Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Kegiatan Malam

Bab 2 Kegiatan Malam

Vano membawa gadis itu di dalam kamarnya. Untung saja tadi rumahnya sepi tidak ada satu orang pun yang melihatnya. Kini dia duduk di samoing Jeni yang berbaring pulas. Sekilas ke dua matanya menatap gadis itu. Bahkan dia tidur, seperti di kamarnya sendiri.

Dari pada menunggu Jeni yang tidur Vano berencana untuk pergi. Dia tidak mau melihat sekujur tubuhnya yang seksi seakan membuat gairahnya mulai naik. Vano beranjak berdiri membuka pintu kamarnya perlahan. Dan segera keluar, berjalan mengendap endap. Ya, meskipun orang tuanya sekarang tidak ada di rumah. Mereka masih di Amerika untuk urusan pekerjaan selama 1 bulan lamanya. Dia di rumah sendiri dengan adiknya. Dia juga punya adik ya mungkin masih seumuran dengan Jeni. Umurnya masih 17 tahun dan baru kelas 2 SMA. Dan jarak umur meraka terpaut jauh terpaut 6 tahun lebih tua. Ya, Meskipun adiknya laki-laki tapi cerewetnya minta ampun sama seperti mamanya. Setiap gerak gerik kakaknya selalu di awasi dan di adukan mamanya.

Sepertinya kali ini suasana nampak sepi dan gelap. Vano masih tetap memelankan langkah kakinya. Dia sengaja memelankan langkahnya agar tidak ketahuan adiknya. Jika dia tahu bisa gawat pasti dia akan melapor pada mama. Apa lagi adiknya anak mama banget. Kini dia memutar mata menatap ke kiri dan ke kanan. Lalu Segera meraih kunci montor ninja merah yang tertinggal di ruang tamu.

Dia tidak mau adiknya tahu jika dia akankeluar malam untuk balapan. Meskipun dia habis mabuk di Club. kesehariannya tetap setiap malam balapan dengan teman temannya sampai pulang menjelang pagi. Sifatnya yang masih seperti anak kecil membuat para wanita berpikir dua kali juga jika serius dengannya. Seumurannya sudah sibuk dalam bisnis, dia malah bersenang-senang dengan teman-temannya.

----

"Mau kemana kamu kak?" Vano terhenti seketika menatap Dion adiknya sudah berdiri tepat di belakangnya. Dengan mata yang terlihat bengkak bahkan sudah seperti mata panda. Dia sangat suka sekali begadang kalau tidak bermain game online ya biasa nonton bola hanya utuk sekedar taruhan bersama teman-temannya Namun bukan taruhan uang melainkan wanita itu yang membuat dia menatap tv lama untuk nonton bola.

Dion laki-laki playboy yang gila akan cinta. Dia adik ke sayangan Vano meskipun dia sangat cerewet seperti perempuan.

Vano tersenyum tipis menatap adiknya sudah siap untuk introgasi dirinya.

"Biasa keluar sebentar, ingat jangan bilang pada mama. Awas aja kamu bilang aku tidak akan kasih kamu uang jajan selama satu bulan" ancam Vano pada adiknya.

"Aku gak perduli, lagian aku bisa minta ke mama dan bilang semua tentang kakak" Dion meringis dengan tatapan kemenangan pada Vano.

Sialan nih anak, kalau dia introgasi aku terus bisa telat balapan nanti. Sepertinya aku harus cepat cepat pergi sekarang. Sudah muak dengan ceramah Dion kalau gak ngadu mama. ya ceramah bahkan lebih cerewet dari mama batin Vano

"Hello kak apa kamu baik-baik saja. Kenapa kamu diam memangnya kamu mau keluar kemana?" Dion memiringkan badannya menatap Vano yang menunduk seolah memikirkan sesuatu.

"Aku mau keluar sebentar"

"Ya, tahu aku kamu mau keluar , tapi kakak mau keluar kemana biar mama tanya aku bisa jawab" Dion nampak polosnya ingin mengadu dengan mamanya.

"Adik aku yang bawel, udah ya, aku mau keluar kalau kamu mau ngadu silahkan ngadu pada mama mu .. oke.." Vano langsung membuka kunci pintu dan menutupnya kembali. Dia membiarkan adiknya Dion mengumpat tak jelas di belakangnya.ya meskipun kadang mereka suka jahil satu sama lain tapi Vano sangat menyangi adiknya yang bawel itu. Dia selalu pemberi solusi terbaik untuk Dion saat terjebak dalam masalah yang menyulitkannya.

Dion terus menggerutu gak jelas dia sebanarnya sudah tahu jika kakaknya pasti akan keluar untuk balapan karena sudah kesehariannya seperri itu. " punya kakak tapi jarang di rumah, padahal aku ingin dia menemaniku nonton bola atau sekedar main game online bareng" Dion menggelengkan kepalanya dan berjalan mengunci pintu rumahnya. Dia segera menuju ke kamarnya namun langkahnya terhenti mendengar suara wanita di kamar kakaknya.

"Siapa di dalam? Apa kakak bawa seorang wanita masuk ke dalam? Wah kakak semakin berani saja bawa wanita ke dalam kamar?" Dion yang mulai penasaran. Dia membuka pintu kamar kakaknya yang sudah terbuka sedikit. lalu berjalan pelan mengintip siapa yang di dalam kamar kakaknya.

Nampak seorang Gadis cantik terlihat kepanasan, dengan jemarinya mulai mebuka baju menghilangkan rasa gerah.

Gadis itu tersadar ada yang melihatnya. Ia segera menutup kembali bajunya. " Siapa kamu? " nampak Jdni masih dalam pengaruh sisa alkohol yang ia minum.

Dion mengernyitkan hidungnya bau alkohol menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Tak hanya tampan Dion mempunyai pendengaran dan penciuman yang sangat tajam.

"Seharusnya aku yang tanya kamu siapa? Apa kamu pacar kakak aku? " cerocos Dion .

"Apa kamu gadis panggilan yang memuaskan kakak aku? "

"Oh.. Tuhan.. Kenapa kakakku bisa suka dengan gadis panggilan seperti dia?? Kutukan apa yang di berikan pada kakakku?" Cerocos Dion tak hentinya seolah tidak memberikan jeda untuk jeni berbicara.

"Sudah cukup kamu bicara? Sekarang bolehkan aku jawab? " ucap Jeni menarik ke dua alisnya ke atas bersamaan.

"Baiklah!" jawab Dion terpaksa, memutar matanya malas.

"Oke.. langsung To The Point saja, sebenarnya kamu siapa? Dan aku di mana bukannya ini kamarku? Ngapain kamu disini?" padangan Jeni yang masih buram merasa bahwa dia berada di dalam kamarnya yang mewah.

"Hello gadis panggilan, kamu itu minum terlalu banyak jadi mana ingat kamu sekarang di mana? Kamu itu di kamar kakakku. Dan aku Dion adiknya" Jelas Dion Comelnya bahkan mengalahkan mulut seorang wanita.

"Hemzz ya sudahlah kamu pergi saja aku mau tidur sekarang, jangan ganggu aku dan jangan lupa tu pintu di tutup rapat ya" Jeni nampak membaringkan badannya di ranjang putih dengan badan memeluk guling erat. Tanpa menghiraukan umpatan Dion.

"Dasar gadis panggilan! Ini rumah aku kenapa aku yang di suruh keluar. Sepertinya aku harus bilang ke mama besok?" Umpat Dion tak hentinya ia merasa kakaknya menyembunyikan sesuatu dan berani bawa wanita tinggal di kamarnya. Dia hanya menggelengkan kepala, menutup rapat pintu kamar kakaknya dan membiarkan wanita itu tidur.

-------

Dan Vano yang sudah sampai di sebuah lapangan yang jauh dari pusat keramaian. Yang memang sudah di jadikan pusat untuk balapan.Vino nampak masih mengenakan helm terdiam menunggu temannya datang.

10 menit berlalu seperti biasa kini Edo juga ikut melihat Vano beraksi lagi dengan liarnya menaiki montor. Terlihat sekelilingnya sudah di penuhi dengan berbagai anak montor lengkap menggunakan helm yang masih belum terbuka. Dan 2 wanita untuk mengibar bendera mengawal mulainya balapan. Vano membuka helm full facenya. Sedikit merapikan rambut yang terlihat berantakan.

"Kenapa kamu lama sekali Do?"Vano nampak menerutkan bibirnya.

Edo tertawa kecil melihat temannya yang sudah tak sabar untuk mulai aksinya. "Biasa aku jemput dia dulu tadi" jawab Edo menoleh ke belakang mengisyaratkan seorang wanita cantik yang ada di boncengan montornya. Padhal dia beru saja pulang ke rumah dan balik lagi untuk mengambil montornya.

"Siapa lagi dia?" Vano nampak menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Edo yang sering ganti ganti wanita.

"Bukannya dia cantik? Jika kamu mau aku akan bagikan ke kamu?" Bisik Edo membuat Vano mendorong tubuhnya pelan.

"Apa kamu kurang waras.." Umpat Vano.

"Tapi apa tadi kamu sudah tidur dengannya?" Tanya Vano yang sudah penasaran terhadap Edo.

"Pastilah, tadi aku sebentar saja di hotel tapi hanya untuk meluapkan nafsuku hanya sekedar Making Out. Apa kamu tahu rasanya begitu nikmat jika kalian berdua mencapai klimaks" pungkas Edo seolah membayangkan sesuatu. Padahal dia hanya bercanda Dan Vano menanggapinya dengan serius.

Vano nampak terdiam ia seolah ingin merasakan apa yang di bilang Edo. Karena Vano nampak begitu polos terhadap wanita. Menciumnya saja dia tidak pernah. Dia merasa sangat malu jika harus menyentuh wanita. Dan lebih memilih untuk diam dan memendam hasratnya sendiri.

"Heh. Van? Kenapa kamu diam sudah sekarang udah mau di mulai tu?" Edo menepuk pundak Vano sontak membuat dia terkejut.

"Heh..kamu yang di sana? Aku mau nantang kamu balapan hari ini? Jangan di wakilkan teman kamu. Dan jika kamu menang aku memberi montor ini padamu?" Suara yang tak asing itu terdengar jelas di telinga Vano. tanpa menjawab dia hanya mengangguk santai dan segera memakai helm full facenya. Dan mulai mengambil tempat untuk memulia balapan dengan suara yang terasa familiar di telinganya. Namun ia lupa siapa lelaki itu meski dia sudah melihat jelas wajahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel