputar ia akan memperbaiki semuanya. Ia akan memperlakukan suaminya dengan baik dan mencintainya dengan sepenuh hati.
**
"Yang Mulia Ratu! Yang Mulia Ratu!" Suara panggilan serta guncangan kecil di lengannya membuat Lysire akhirnya membuka matanya.
"Yang Mulia Ratu, apa yang terjadi? Apakah Anda mengalami mimpi buruk?"
Yang Mulia Ratu? Lysire memiringkan kepalanya menatap Myrrah, pelayannya. Dalam ingatannya, Myrrah sudah tewas dibunuh oleh orang suruhan Xarion. Lalu, bagaimana Myrrah ada di sebelahnya? Apakah mungkin ini akhirat sehingga mereka bisa berjumpa lagi?
"Apakah akhirnya aku pergi ke akhirat juga?"
Myrrah yang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Lysire segera merasa takut. Ia memanggil pelayan lainnya.
"Pelayan Riona, kemarilah!"
Riona yang berjaga di luar kamar segera masuk ke dalam.
"Ada apa, Pelayan Myrrah?"
"Yang Mulia Ratu tadi menangis, dan sekarang mengatakan tentang akhirat."
"Sepertinya Yang Mulia Ratu seperti ini karena demamnya. Aku akan memanggil tabib untuk segera memeriksanya."
"Cepat pergilah!" seru Myrrah cemas.
Riona segera pergi, Myrrah berlutut di samping Lysire. "Yang Mulia Ratu, apakah Anda mengenal saya?"
"Myrrah, aku minta maaf."
"Yang Mulia, apa yang terjadi? Kenapa Anda meminta maaf?" Myrrah merasa semakin heran. Demam tinggi tampaknya benar-benar membuat otak ratunya terganggu.
"Aku tahu kau pasti menyalahkanku atas kematian yang tidak adil yang terjadi padamu. Aku benar-benar meminta maaf."
"Yang Mulia, tolong jangan menakut-nakutiku." Myrrah kini menangis. Ia sudah mengikuti Lysire sejak Lysire belum menikah. Dan Lysire adalah majikan yang baik yang memanusiakan pelayan. Lysire tidak pernah berbuat salah padanya atau pelayan lain yang mengharuskan wanita itu meminta maaf padanya. Selain itu, Lysire adalah seorang ratu. Dia tidak perlu meminta maaf pada seorang pelayan rendahan.
Pintu kamar kini terbuka lebar, tapi sosok yang datang bukanlah Riona melainkan Kainer.
"Yang Mulia Raja, tolong lakukan sesuatu. Yang Mulia Ratu mengatakan hal-hal yang aneh." Myrrah berkata pada Kainer masih dengan deraian air mata di wajahnya.
Yang Mulia Raja? Lysire segera mengalihkan pandangannya. Ia melihat Kainer, tapi bukan seperti ini penampilan Kainer yang ia lihat terakhir kali. Pria itu sudah berusia lima puluhan tahun, meski tetap terlihat tampan, tapi garis-garis penuaan tampak di wajahnya. Bukan begitu muda seperti yang ada di depannya saat ini.
"Ratuku, apa yang terjadi padamu?" Kainer bertanya dengan tenang.
Lysire tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Kainer bisa melihat dan bicara padanya. Apakah mungkin hal ini terjadi karena penyesalannya yang dalam sehingga ia mengalami halusinasi seperti ini?
"Yang Mulia Raja, aku bersalah. Aku menyesal, aku benar-benar meminta maaf padamu."
Kainer kini mengerti apa yang dikatakan oleh Myrrah, ratunya benar-benar mengatakan hal-hal yang aneh. Bersalah? Menyesal? Meminta maaf? apa kesalahan yang dilakukan oleh Lysire sehingga dia meminta maaf seperti ini?
Kainer mulai merasa cemas, pria itu segera menggenggam tangan istrinya. "Ratuku, kenapa kau meminta maaf?"
Rasa hangat yang menyelimuti tangannya membuat Lysire merasa ada sesuatu yang tidak benar di sini. Apakah orang mati bisa merasakan hangat seperti ini?
Tunggu dulu, apakah halusinasi akan terasa begitu nyata seperiti ini? Kainer seharusnya tidak bisa melihatnya, pria itu juga tidak bisa mendengar suaranya, juga Kainer tidak akan bisa menyentuhnya. Selain itu Kainer masih sangat muda.
Lysire melihat ke sekelilingnya, wanita itu telah meninggalkan kamarnya selama puluhan tahun, tapi ia tidak akan melupakan seperti apa kamarnya di istana. Dan sekarang ia berada di kamar itu, tidak ada yang berubah sedikit pun. Mata Lysire terbelalak ketika ia menyadari sesuatu yang tidak masuk akal baginya.
Sikap Lysire yang tidak biasa membuat Kainer merasa cemas. Apa yang salah dengan istrinya?
"Tanggal dan tahun berapa sekarang?" tanya Lysire.
Myrrah menangis semakin kencang, ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan dari ratunya karena terlalu cemas. Ia semakin yakin bahwa ratunya mengalami masalah pada otaknya karena demam tinggi.
"Tanggal 20 bulan ke 3 tahun 112 Celestia." Kainer memberikan jawaban untuk istrinya.
Sekarang setelah mendengar jawaban Kainer, Lysire diam lagi lalu kemudian wanita itu menangis. Sang Pencipta tampaknya benar-benar mendengar doanya. Dia kembali ke tiga tahun lalu, saat ini usia pernikahannya dengan Kainer baru dua bulan.
Jika ia tidak salah ingat, ia memang pernah mengalami demam tinggi karena sebelumnya ia berdiri di tengah hujan di depan paviliun Kainer agar pria itu mengampuni Xarion yang datang menemuinya tanpa izin dari Kainer.
Melihat Lysire menangis seperti ini, Kainer merasa sakit di hatinya. "Ratuku." Pria itu bersuara pelan.
Lysire tidak peduli apa yang akan Kainer pikirkan tentangnya, wanita itu segera memeluk Kainer. Ia bersumpah di dalam hatinya, bahwa ia tidak akan pernah mengkhianati suaminya lagi.
Tubuh Kainer menegang. Melihat Lysire menangis bukan hal aneh lagi bagi Kainer, karena sejak menikah dengannya beberapa kali ia menemukan Lysire menangis. Wanita itu akan berulang kali meminta diriya untuk menceraikannya. Namun, dipeluk oleh Lysire seperti ini benar-benar sesuatu yang tidak biasa.
Setiap kali Kainer tidur bersama dengan Lysire, wanita itu akan selalu menghindari sentuhannya seolah sentuhannya akan mengotori tubuh wanita itu.
"Ratuku, ada apa? Apakah kau merasa tubuhmu tidak nyaman?"
"Tidak, aku baik-baik saja." Lysire menjawab dengan disertai isakan tangis.
"Ratuku, jika kau seperti ini karena ingin meminta aku untuk tidak menghukum Pangeran Xarion, maka aku itu percuma saja. Dia harus tahu menjaga batasan dengan bibinya sendiri." Sekarang Kainer berpikir Lysire bersikap seperti ini demi Xarion.
Lysire masih tidak melepaskan tubuh Kainer. Dahulu saat jiwanya masih gentayangan, ia benar-benar ingin memeluk Kainer yang terlihat sedih dan kesepian. Syukurlah sekarang ia bisa memeluk suaminya dan merasakan kehangatan tubuh pria ini.
Tabib akhirnya datang, Lysire diperiksa oleh tabib meski ia sudah menolak. Perilakunya sungguh tidak biasa, jadi itu membuat orang di sekitarnya berpikir bahwa jiwanya tergannggu.
"Yang Mulia, aku baik-baik saja." Lysire meyakinkan Kainer. "Aku tadi hanya bermimpi buruk."
Tabib yang memeriksa Lysire juga tidak menemukan ada yang salah di tubuh Lysire. Suhu tubuhnya normal, denyut nadinya juga begitu. Saat ia menanyakan beberapa pertanyaan, Lysire menjawabnya dengan baik.
Kainer merasa bahwa Lysire memang mengatakan yang sebenarnya, karena dari yang dikatakan oleh pelayan istrinya, wanita itu menangis terisak begitu sedih. Namun, ia tidak tahu seperti apa mimpi buruk Lysire sehingga membuat wanita itu memeluknya tanpa rasa jijik.
tbc