Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Diselamatkan

"Aw sakit! " Haiden melepaskan pelan cengkramannya. Dominique membalikkan tubuhnya akan membuka pintu, "mau kemana kau?" tubuh Dominique langsung di himpit oleh tubuh kekar Haiden. "Aku mau keluar, tidak ada alasan aku ada disini!" Dominique berusaha mendorong tubuh Haiden dengan punggungnya.

"Kau lupa apa perintah atasanmu!" Dominique berbalik mata langsung bertatapan kedua tangan Haiden masih mengkangkang tubuh Dominique.'Ya ampun dekat banget, dasar pria gila' Dominique memalingkan wajahnya.

'Hah, aku hampir gila. Tahan Haiden dia pasti akan segera jadi milikmu, tidak, tidak dari dulu dia kan memang sudah menjadi milikku' Dominique terdiam, pasrah, dia pun tidak ingin menimbulkan suara atau kecurigaan dari orang-orang yang berada diluar terlebih lagi ruangan manager bersebelahan dengan ruang produksi pastry.

Haiden terus menatap intens Dominique, dia kegerahan sendiri melihat tingkah lelaki di hadapannya itu,

"Ya, ya, ya sudah. Service makan ya service makan," suara tidak rela Dominique pun keluar. Haiden menyeringai penuh kemenangan tanpa ragu menarik tangan Dominique agar duduk di sofa bersebelahan dengannya.

"Makan dulu kau belum makan kan?" suara Haiden berubah lembut. Dominique melirik meja yang penuh dengan makanan seperti pizza, paket nasi ayam, donat, salad buah, jus buah , puding, air mineral dan minuman kaleng berjejer diatas meja dalam jumlah yang sangat banyak. Dominique menelan ludahnya. 'Ini mau makan atau jualan sih? Banyak banget dari dulu sikapnya memang tidak pernah berubah. Sultan mah bebas'

"Kau saja aku tidak lapar!" Dominique berbohong.

"Wajah sudah pucat kau mau berbohong kepada siapa? Hah!" Haiden mendekatkan wajahnya, Dominique segera berpaling. Tangannya segera meraih satu box pizza membukanya dan memasukkan sembarangan ke mulut sepotong pizza.

"Makan pelan-pelan, aku belum buat perhitungan dan memberikan hukuman yang pantas atas peristiwa ice chocolate kemarin," menatap terus wajah Dominique hingga Dominique tersedak. 'Hah masih dendam rupanya dia' Dominique mendelik, menahan sedaknya.

Tangan Haiden meraih air mineral membuka dan menyodorkannya kepada Dominique, dia menerima dan segera meminumnya. "Dasar bodoh! Aku kan sudah bilang makan pelan-pelan!!"

Dominique memasang wajah kesal melempar pizza berdiri, namun tangan Haiden segera mencegahnya dan berhasil membuat Dominique duduk kembali. "Kau mau kemana habiskan semua makananmu, baru boleh pergi!"

"Kau gila. Aku mana mungkin menghabiskan semua." Dominique mendelik, Haiden hanya menyilangakan kedua tangannya di dada.

"Aku tidak perduli, kau habiskan semua atau kau tetap disini!"

"Haiden," teriak Dominique setengah berbisik.

'Akhirnya kau menyebut namaku' senyum puas dari bibir Haiden.

"Hmm"

"Kau ya!" Dominique menarik kerah baju Haiden dengan kedua tangannya.

"Ada apa? Kau minta dicium lagi!"Dominique menghempaskan kerah baju Haiden. 'Dasar setan gila' umpat Dominique.

"Aku ini sedang bekerja tolong jangan mempersulitku!" Dominique mulai mengiba.

"Owh jadi kalau tidak sedang bekerja kau dengan senang hati menemaniku?

Hmm baiklah karena kau yang meminta aku pasti menuruti." Haiden yang puas menggoda Dominique wajah Dominique sudah berubah seperti udang rebus.

"Aargghh!!!" Dominique bertambah kesal.

Haiden menarik pinggang Dominique, "aku masih ada rapat jadi harus segera kembali!" Haiden mengecup lembut kening Dominique tiba-tiba.

"Makan yang banyak nanti malam kita bertemu. Aku tidak suka tidur memeluk tubuh krempeng," bisik Haiden di telinga Dominique lalu dia berdiri keluar dari ruang manager.

'Hah Krempeng? Maksudnya siapa? Aku? Dasar setan gila!! Biar krempeng begini kau pikir aku mau di pelukmu. Apa tidur???' Dominique tersadar dari lamunannya matanya membulat lebar mengulangi perkataan Haiden dalam otaknya.

Dominique melihat ke sekeliling yang sudah tidak ada Haiden, hanya tinggal Dominique seorang. 'Ah, sial'

Baru saja Dominique akan membuka pintu bermaksud mengejar Haiden

pintu langsung dibuka. Bu Natalie, Bu Ririn dan beberapa staff langsung mengerubungi. "Bagaimana? Big Boss bilang apa? Kau tidak membuat masalah dan menservicenya dengan baik kan Dom?" Bu Natalie yang baru saja datang terlihat tegas dengan ucapannya dibarengi rasa penasaran mereka.

"Ba-baik bu itu sisa makanannya, beliau bilang kita bisa memakannya." ucap Dominique tergagap dengan serangan tiba-tiba yang menyerbu ruang menager, dia menggeserkan tubuhnya mengalihkan perhatian mereka dengan makanan yang begitu banyak di meja.

"Wooww kita pesta hari ini, makan gratis, terima kasih Dom! " Bu Nat menepuk pundak Dominique mereka semua sumringah tidak sabar melihat makanan tadi.

"Kau sudah makan Dom?" Bu Nat bertanya, Dominique menggeleng,

"Oke kalau begitu berhubung kamu yang bertugas menservice sekarang ibu yang akan ambilkan makanan buat kamu sebelum para bocah menyerbu!"

Bu Nat memberi kode pada yang lain yang sudah bersiap untuk menyerang.

Bu Nat mengambil semua makanan satu porsi untuk Dominique memberikannya dan mengusir Dominique keluar ruangannya belum sempat dia menghitung para staff yang kelaparan langsung menyerbu. Dominique hanya menggelengkan kepalanya. 'Ya ampun andai saja mereka tahu imbalan apa yang harus aku berikan pada setan gila tadi'

Di dalam mobil Haiden.

John terus melihat tingkah kekanakan tuannya dari kaca spion. Wajah tuannya sumringah tersenyum tanpa henti semenjak keluar dari ruangan manager dan terus memegangi bibirnya.

"John"

"Iya Tuan"

"Jam berapa nanti dia pulang?"

"Sesuai dengan jadwalnya, harusnya jam tujuh sudah pulang, Tuan!" Haiden hanya menganggukan kepala hatinya masih merasakan moment manis setelah berjumpa dengan Dominique.

"Kau lihat tadi gadis manis dan imutku, John" Haiden yang terus menciumi tangannya sendiri dan memainkan bibirnya dengan tangan.

John melirik sebentar dari kaca spion melihat lagi tingkah tuannya yang seperti anak abegeh. "Anda puas, Tuan!" sahut John tetap focus dengan kemudinya.

"Puas. Kau meremehkan kejantananku, hah. Sebelum dia bertekuk lutut dan kembali kepadaku, aku tidak akan melepaskannya!" ucapnya dengan sorot mata tajam.

'Huh, syukurlah. Mood tuan Haiden hari ini bagus sepertinya pekerjaanku akan lancar. Tuan seperti dapat jackpot manis undian berhadiah semoga nona Dominique tidak berulah lagi'

"Bagaimana dengan nanti malam? Kau sudah menyelesaikan tugasmu?"

"Sudah seperti yang anda minta"

"Hmm, kerja bagus John. Sekarang kita kembali dengan jadwal siangku."

'Aku tidak sabar dengan nanti malam Domi'

"Baik, Tuan!" Mobil pun melesat diikuti dengan tiga mobil lainnya.

Pukul tujuh malam waktu jam middle pulang. Dominique berjalan pelan menuruni tangga hari yang dirasa sangat berat oleh Dominique akhirnya berakhir.

Dia tidak jadi di hukum karena keterlambatan secara tidak langsung dia di selamatkan oleh ice chocolate.

'Setidaknya dia masih punya hati tidak melaporkan ulahku'

"Dom, kau mau ikut dengan kami tidak?" sapa Pak Dave, yang akan pulang middle bersama dengan Dominique.

"Mau kemana Pak?"

"Oya kau pasti belum tahu. Hari ini Justin tidak masuk karena kecelakaan," ucap Pak Dave.

'Ya ampun Justin. Aku lupa padahal tadi siang Sophie sudah memberitahu, tapi aku tidak mungkin bilang sudah tahu kan sama pak Dave'

"Eh, iya belum tahu Pak," sahut Dominique.

"Ini kita yang masuk middle mau menjengguknya, ya siapa tahu kamu mau ikut. Kamu kan calon pacarnya, hehe," ledek Pak Dave. Wajah Dominique bersemu merah. "Ihh, apa sih Pak"

"Sudah ayok sama-sama. Nanti aku yang berikan tumpangan dan mengantarkan kamu pulang!" Pak Dave yang nyengir kuda menarik lengan Dominique untuk mengekorinya.

Sampai diparkiran staff terlihat tiga motor lain sudah menunggu pak Dave.

"Saya, cewek sendiri nih Pak?"

Dominique yang melirik semua staff pastrynya laki-laki.

"Iyalah staffmu kan tidak ada yang middle kan selain kamu. Tadi bu Nat bilang akan bergantian menjengguknya besok, " sahut Pak Dave. "Oh, ok Pak!"

Motor menepi di sebuah rumah sakit pak Dave menanyakan ruang perawatan untungnya rumah sakit mengizinkan jam besuk malam. Kaki Dominique berjalan gontai mengekori pak Dave, jantungnya berdebar dengan cepat saat tiba di depan kamar rawat. Pak Dave membuka pintu saat dihadapankan dengan seseorang yang hampir tidak Dominique kenali karena wajahnya sudah dibalut perban selang infus dan tubuhnya dipenuhi luka. Dominique hampir terjatuh kalau tubuhnya tidak ditahan oleh Pak Dave.

Sementara Haiden tampak mondar-mandir seperti setrikaan di ruang tamu kecil milik seseorang. "John mana dia? Sudah jam berapa ini?" raut wajah kesal dan marah menyeruak dengan hebat.

John melirik jam di tangannya pukul sembilan kurang lima menit. John menelpon orang suruhannya dan tidak berapa lama John mendapatkan kiriman pesan berupa foto dimana keberadaan Dominique. 'Ck, ck, nona Dominique kau memang pemain ulung. Suatu hari nanti aku pasti mentraktirmu makan malam'

"Tuan" John memberikan ponselnya kepada Haiden. Haiden melihat foto yang ditunjukkan John pada ponselnya kobaran kemarahan muncul kembali di mata Haiden giginya mengerat dengan hebat. Dia membanting dan mengijak-injak ponsel yang diberikan John. 'Masih berani dia mengkhianatiku'

'Hmm seperti aku harus membeli ponsel baru' guma John.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel