02. Konslet
Bab 02. Konslet
Saat ini Bu Erna sedang bersiap-siap di dalam kamarnya. Bu Erna terpaksa memakai bedak karena tidak mau melihat majikannya jijik ketika melihatnya.
Setelah merasa rapi, Bu Erna langsung pergi menuju kamarnya Pak Heru.
Dalam langkahnya, Bu Erna terus memikirkan cara, agar ia tidak sampai melakukannya, karena menurutnya, hal ini sangat tidak pantas ia lakukan. Apalagi dia harus masuk kedalam kamar majikannya.
Bu Erna masih merasa heran dengan sikap majikannya, karena tidak biasanya majikannya bersikap seperti ini kepadanya. Apalagi memintanya untuk memijat tubuhnya.
Akhirnya Bu Erna tiba didepan pintu kamarnya Pak Heru.
Dengan perasaan campur aduk, Bu Erna terpaksa mengetuk pintu kamar majikannya.
Tok...Tok...Tok… “Permisi Pak.” Ujar Bu Erna sambil mengetuk pintu.
“Masuk.” Teriak Pak Heru dibalik pintu.
Saat ini Pak Heru sudah siap dengan misinya. Pak Heru hanya mengenakan celana kolor saja, sambil merentangkan tubuhnya diatas tempat tidurnya.
Karena sudah mendapatkan izin, Bu Erna masuk kedalam kamarnya Pak Heru.
Setelah didalam kamar, Bu Erna sangat terkejut ketika melihat Pak Heru hanya mengenakan celana kolor saja, sambil merentangkan tubuhnya diatas tempat tidurnya.
Bu Erna tidak sengaja melihat tubuhnya Pak Heru yang terlihat sangat kekar dan Six Pack. Karena memang majikannya sangat gemar sekali berolahraga.
“Ayo bi masuk.” Kata Pak Heru yang sudah tidak sabar ingin segera memulainya.
“I_iya Pak.” Sahut Bu Erna sangat gugup.
Bu Erna melangkahkan kakinya dengan sangat berat, karena ini pertama kalinya ia masuk ke kamarnya Pak Heru.
Karena yang biasa membereskan kamarnya Pak Heru yaitu Yanti anaknya Bu Erna.
“Itu minyak urutnya Bi.” Ucap Pak Heru sambil menunjuk ke arah meja yang tidak jauh dari tempat tidurnya.
“Ia Pak.” Ucapnya lalu mengambil minyaknya.
Ingin sekali Bu Erna menolak permintaan majikannya, namun ia takut membuat majikannya marah, karena memang tugasnya hanya melayani perintah majikannya.
Sesampainya di dekat ranjang, Bu Erna berdiri sambil menunggu instruksi selanjutnya dari majikannya.
“Loh kok bengong, ayo Erna.” Kata Pak Heru karena melihat Bu Erna hanya berdiri di tepi ranjang.
“Ba_baik Pak.” Ucap Bu Erna sangat sangat gugup, karena Bu Erna belum pernah melakukannya.
Bu Erna duduk ditepi ranjang, lalu membuka tutup botol minyaknya.
“Ma_maaf ya Pak.” Bu Erna melumuri minyaknya ke tubuh Pak Heru.
“Kamu jangan terlalu gugup seperti itu, santai saja.” Kata Pak Heru, karena melihat Bu Erna sangat gugup.
“I_iya Pak.” Hanya itu yang Bu Erna katakan.
Tiba-tiba Bu Erna kepikiran Almarhum suaminya, yang sudah meninggal karena kecelakaan.
Sewaktu suaminya masih hidup, Bu Erna memang sering memijat tubuh suaminya, terkadang mengerik tubuh suaminya yang masuk angin.
Dan ini pertama kalinya Bu Erna melakukannya dengan majikannya.
Pak Heru terus menatap wajahnya Bu Erna, semakin lama Pak Heru melihatnya, Pak Heru melihat Bu Erna memang memiliki paras yang cantik, sehingga membuatnya semakin penasaran.
Walau Bu Erna tidak merias wajahnya, Bu Erna masih terlihat sangat cantik. Bu Erna hanya memakai bedak dengan harga yang sangat murah.
Pak Heru melihat ke arah payudaranya Bu Erna. Seketika Otaknya langsung Traveling memikirkan isinya.
“Kamu sudah berapa lama menjanda?” Tanya Pak Heru lalu menatap Bu Erna dengan tatapan liarnya.
Mendengar pertanyaan itu, Bu Erna sangat kaget, karena tidak biasanya majikannya bertanya soal statusnya.
“Su_sudah 2 tahun Pak.” Jawab Bu Erna sangat gugup, sambil terus memijat tubuhnya Pak Heru.
“Kalau boleh tau, selama kamu menjanda apakah kamu punya pikiran ingin berhubungan intim?” Tanya Pak Heru yang mulai oleng karena otaknya sudah sangat kotor.
Lagi-lagi Bu Erna kembali dikagetkan dengan pertanyaan majikannya, dan sekarang pertanyaan sangat diluar akal sehatnya, Bu Erna sangat malu untuk mengatakannya.
Pak Heru melihat Bu Erna sangat gugup ketika mendengar pertanyaan yang baru saja dia tanyakan.
Namun Pak Heru terus berusaha mengajaknya mengobrol, agar Bu Erna tidak terlalu kaku.
“Kamu kenapa Erna bengong terus, kamu jangan terlalu kaku, santai saja.” Kata Pak Heru mencoba memecahkan keheningan.
“Ma_maaf Pak saya nggak biasa.” Sahut Bu Erna sambil menundukan kepalanya, karena merasa malu.
“Saya mau kamu jangan terlalu kaku, kamu harus bisa lebih rileks.” Pinta Pak Heru.
“I_ia Pak.” Jawab Bu Erna patuh.
Bu Erna tidak berani melihat ke bawah, karena bagian itu sangat Rawan.
Pak Heru sudah tidak kuat lagi menahan hasratnya.
Tak lama tangan Pak Heru langsung memegangi tangannya Bu Erna, hingga membuat Bu Erna sangat ketakutan.
“Pak tolong lepaskan tangan saya Pak.” Kata Bu Erna ketakutan, lalu menarik tangannya dari genggamannya Pak Heru.
Pak Heru tidak memperdulikannya, dia terus memegangi tangannya Bu Erna, yang saat ini sedang mencoba melepaskan tangannya.
Bu Erna terus mencoba melepaskan tangannya, Namun tangannya Pak Heru sangat kuat, sehingga Bu Erna kesulitan untuk melepaskan tangannya.
“Pak tolong lepaskan tangan saya, saya mohon Pak.” Pinta Bu Erna lalu memasang wajah memohon, agar Pak Heru bisa melepaskan tangannya.
Pak Heru sudah kehilangan akal sehatnya, hingga tidak memperdulikan rengekannya Bu Erna.
Pak Heru lalu menarik tangannya Bu Erna, hingga Bu Erna tersungkur di atas pelukannya Pak Heru.
Pak Heru langsung memeluk erat tubuhnya Bu Erna, lalu tangannya melingkar di punggungnya Bu Erna.
Saat ini Bu Erna sudah sangat ketakutan, karena menurutnya, hal ini sudah sangat kelewatan.
Bu Erna terus berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Pak Heru, namun lagi-lagi Bu Erna tidak bisa melepaskannya, karena tangannya Pak Heru begitu erat memeluk tubuhnya.
Melihat Bu Erna terus meronta-ronta, Pak Heru semakin tidak bisa menahan hasratnya.
Pak Heru langsung membalikan tubuhnya Bu Erna, setelah itu ia langsung menindih tubuhnya Bu Erna.
Pak Heru lalu memegangi tangannya Bu Erna, agar Bu Erna tidak bisa berontak.
“Pak tolong lepaskan saya. Saya mohon jangan lakukan ini Pak.” Kata Bu Erna ketakutan.
“Saya mohon kamu jangan berontak, tolong layani saya, karena saya sangat menginginkannya.” Ujar Pak Heru yang sudah kehilangan akal sehatnya.
“Saya mohon jangan lakukan ini Pak, saya takut Pak.” Kata Bu Erna yang terus berusaha melepaskan tubuhnya dari himpitan Pak Heru.
“Kamu jangan takut, saya tidak akan menyakiti kamu, saya hanya ingin menyenangkanmu.” Kata Pak Heru lalu menggesek-gesekan Penisnya ke bagian intimnya Bu Erna, karena Penisnya sudah sangat keras.
“Pak tolong lepaskan saya Pak, saya mohon Pak.” Lagi-lagi Bu Erna hanya bisa merengek meminta belas kasihan majikannya.
Pak Heru sudah kehilangan akal sehatnya, dia sama sekali tidak peduli dengan rengekannya Bu Erna.
Pak Heru terus melancarkan serangannya.
Pak Heru lalu mencium bibir tipisnya Bu Erna dengan sangat agresif.
Cuupsss...Cuupss....Suara itu yang terdengar saat Pak Heru mencium bibirnya Bu Erna.
Bu Erna sudah kewalahan, ingin sekali dia berteriak, namun Bu Erna takut membuat majikannya marah kepadanya.
Eeemm...Eeemm.. Suara itu yang terdengar saat bibir Bu Erna dijilati oleh Pak Heru.
Pak Heru sudah tidak sabar lagi ingin secepatnya menikmati tubuhnya Bu Erna.
Tak lama tangan Pak Heru langsung meremas-remas payudaranya Bu Erna yang masih terhalang oleh Dasternya.