Pustaka
Bahasa Indonesia

PERFECT HONEYMOON

62.0K · Tamat
Ayu Wandira
58
Bab
3.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kiara Gunawan tidak bisa menampik pernikahan yang ia yakini sebagai pilihan dalam hidupnya. Ia menikah dengan Braga Ribeiro, tanpa menyadari betapa kaya sesungguhnya pria itu. Namun cinta pandangan pertamanya adalah Arya Kapoor seorang IT yang bekerja di Amerika. Pernikahan mewah dengan banyak luka dan keanehan yang ia jalan selama ini. Kiara harus menghadapi kenyataan yang sama sekali tidak ia duga. Gelimang harta dan kehormatan harus ia tebus dengan rasa sakit keangkuhan Braga. Kiara merasa tercampakkan dalam titik terendah dalam hidupnya sebagai seorang wanita. Sang suami tidak pernah memberi nafkah batin selama tiga tahun. Wanita mana yang tidak kehilangan percaya diri? Kiara mulai berpikir, apa dia kurang menarik? Atau ada orang ke tiga di antara mereka? Di antara kepin-kepingan hati yang berserakan, sang mantan kembali hadir dalam hidupnya. Terlebih ia mengetahui kalau suami selama ini lebih menyukai asistennya bernama Lauren dibanding dirinya. Mampukah Kiara membenahi carut-marut kehidupan rumah tangganya dan menundukkan dinding keangkuhan keluarga konglomerat mereka? Mungkinkah kebahagiaan akhirnya dapat mereka raih walau nasib mempertemukan dalam situasi yang salah? Mungkinkah, walau kala sebelumnya keduanya telah saling menilai penuh prasangka? Bimbang dengan itu, Kiara diambang dilema, antara CERAI ATAU TERUS. Tapi semesta paling tahu cara membolak balik hati, kan?

RomansaMetropolitanPresdirBillionaireLove after MarriagePernikahan

BAB 1

HAPPY READING

______________________

Kiara melihat kedua orang tuanya sedang berunding untuk mempersiapkan pernikahan dirinya dengan sosok pria pilihan mereka. Ia menatap pria yang akan dijodohkannya itu hanya diam, seolah tidak menolak perjodohan mereka. Padahal bisa dikatakan dia bukan pria yang jelek, dia saja bisa memacari seorang artis ternama di negeri ini atau wanita yang sering mengikuti ajang kecantikan kelas internasional. Kenapa pria itu mau dengan dirinya yang bukan apa-apa ini?

Kiara hanya menghela napas, dia mengibaskan tangannya ke wajah karena ia merasa obrolan orang tua mereka semakin panas.

“Jadi gimana, kalau pernikahan kalian diadakan bulan depan? Kalian masih ada waktu untuk saling kenal kan?” Usul ayah Kiara, bertanya kepada semua orang yang ada di meja restoran.

“Braga kamu setuju kan?” Tanyanya lagi, pertanyaan itu ditujukan pada Braga.

Braga menarik napas, dia memandang Kiara, gadis muda yang berada di hadapannya itulah calon istrinya. Dia memiliki wajah yang cantik untuk seukuran seorang wanita, sekilas memang mirip dengan Sharon kakaknya. Namun jika diperjelas sama sekali tidak mirip Sharon. Dia memiliki tubuh langsing, wajahnya V alisnya terlihat natural, dan hidungnya mancung. Dia memang cantik, namun di luar sana banyak yang lebih cantik dari Kiara.

Braga hanya mengangguk sebagai jawaban pertanyaan ayah Kiara. Dia sama sekali tidak menolak ataupun membantah.

Padahal Kiara berharap kalau pria itu membantah ucapan orang tuanya. Kiara terperangah melihat senyuman bahagia dari keluarganya Bahagia dan suka cita.

“Bagaiamana dengan kamu Kia? Kamu setuju juga kan?”

Kali ini pertanyaan itu untuk dirinya, sebenarnya ia tidak terlalu memperdulikan perjodohan ini. Jelas ia tidak akan setuju atas Keputusan ini. Kiara mengalihkan tatapannya kepada pria yang ada di hadapannya itu, pria itu memandangnya tanpa senyum. Ia membalas tatapan itu dengan berani. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Dunia seakan berhenti berputar, lama terdiam. Semua keluarga menunggu jawabannya. Entah dorongan apa ia mengangguk juga.

Semua keluarga menghela napas lega karena mendapatkan persetujuan dari dirinya. Mereka semua dengan berbahagia menyambut pernikahan yang sebentar lagi akan dilangsungkan. Suara gelak tawa dan Bahagia terpancar dari seluruh ruangan.

______________________

Saat ini Kiara dan Braga diberikan ruang privasi untuk mereka berdua, atas dorongan Braga mau mengantar Kiara pulang ke rumah. Mereka berdua dalam satu mobil yang sama, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan mereka berdua, hanya deru napas yang saling beradu, suara alunan music radio terdengar pelan sepanjang jalan.

Seketika mobil yang di kendarai oleh Braga berhenti di tepi jalan. Pria itu menginjak pedal rem, Kiara mendadak kaget dia lalu menoleh menatap Braga. Sejujurnya ia tidak tahu ia ada di mana saat ini. Jelas ini bukan lokasi rumahnya. Baru saja ia ingin protes, namun suara Braga mendahuluinya.

“Turun!” Perintah Braga dengan suara dinginnya serta pandangannya lurus ke depan.

Kiara seketika menelan ludah, “Serius kamu mau nurunin saya di sini!” Balas Kiara berusaha tenang, ia sebenarnya gugup sekaligus takut. Namun ia melihat tatapan dingin pria itu, jadi semakin takut.

“Kalau saya bilang turun ya, kamu harusnya turun!”

Sejujurnya baru kali ini Kiara diperlakukan kasar oleh seorang pria, ia sebenarnya gemetar ketakutan dengan sikap Braga yang dingin, padahal pria itu calon suaminya.

“Tapi ….” Kiara terdiam sesaat, ia jadi ikut emosi dan panas, ia lalu membuka hendel pintu dan keluar dari mobil Braga, ia hamper saja meneteskan air mata tatkala diperlakukan kasar.

“Brengsek!” Umpat Kiara, dia menutup pintu mobil itu dengan keras.

Kiara melihat pria itu masih di kemudi setir, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia lalu menjalankan mobilnya tanpa menatapnya. Yang dilakukan Kiara hanya memandang kepergian Braga dengan perasaan berkecamuk dan tidak menentu. Satu di dalam benaknya, ia akan menolak dengan keras kalau ia tidak mau menerima pernikahan ini. Bagaimana bisa seorang calon suami meninggalkannya begitu saja di tepi jalan seperti ini.

“Kalau nggak suka sama saya! Jangan bilang setuju brengsek!” Umpat Kiara kesal luar biasa.

“Sial!” umpat Kiara.

Kiara melihat sebuat taksi yang melintas di tepi jalan. Kiara melambaikan tangan ketika menatap taxi itu sedang tidak berpenghuni dan langsung taksi berwarna biru itu berhenti di hadapannya. Apa alasan Braga memperlakukannya dengan kasar? Ia merasa kalau dia tidak membuat kesalahan selama bertemu tadi.

Kiara masuk ke dalam mobil, lalu menyebutkan alamat komplek rumahnya. Dia menatap ke arah jendela, sambil memandang langit yang gelap. Ia merasa kalau Braga sangat egois, diktaktor dan kasar. Bagaimana bisa kedua orang tuanya menjodohkannya dengan pria kasar seperti Braga? Oh God, tentu ini sangat bahaya untuk kehidupannya. Ia akan perotes keres atas prilaku tidak adil ini. Ia juga akan menceritakan kepada kedua orang tuanya kalau ia telah diturunkan di tepi jalan oleh Braga hingga mengancam keselamatan nyawanya.

Bagaimana bisa ia akan menikah dengan Braga yang kasar dan egois seperti itu. Menikah dengan orang salah tentu akan membuat hidupnya seperti neraka. Dan Keputusan menikah dengan Braga adalah hal yang paling tidak masuk akal. Ia akan gila jika menjalani hidup dengan pria kasar, tidak tahu diri, tidak punya sopan santun.

Di sepanjang perjalanan pulang dia hanya melamun memikirkan prilaku kasar Braga terhadapnya. Terlalu kalut dengan pikirannya, akhirnya mobil berhenti di depan rumahnya. Kiara mulai menyadari kalau handbag yang berisi dompet, handphone, dan alat makeupnya tertinggal di mobil Braga. Ia ingin sekali membentur kepalanya ke dinding.

Kiara menatap sang driver, “Pak tunggu di sini dulu ya, saya ke dalam sebentar, nanti saya balik lagi.”

“Baik, non.”

Sang supir mengangguk mengerti, sambil memperhatikan Kiara masuk ke dalam rumahnya. Kiara panik karena ia melupakan tas nya saat di mobil tadi. Pagar rumah terbuka, ia menatap security di sana.

“Malam non, Kia.”

“Malam juga pak.”

“Sendiri aja non?”

“Iya nih, pak.”

“Owh iya pak, bapak ada uang tunai nggak?”

“Ada non, buat apa non?”

“Buat bayar taxi. Pinjem dulu boleh nggak pak? Saya belum bayar taxi. Tas saya ketinggalan di dalam mobilnya pak Braga.”

“Boleh, non.”

Kiara menatap security merogoh dompetnya, dia mengambil beberapa lembar uang tunai, “Mau berapa non?”

“Dua ribu aja pak.”

Security itu menyerahkan uangnya kepada anak majikannya. Kiara lalu melangkah mendekati mobil taxi, dan lalu menyerahkan uang itu kepada driver,

“Kembaliannya untuk bapak aja, maaf ya pak, kalau bapak jadi nunggu saya,” ucap Kiara.

“Enggak apa-apa non. Makasih ya non, ini kembaliannya terlalu banyak,” ucap driver itu merasa tidak enak hati karena kembaliannya terlalu banyak dari argo.

“Sama-sama pak,” ucap Kiara menanggapi dengan senyuman.

Kiara melihat kepergian driver itu dari pandangannya. Kiara lalu segera masuk ke dalam rumahnya. Ia hampir saja melupakan rasa kesalnya terhadap Braga. Tas berharganya ada di dalam mobil Braga, ia sama sekali tidak bisa jauh dari ponselnya. Kiara buru-buru masuk ke dalam rumahnya agar segera menyuruh Braga mengembalikan tas ke rumahnya.

_____________________