Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tragedi

Di malam hari yang gelap.

Sebuah kilatan petir menyambar di atas pegunungan. Samar-samar menerangi pepohonan di hutan, dan suasana yang gelap serta suara kegelisahan serangga menambah kesuraman di dalam hutan.

Cling

Pada saat ini, pilar petir tiba-tiba menyambar ke tanah dan suara guntur yang keras menghentikan kegilaan suara serangga dalam hutan.

Dari keheningan yang tiba-tiba dan bau darah yang mulai naik ke udara, bau kematian mulai menyelimuti seluruh hutan. Sementara di antara pepohonan hutan, seorang bocah laki-laki tiba-tiba terbangun.

Berusia sekitar empat belas sampai lima belas tahun, bocah laki-laki itu tampak linglung. Wajahnya yang kekanak-kanakan tampak pucat, matanya terlihat kosong dan kebingungan terlihat jelas diantara alisnya.

"Aku... Masih hidup...." Bergumam pada dirinya sendiri, bocah itu tampak bingung dan tidak mempercayainya.

Mencoba mencerna apa yang terjadi, dia mulai melihat sekelilingnya untuk memeriksanya, tapi dia tidak bisa melihat apapun karena kegelapan malam.

Baru ketika dia melihat kilatan petir dan mendengar suara guntur di langit, tubuhnya tiba-tiba berhenti. Seolah-olah telah terlahir kembali, semua panca inderanya langsung berfungsi dan bau darah serta penampakan mayat di genangan darah di muncul di bidang penglihatannya.

"Mo Zhiwo!"

Berteriak keras dengan suara serak dan panik, bocah laki-laki itu mencoba untuk berdiri, tapi rasa sakit yang tiba-tiba datang dari dada kiri serta seluruh tubuhnya menghentikannya. Membuatnya gemetar dan meringis kesakitan, tapi dia tidak peduli dan mencoba untuk bangkit, sayangnya dia tertahan dan menunduk hanya untuk melihat ada dua lengan dingin saling bertautan yang menahan tubuhnya dengan kuat.

Melihat kedua tangan itu, jantungnya tiba-tiba berdetak, dan saat melihat siapa yang memiliki lengan di sebelah kanannya, tubuh bocah laki-laki itu langsung membeku.

"Ayah...." Suara yang tanpa sadar dia keluarkan itu seketika membuatnya ketakutan.

Ketakutan bukan karena mengetahui bahwa tubuh di sebelahnya adalah ayah kandungnya, melainkan karena potongan-potongan demi potongan informasi yang mulai bermunculan di kepala. Seperti video yang di putar di kepalanya, kenangan 15 tahun sampai kejadian yang terjadi saat ini teringat jelas di kepalanya.

Ye Chen, itu adalah nama bocah laki-laki itu, berusia 15 tahun, dia hidup dengan kedua orang tuanya di desa yang disebut Siqing. Ye Liang, itu adalah nama ayahnya, sedangkan Wang Ming adalah nama ibunya, yang kini terbaring tak berdaya di sebelah kirinya.

Ayah dan ibunya, menurut ingatan Ye Chen, mereka adalah keluarga petani biasa di desa Siqing. Mereka hidup dengan damai seperti orang-orang pada umumnya. Dia juga sangat disayangi oleh kedua orang tuanya seperti harta Karun, tapi kehidupan damai itu berubah sampai pagi tadi. Tanpa peringatan apapun atau kejadian yang tak terduga, beberapa bandit tiba-tiba muncul dan mulai menjarah, memperkosa serta membunuh penduduk desa yang tak berdosa.

Beberapa penduduk desa mulai berhamburan lari keluar desa, termasuk Ye Chen dan kedua orangtuanya, tapi nasibnya sangat buruk, dimana dia segera ketahuan oleh beberapa bandit dan tanpa kata langsung di bunuh dengan sebuah pedang.

Yah, Ye Chen segera ingat bahwa dalam pelukan kedua orangtuanya, dia di tusuk tepat di jantungnya. Secara medis, dia seharusnya dia sudah mati, tapi saat dia buru-buru untuk melihat dada kirinya, dia tidak menemukan luka apapun.

Kemudian memeriksa ayah dan ibunya, Ye Chen segera menemukan bahwa keduanya memang memiliki beberapa luka sayatan, tusukan dan tebasan di seluruh tubuhnya, termasuk juga di dada kiri yang langsung menembus ke arah jantung.

"Ayah... Ibu..." Suara serak yang di selingi dengan air mata segera pecah.

Tapi jika ada orang yang melihatnya saat ini, gerakan tangannya yang gemetar saat mencoba akan memeluk kedua mayat di kiri kanannya tampak agak canggung. Apalagi saat kepalanya yang tampak sedih dengan air mata terus-menerus menggelengkan kepalanya, seolah-olah ada satu orang mencoba untuk bersedih, sedangkan yang lainnya dengan tabah mencoba untuk tidak peduli.

Untungnya tidak ada orang lain yang hidup di sekitarnya, jika tidak, mereka tidak akan percaya bahwa bocah laki-laki ini sebenarnya bukanlah satu Ye Chen. Melainkan ada jiwa lain, itu adalah jiwa Ye Chen dari bumi.

Ye Chen dari bumi, dia adalah seorang tentara Tiongkok yang sedang menjalankan misi rahasia. Yaitu menggagalkan seorang anggota kejahatan yang sedang meneliti senjata pemusnah di Afrika.

Ye Chen, Mo Zhiwo serta beberapa personil lainnya berhasil memberantas para penjahat, tapi ada sebuah kecelakaan, dimana saat dia dan Mo Zhiwo menelusuri gedung tempat senjata berbahaya itu di teliti, terjadi ledakan sampai akhirnya dia dengan linglung terbangun disini.

Memasuki tubuh berusia bocah berusia lima belas tahun dengan nama yang sama, dan sedang mengalami tragedi dimana kedua orang tua serta Ye Chen sendiri seharusnya sudah mati. Mungkin karena jiwa Ye Chen dari bumi menempati tubuh Ye Chen disini, dia akhirnya kembali hidup.

Memang sulit di percaya, tapi itulah yang terjadi, dan itu juga yang membuat dua jiwa mengalami tolak belakang saat menyaksikan tubuh Ye Liang dan Wang Ming tanpa kehidupan. Tentu saja, Ye Chen yang dari bumi menolak untuk bersedih, karena dengan mentalitas dewasanya, dia sudah melihat banyak adegan pembunuhan, terlebih lagi dia juga tidak memiliki hubungan khusus apapun dari dua mayat ini.

Tapi pada akhirnya, Ye Chen dari bumi menghela nafas dan menerima keadaannya. Mengingat di bumi dia juga seorang yatim piatu, dia mulai mengintegrasikan jiwanya dengan Ye Chen di dunia ini.

Dengan begitu, Ye Chen mulai menangis dan melampiaskan kesedihannya pada dua mayat yang memiliki postur tubuh sedang memeluk tubuhnya. Dari postur dan luka demi luka yang dialami keduanya, Ye Chen menebak bahwa kedua orang tuanya pasti berusaha sekuat tenaga untuk melindunginya, tapi pada akhirnya gagal dan ketiganya mati.

Sungguh kejadian yang menyayat hati. Mau tak mau, Ye Chen dari bumi yang memiliki rasa keadilan merasa marah.

"Iblis Jahat! Aku akan membunuhmu!" Suara keras tiba-tiba membangunkan Ye Chen dari lamunannya.

Melihat ke arah sumber suara di dalam hutan yang gelap, Ye Chen tampak ragu-ragu untuk melihatnya, tapi kemudian dengan tegas berdiri dan menghapus air mata di wajahnya.

Untuk saat ini, Ye Chen berpikir bahwa mungkin masih ada orang-orang desa yang masih hidup dan sedang bertarung dengan para bandit. Bunyi dari benturan dan ledakan yang datang dari tempat kejadian adalah tebakan yang masuk akal.

Berjalan semakin dekat ke sumber suara, Ye Chen menemukan bahwa suara itu ternyata semakin intens, dan dari gelombang suara yang ditimbulkan, tampaknya pertarungan sengit itu tidak mungkin di timbulkan oleh manusia biasa.

Ketika akhirnya berjarak sepuluh meter dari tempat kejadian, tubuh Ye Chen seketika menjadi tegang, dan matanya tiba-tiba melebar.

Tidak mungkin!

Mata dan mulut Ye Chen melebar, tercengang dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak ingin mempercayainya, tapi sebuah pemikiran tiba-tiba muncul dalam ingatan, Abadi.

Dua orang yang sedang bertarung sebenarnya adalah mahkluk Abadi. Keduanya melayang di udara, tampak sedang bertarung dengan sengit. Sebenarnya Ye Chen sama sekali tidak bisa melihatnya, tapi samar-samar dia bisa melihatnya karena tiba-tiba ada bola api, petir, atau cahaya putih entah dari mana menerangi keduanya.

Mengapa Ye Chen bisa sangat yakin bahwa keduanya mahkluk Abadi adalah karena dia melihat ada pedang terbang, senjata legendaris dalam sejarah Tiongkok dan novel yang tidak pernah dia percayai sama sekali.

Tapi sekarang, dia benar-benar melihat pedang terbang berwarna kuning pucat yang terus menerus berbenturan dengan senjata lawan, yang tampaknya juga palu hitam dan sama-sama terbang!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel