Bab 15 Sebelum Sakit
Bab 15 Sebelum Sakit
Ivonne mendongak, bertatapan dengan tatapan mata Clara yang lembut dan perhatian.
"Apa ingin duduk dan beristirahat?" Tanya Clara.
Ivonne menggelengkan kepalanya, tanpa sadar menarik kembali tangannya. "Tidak perlu, terima kasih."
Raja Oscar menarik kembali Clara. Pandangan matanya dengan tidak senang melirik sekilas ke wajah Ivonne, berkata pada Clara: "Orang seperti ini, untuk apa kamu mempedulikannya?"
Clara kembali berdiri ke sisi Raja Oscar, pandangan matanya dengan datar menyapu Ivonne. Tampaknya sediit merasa aneh, dia berbisik, "Kita ini keluarga."
"Kamu benar-benar baik hati." Raja Oscar menggandeng tangan Clara, keduanya berdiri bersama, seperti pasangan dewa dan dewi.
Ivonne tiba-tiba merasakan kedinginan di sekitarnya begitu kuat, aura dingin ini berasal dari Ronald.
Orang yang dicintainya, berdiri di sebelah pria lain. Bagaimana mungkin dia tidak seidh dan marah? Pikir Ivonne.
Terdengar suara tangisan dari dalam Istana.
Semua orang terkejut, melihat ke arah pintu.
Tirai diangkat, seorang kasim pelayan berambut putih keluar, matanya memerah dan bengkak, raut wajahnya begitu sedih, suaranya serak, "Kaisar memerintahkan, meminta semua Putri, Pangeran, dan para Permaisuri untuk memasuki Istana."
Orang ini, merupakan Kasim Teddy yang telah melayani Kaisar selama 45 tahun.
Wajah semua orang terdiam, sedih, mengikuti Kasim Teddy masuk ke dalam, langkah kaki begitu ringan tapi napas mereka seakan terhenti.
Ivonne mengikuti di belakang Ronald, mencoba menahan rasa pusingnya.
Sudah ada begitu banyak orang di dalam istana.
Ibu Suri dan Kaisar duduk di samping ranjang, Sang Ratu juga berada di samping, saudara-saudara Paduka Kaisar sebelumnya yang disebut sebagai Para pangeran ini juga sudah kembali ke sini, mereka sudah memasuki Istana kemarin dan terus berjaga di dalam sini.
Hampir semua Tabib Kerajaan di Istana datang kemari, berdiri berjajar dalam dua baris, raut wajah mereka tampak serius.
Ivonne melihat diam-diam, dia melihat tirai emas itu sudah digulung naik, di ranjang cendana besar itu terbaring seorang pria tua dengan wajah yang pucat, bantalnya disusun dengan sangat tinggi, dia membuka mulut untuk bernapas, mulutnya seakan menyerupai lubang hitam, rongga matanya sangat dalam.
Tangisan itu berasal dari sang Ibu Suri, dia duduk di tepi ranjang, mengenakan gaun longgar, oker, tampak begitu kurus.
Dia menyeka air matanya dengan saputangannya, meskipun dia berusaha menekannya, tapi tetap saja pada akhirnya dia menangis.
Melihat semua orang sudah masuk, dia mendongak, air mata tidak bisa berhenti mengalir, dengan tercekat berkata: "Semuanya berlutut, antar Paduka Kaisar kalian."
Semua orang berlutut, Ivonne juga ikut berlutut.
Seekor anak anjing memasuki Istana dari luar, menggonggong dan naik ke atas ranjang Paduka Kaisar sebelumnya, tidak ada yang menghentikannya.
Sejak Paduka Kaisar merawat anak anjing itu, dia menganggapnya bagai bayi kesayangannya, ketika dia melihatnya, dia akan merasa senang, anak anjing itu pernah mencoba berlari selama dua atau tiga hari dan tidak pulang, Paduka Kaisar juga tidak mau makan selama dua atau tiga hari itu.
Paduka Kaisar melihat anak anjing itu, dia yang tadinya kesulitan bernapas, matanya kemudian menunjukkan raut hangat, mengangkat tangannya dan membelai anak anjing yang berbaring di samping ranjangnya.
Anak anjing itu menggonggong padanya.
Di dalam Istana, hanya ada suara anak anjing.
Ivonne malah terkejut seakan tersambar petir, dirinya terpaku.
Ivonne ternyata bisa mengerti arti gonggongan anak anjing itu, anak anjing itu sedang bersedih karena Tuannya yang akan pergi meninggalkannya.
Sejak kapan dia memiliki kemampuan ini? Dia bisa mengerti bahasa anjing?
Paduka Kaisar membelai anak anjing itu dengan gemetar, lalu perlahan-lahan menoleh ke arah Kaisar, meskipun dia tidak bisa berbicara, tapi ada makna di pandangan matanya.
Kaisar Mikael mengerti maksud Paduka Kaisar, bergegas berkata: "Ayah tenang saja, aku akan memperlakukan Lucky dengan baik."
Paduka Kaisar tersenyum puas, pandangan matanya menatap lembut pada Lucky, napasnya jauh lebih teratur dari sebelumnya.
Ibu Suri tercekat berkata: "Paduka Kaisar, anak dan cucu-cucumu sudah ada di sini, apa kamu tidak ingin melihatnya?"