Ringkasan
Dari Budak Menjadi Penguasa Dunia!! Zhao Ning, seorang pemuda malang yang takdirnya berubah saat ia tanpa sengaja terperangkap dan menjadi budak di Gunung Hitam, sebuah tempat mengerikan yang dikuasai oleh Raja Iblis Levanor. Mendapat banyak Penderitaan, ketidakadilan, dan kebenencian di sepanjang hidupnya. Diabaikan dan ditolak oleh semua orang di manapun dia berada. Bukan hanya tubuhnya yang terluka, tetapi hatinya juga penuh dengan luka yang mendalam. Namun, segalanya berubah ketika dirinya dilempar ke kolam darah api yang ada di gunung hitam untuk menjadi tumbal pengorbanan darah, kunci segel hitam yang menyegel Roh Kaisar Legendaris di dalam tubuhnya hancur. Kekuatan Roh Kaisar Legendaris yang mendominasi bangkit dalam dirinya. Pengetahuan, teknik, dan keterampilan dari Roh Kaisar Legendaris yang telah ada selama miliaran tahun mengalir masuk ke pikiran dan tubuhnya, mengubahnya dengan cara yang misterius.
Bab 1. Tanah Kekuasaan Raja Iblis Levanoor
Cerita ini hanya fiktif belaka. Karangan fantasi yang murni hasil dari imajinasi dan kreativitas penulis untuk menghibur para pembaca. Harap menjadi pembaca yang bijak, dan ambillah hal-hal baik di dalamnya. Terimakasih.
Selamat membaca ....
****
"Tidak! Aku tidak boleh tertangkap! Aku harus berlari lebih cepat! Lebih cepat!" Ucap Zhao Ning sembari berlari dengan sekuat tenaga.
Zhao Ning, pemuda malang yang hidupnya penuh dengan kepahitan. Meski begitu ia tak pernah menyerah dan terus berjuang melawan nasib buruknya.
Pemuda itu memiliki kejujuran dan kegigihan di hatinya. Di antara kedua matanya yang murni dan tenang, ada kobaran keberanian dan kesedihan. Ada api semangat yang membara dan memancarkan cahaya.
Namun, juga menyimpan ribuan rasa sakit tak terhingga yang sudah di alaminya selama ini. Kepalanya tertutup oleh balutan kain hitam yang tak pernah lepas. Bajunya begitu lusuh dan tubuhnya penuh dengan luka.
Setiap goresan dan bekas luka di tubuhnya menjadi bukti betapa ia telah menderita dan bertahan dalam ketidakadilan yang tak terhitung jumlahnya.
"Kekeke! Ini menyenangkan sekali!" Ucap salah seorang pemimpin pasukan raja iblis, dia dan pasukannya sedang mengejar Zhao Ning.
Meski pemuda malang itu berlari sekuat tenaga, pada akhirnya langkahnya terhenti oleh tombak yang dilemparkan oleh pemimpin pasukan raja iblis tepat di kakinya.
Tidak!
Tanpa merintih sakit, pemuda itu terjatuh dan berucap lirih dalam hatinya, "Menyedihkan! Aku benar-benar manusia yang menyedihkan! Kenapa aku masih berjuang? Padahal aku sudah tahu kalau pada akhirnya nasibku hanya akan berada di kegelapan saja, harusnya aku diam saja dan membiarkan diriku tertangkap, setidaknya itu lebih baik daripada berjuang pada harapan yang sia-sia ini," pikirnya.
"Dapat kekeke!" Pasukan raja iblis tertawa jahat sambil menyeret manusia buruan yang sudah mereka tangkap.
Sambil menatap langit Zhao Ning terus bertanya, kejahatan apa yang ia lakukan sehingga hidupnya penuh dengan penderitaan, "Tidak pernah berakhir, selalu saja seperti ini, kenapa? Kenapa dunia ini sangat kejam padaku? Kenapa? Apa aku memang makhluk terkutuk seperti yang mereka katakan? Sehingga hidupku ini hanya ada kegelapan saja? Tidak bisakah aku melihat cahaya? Sekali saja ...." Mata pemuda malang itu pun tertutup dengan tetesan air mata yang penuh kepahitan.
Ketika Zhao Ning membuka mata lagi, dia sudah berada di tempat yang paling mengerikan di dunia, TANAH IBLIS. Tempat dimana tak ada hari tanpa teriakan rasa sakit dan penderitaan, tak ada hari tanpa kematian, dan tak ada hari tanpa ketakutan.
Di tanah iblis, angin dingin berhembus dengan gemuruh mengerikan, membawa kegelapan dan kehancuran di sekitarnya. Aura jahat dan kegelapan seperti kabut tebal yang menyelimuti setiap jengkal tanah, membenamkan segala cahaya dan kehidupan yang ada.
Di tengah jurang kegelapan itu, menjulanglah Gunung Hitam, sebuah tempat mengerikan yang melampaui segala batas. Tempat itu dikenal sebagai Puncak Kegelapan, dan di sanalah terhampar kekuasaan menakutkan sang Raja Iblis, Levanor. Setiap jiwa yang terperangkap di sana dihukum untuk hidup sebagai budak tak berdaya, terjerat oleh belenggu kejahatan yang tak terbantahkan. Mereka dipaksa dengan kejam untuk menggali inti-inti kristal hitam yang menjadi sumber kekuatan gelap sang raja.
Mereka semua tak punya harapan apapun selain menunggu Kematian di kolam pengorbanan darah.
"Aaaaa!" Teriakkan tanpa henti terus terdengar. Mereka adalah orang-orang yang dikorbankan di kolam darah api untuk dipersembahkan kepada raja iblis Levanor.
Api menyulut tinggi membakar semua manusia yang ada di dalamnya.
Ketika mereka lenyap seutuhnya. Aura hitam dari arwah yang tersiksa terserap masuk ke dalam kristal-kristal hitam yang tumbuh di Gunung Hitam.
"Heyy! Dasar budak-budak rendahan! Cepat kerja kalau tidak ingin mati!" Ucap salah seorang pengawas budak yang ada di gunung hitam. Wajahnya sangat angkuh dan sombong.
Platak! Platak!
Suara cambuk terus saja berbunyi. Mengiris keheningan dan menciptakan dentuman yang menggema di Gunung Hitam. Cambuk-cambuk itu menjadi nyanyian penyiksaan yang tak pernah berakhir, memaksa setiap budak untuk bekerja tanpa henti. Tak ada belas kasihan yang tersisa di wajah-wajah sangar para pengikut Raja Iblis.
Di tanah kekuasaan raja iblis Levanor ini, sudah seminggu berlalu sejak Zhao Ning ditangkap oleh pasukan raja iblis. Seperti budak-budak lainnya, ia dipaksa bekerja menambang kristal hitam tanpa henti. Meskipun kelelahan telah merasuki setiap serat tubuhnya, Zhao Ning terus mengayunkan cangkulnya walau dengan gemetar.
"Te-tempat ini neraka!" ucap salah seorang budak dengan suara gemetar, sambil menatap sekeliling dengan mata yang penuh ketakutan. Wajahnya memucat, dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.
"Shhhht diam! Apa kau bosan hidup!" tegur budak lainnya dengan suara berbisik, matanya memandang tajam sambil menekan bibirnya agar tidak bergetar. Dia berusaha untuk menunjukkan sikap yang tegar di tengah keadaan mencekam.
Namun, ketegaran itu terlihat goyah ketika budak yang gemetar tadi menyahut dengan nada yang penuh ketidakberdayaan, "Tapi, apa bedanya ini dengan mati!" Suaranya lirih, namun terdengar jelas di telinga temannya yang sedang berusaha untuk tetap tenang.
"Shhht diam! Bagaimana kalau pengawas mendengarnya! Kita akan mati!"
"Biarkan saja!"
"Kau!"
Saat mereka tengah berdebat, tanpa disadari, mereka ketahuan oleh seorang pengawas yang tiba-tiba muncul di dekat mereka. "Heyyy! Apa yang kalian bicarakan! Apa ini tempat berbicara bagi kalian!" teriak pengawas dengan nada tinggi, sambil melangkah cepat menuju arah dua budak itu. Wajahnya memancarkan rasa marah dan ketidakpuasan.
Platak! Platak!
Dua cambukan kejam langsung menghantam tubuh mereka, merobek baju mereka dan meninggalkan bekas luka merah di kulit mereka. Budak-budak itu berteriak kesakitan, menggigit bibir mereka untuk menahan rasa sakit yang tak terhingga.
Pengawas itu menatap mereka dengan pandangan penuh kebencian. "Bawa mereka!" perintahnya dengan tegas, sambil menunjuk ke arah sel penjara yang gelap di kejauhan. Dalam penjara gelap itu, ada puluhan harimau darah kelaparan yang akan mencabik siapapun yang masuk ke dalamnya.
"Tidak, pengawas, mohon ampun!" ucap salah seorang budak dengan suara lirih, memohon belas kasihan sambil menundukkan kepala. Dia merasakan rasa putus asa dan ketakutan yang tak terperi dalam hatinya.
"Bawa saja aku! Dasar iblis sialan!" sahut yang lainnya dengan penuh amarah. Dia menatap tajam pengawas itu, penuh keberanian. Namun, begitu dia menghina pengawas dengan kata-kata kasar, tanda segel di tangannya tiba-tiba menyala. Rasa sakit yang menusuk menghantam tubuhnya, membuat budak itu berteriak histeris. Bahkan teriakannya bisa didengar oleh seluruh budak yang ada di Gunung Hitam.
Begitu mendengar teriakan itu, semua budak lainnya gemetar ketakutan. Mereka merasakan keputusasaan dan harapan yang pudar, terjebak dalam situasi yang tak berdaya. Mereka tahu bahwa siksaan dan penderitaan tak akan berakhir begitu saja.
"Sekali lagi! Kapan ini berakhir?" pikir Zhao Ning dengan penuh kepahitan saat melihat tanda budak yang terukir di tangannya. Tanda budak itu membawa sebuah mantra pengikat jiwa, berfungsi untuk menyiksa budak yang memberontak atau mencoba melarikan diri.
Kehadiran tanda budak ini membuat semua budak terpaksa menuruti perintah-perintah kejam para pengawas. Mereka tidak punya pilihan lain lagi.
Zhao Ning mengepalkan tangannya dengan rasa marah. Ia ingin berbuat sesuatu, namun sekarang dia hanyalah seorang budak yang tidak memiliki kekuatan apapun.
"Haa ...," Zhao Ning menarik dan menghembuskan nafas pelan untuk menenangkan dirinya. Matanya mulai melirik ke segala arah dan melihat wajah para budak yang dipenuhi dengan ekspresi kelelahan dan ketakutan yang terukir dalam setiap kerutan dan noda kotor. Mata mereka kehilangan kilauan harapan, digantikan oleh ketundukan yang membatasi jiwa mereka. Terhimpit oleh tekanan yang tak ada habisnya, mereka melanjutkan pekerjaan mereka dengan sedih dan tanpa semangat.
Setiap gerakan mereka dipenuhi dengan rasa sakit dan kelelahan yang tak terkatakan, namun mereka tak memiliki pilihan selain terus berjuang dalam keputusasaan.
Setelah melihat itu, kedua mata Zhao Ning turun ke bawah dan bergumam pelan dalam hatinya. "Bagiku, kehidupan di mana pun sama saja, apakah di tanah kekuasaan raja iblis atau di tempat lain, apa bedanya? Ha!" Zhao Ning terkejut akan sesuatu hingga kedua matanya melebar.
Tiba-tiba saja, dalam benak Zhao Ning, muncul sosok yang sangat besar dan kuat. Tubuhnya tertutup dalam baju api merah yang berkobar, dan matanya bersinar dengan cahaya yang ganas.