Bab 18 Melawan
Bab 18 Melawan
Dosis obat bius itu tidak banyak, Ronald berbaring di aula sebentar, kemudian dengan perlahan kembali normal.
Ivonne duduk di sisinya. Orang-orang yang melayani diusir keluar semuanya, di dalam ruangan itu begitu sepi.
Jari-jari yang keras bagai baja itu mencekik lehernya hingga dia tidak bisa bernafas, Ronald bagai binatang buas yang mengamuk, matanya penuh dengan kemarahan, ada kalimat yang keluar dari geramannya, "Kamu berani meracuni Kakek?"
Kepala Ivonne dipaksa untuk mendongak, wajahnya seketika emerah, matanya juga memerah, dengan kesulitan berkata: "Yang Mulia tidak melihat ke bawah."
Sengatan jarum yang menusuk daging pahanya begitu menusuk, jarum ini sangat istimewa, ada sebuah tabung kecil dengan cairan di dalamnya.
"Kamu boleh mencekikku hingga mati, tapi sebelum aku mati, kamu juga pasti akan mati. Jadi, mengapa kamu tidak mendengarkanku terlebih dulu?" Ivonne berkata dengan kesulitan, ada kekeraskepalaan di pandangan matanya.
Tangan Raja Ronald mengendur secara perlahan, tapi kemarahan di matanya makin membakar, wajah tampan itu sedikit terdistorsi oleh kemarahan. Dia mencoba menahan kemarahannya yang meluap.
"Katakan, racun apa yang kamu masukkan?" Dia tidak pernah tahu Ivonne bisa menggunakan racun, sepertinya dia benar-benar meremehkannya sebelumnya.
Ivonne menyingkirkan jarum, tersenyum dengan sinis, "Meracuni Paduka Kaisar di Istana Kekaisaran, apa aku tidak menginginkan nyawaku?"
"Katakan!" Dia berkata dengan tidak sabar.
Ivonne menarik napas dalam-dalam, "Itu bukan racun, itu adalah obat, kondisi Paduka Kaisar tidak begitu buruk, aku sedang menyelamatkannya."
Ronald mencibir, ada aura membunuh di matanya, "Aku tidak tahu bahwa diriku menikah dengan Tabib yang begitu hebat."
Dia berdiri dan menahan tangan Ivonne, "Ayo pergi, mengaku dosa pada Ayah Kaisar."
Ivonne ditarik hingga tersandung dan terjatuh di antai, dia berjuang untuk melawan genggaman tangannya yang kencang itu, diseret beberapa langkah, dalam kepanikan, dia berkata: "Baik, aku akan mengaku dosa, nanti aku akan mengatakan bahwa aku diperintahkan oleh Clara."
Ronald memberi tamparan padanya, langsung ke sisi wajahnya hingga Ivonne terpental.
Dia berlutut, jari-jarinya meremas dagu Ivonne seakan hampir menghancurkan tulang-tulangnya, matanya penuh dengan amarah bagai badai yang menerjang, mengertakkan gigi berkata: "Apa kamu ingin mati!"
Sudut bibir Ivonne mengeluarkan darah dia tidak merasakan sakit sama sekali, dia tahu itu karena sup golden purple, tapi Ivonne sudah tidak bisa lagi menerima perlakukan ini.
Ivonne menyeringai dan mengungkapkan senyum tragis dengan kesulitan, kemudian menyuntikkan air jarum itu ke paha Ronald.
Ketika Ronald menyadarinya, itu sudah terlambat, tubuhnya mulai mengantuk, perlahan dia melepaskan Ivonne.
Ivonne membalas menampar wajahnya, sama sepertinya tadi, menggertakkan gigi sambil berkata: "Sebagai orang, jika kamu menghormatiku, maka aku akan menghormatimu, kamu mempermalukanku berulang kali, memukuliku dengan kejam, itu sudah melewati batas kesabarabku, walaupun kamu ini keluarga Kerajaan tapi itu tidak berarti bahwa aku akan membiarkanmu menindasku seenaknya, jika kamu memiliki kemampuan, maka katakan pada Kaisar untuk membiarkanmu menceraikanku, dan bukannya menjaga reputasimu sambil menindas seorang wnaita, apa kamu ini seorang pria?"
Ronald sudah terjatuh ke lantai, matanya berkabut menatap Ivonne, sangat ingin menelannya hidup-hidup, tapi, racun ini tidak bisa ditahan lama, perlahan-lahan dia menutup matanya.
Pertama kali, tidak bisa sepenuhnya membiusnya, kali ini, dia berhasil.
Ivonne seketika lega, bernapas dengan mulut besar, air matanya hampir menetes, dia mendongak dan memaksa air matanya untuk kembali.
Sekarang, bukan saatnya untuk menangis, masih tidak ada cara untuk hidup.
Ivonne mengeluarkan kotak obat dan membukanya, setelah kotak obat itu mendarat di lantai, secara otomatis berubah menjadi besar, ketika meninggalkan lantai, dia berubah menjadi sekecil kotak korek api, benar-benar sangat aneh.
Ivonne bernafas dengan terengah sambil memeriksa obat yang ada di dalam.
Sebelumnya sebagian besar adalah obat untuk luka luar, tapi sekarang semuanya telah berubah menjadi obat jantung, bahkan ada juga dua botol ampoule.
Ini sangat aneh, tidak ada ampoule di dalam ruang penelitiannya, bahkan beberapa obat seperti propranolol dan Danshen yang sebelumnya tidak ada malah muncul dalam kotak obat ini.
Sekarang, obat-obat itu terjejer rapi di bagian bawah kotak obat.
Yang lebih konyol lagi adalah ada sebuah stetoskop.
Ivonne duduk di lantai, mengucapkan kalimat yang tidak pernah dia katakan sebelumnya, "Benar-benar sial."