Bab 2
Itachi melangkahkan kakinya memasuki kediaman ibu kandungnya, Permaisuri Uchiha setelah sebelumnya ia diizinkan untuk masuk. Itachi tersenyum tipis melihat sang ibu, Uchiha Mikoto tengah duduk di sebuah kursi kayu panjang.
"Salam Ibunda,” ucap Itachi seraya memberikan salam penghormatannya.
"Duduklah di sini,” ucap Mikoto seraya menepuk pelan sisi tempat duduk di sampingnya yang masih kosong, Itachi pun mendudukkan dirinya di sana.
"Apa Kau sudah mendengar bahwa ayahmu mengadakan rapat dengan para mentri?” tanya Mikoto hingga Itachi mengangguk pelan.
"Sebentar lagi akan ada pemilihan Putra Mahkota,” ucap Mikoto membuat Itachi lagi-lagi mengangguk pelan.
"Sasuke pasti akan terpilih, ia sangat memenuhi kriteria,” ucap Itachi membuat Mikoto menatapnya tajam.
"Apa maksudmu Itachi?!,” ucap Mikoto meninggikan intonasinya membuat Itachi menarik nafas panjang.
"Ibu, aku tidak tertarik dengan hal itu,” sanggah Itachi yang memang tak tertarik dalam urusan pemerintahan.
"Itachi berhentilah bermain-main, Kau harus menjadi Putra Mahkota bagaimana pun caranya! Kau anak pertama kaisar maka Kau harus menjadi putra mahkota!,” ucap Mikoto dengan suara tegasnya. Itachi hanya terdiam mendengar ucapan ibunya yang terkesan menuntut hingga ibunya kembali bersuara.
"Apa Kau mau terus diolok-olok orang-orang dan berada di bawahnya?” tanya Mikoto membuat Itachi menatapnya tajam.
"Tentu saja aku tidak menginginkan hal itu!,” jawab Itachi spontan dengan suara yang terkesan membentak.
"Kalau begitu Kau harus menjadi putra mahkota,” ucap Mikoto membuat Itachi terdiam. Jujur saja pria itu ragu pada kemampuannya sendiri, ia dan Sasuke sangatlah berbeda. Yang ia bisa hanyalah menari, berjudi dan melakukan hal buruk lainnya sementara Sasuke sangatlah cerdas, pandai bertarung, ahli strategi serta bijaksana. Sasuke adalah sosok yang paling pantas menjadi putra mahkota bahkan menjadi kaisar sekalipun.
"Dengar Itachi, rapat hari ini hanyalah sebuah formalitas karena isi dari rapat ini sangatlah jelas bahwa Putri kedua Mentri Haruno akan menjadi Permaisuri dan tugasmu adalah merebut hatinya, sisanya kita pikirkan bersama,” ucap Mikoto serius membuat Itachi menatapnya intens.
"Ibu, aku sudah menikah dengan Putri pertama Mentri Haruno, bagaimana bisa aku menikah dengan anaknya yang lain,” sanggah Itachi membuat Mikoto berdecak kesal.
"Selir Haruno itu tidak berguna karena ia hanyalah anak selir sementara Putri Haruno adalah seorang putri permaisuri,” jelas Mikoto membuat Itachi mengangguk paham.
"Putri kedua Mentri Haruno adalah...."
"Haruno Sakura."
###
"Pemilihan putra mahkota sudah sangat dekat, entah konspirasi apa yang akan terjadi,” ucap wanita paruh baya berambut pirang bergelar Selir Senju itu. Sai hanya mengangguk pelan mendengar ucapan ibu kandungnya itu, Senju Tsunade sambil menghirup tehnya.
"Mengapa engkau terlihat sangat risau Ibunda? Semua akan baik-baik saja,” ucap Sai kembali memamerkan senyum palsunya.
"Sejujurnya Ibundamu ini sangat mengkhawatirkan keselamatan Kakakmu, Kau pun tahu betapa liciknya Permaisuri Uchiha,” ucap Tsunade yang nampak risau.
"Ibunda tenang saja, Aku pasti akan menjaga Kakak dengan segenap hatiku,” ucap Sai sambil mengenggam tangan sang Ibu.
"Maafkan Ibu karena menjadi seperti ini, bukan karena ibu tak percaya Kau bisa menjadi Putra Mahkota hanya saja...." Tsunade mengantungkan kalimatnya karena ia tak tahu harus bicara apa.
"Jangan berkata demikian Ibunda, Justru aku sangat bersyukur karena Ibunda tidak memaksaku untuk menjadi Putra Mahkota karena bakatku hanyalah melukis,” ucap Sai membuat Tsunade bernafas lega.
"Terima kasih Putraku,” ucap Tsunade melempar senyum hangatnya ke arah Sai.
"Apa pun untuk Ibunda dan Kakak Sasuke,” sahutnya memamerkan senyum palsunya.
###
Sasuke berjalan pelan menyusuri istana hingga ia melihat Sakura tengah berdiri di jembatan dengan ekspresi sebal. Sasuke pun berjalan hendak menghampirinya namun Sasuke menghentikan langkahnya tak jauh dari Sakura yang nampaknya belum menyadari kehadirannya.
"Hahhhh...!! Tempat ini sangat membosankan,” ucap Sakura seraya menendang angin.
"Ck, Tidak ada Wi-fi, internet, benar-benar membosankan! Dan malah diperburuk lagi dengan pria-pria arogan, menyebalkan!!,” ucapnya menjerit kesal.
"Sebal! Sebal! Sebal!" teriaknya sambil menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil hingga Sasuke mendengus geli.
"Kenapa juga ayah membawaku ke sini dan malah meninggalkanku di sini? Dasar Ayah yang tidak bertanggung jawab,” umpatnya membuat Sasuke geleng-geleng.
"Menurutmu apa yang akan dikatakan Ayahmu jika ia mendengar ucapanmu barusan?” tanya Sasuke sambil melangkah mendekati Sakura.
"Eh?! Ano itu Yang Mulia,” ucap Sakura kikuk karena ia tak tahu harus melakukan apa.
"Tidak usah terlalu formal,” ucap Sasuke hingga Sakura mengaruk tengkuknya.
"Apa saya akan dihukum karena tidak bersikap formal?” tanya Sakura tanpa rasa malunya.
"Apa Kau sangat ingin dihukum?” tanya Sasuke hingga Sakura menggeleng dengan gaya yang menggemaskan.
"Hanya saja aku sudah mulai jengah dengan semua peraturan,” ucap Sakura sambil menempatkan tangannya di pinggangnya sendiri.
"Santai saja,” ucap Sasuke membuat Sakura mengangguk paham.
"Tentu saja! Jika hidup terlalu serius akan cepat mati, bukankah begitu?!,” ucap Sakura sambil menempatkan tangannya di bahu Sasuke. Sasuke menatap tangan Sakura yang berada di bahunya hingga Sakura buru-buru menarik tangannya seraya tertawa canggung.
"Saya permisi dulu, bye bye!!,” ucap Sakura yang langsung mengambil langkah seribu meninggalkan Sasuke.
"Bye bye? apa itu?" guman Sasuke penuh tanya karena ia belum pernah mendengar istilah itu.
"Yang Mulia!” Sasuke menoleh ketika seseorang memanggilnya dengan sebutan 'Yang Mulia'. Dengan ekspresi datarnya Sasuke menatap salah seorang jendral kepercayaannya, Uzumaki Naruto sekaligus teman baiknya bersama pengawal setianya, Hatake Kakashi ada disana.
"Tempat latihan pedang Anda telah disiapkan, sekarang Yang Mulia bisa langsung berlatih,” ucap Naruto membuat Sasuke mengangguk pelan.
"Yang Mulia saya mendengar bahwasannya pemilihan putra mahkota akan berlangsung sebentar lagi,” ucap Kakashi sementara Sasuke nampak tak berekspresi.
"Ohh jadi itu alasan kenapa aku melihat para mentri banyak yang berdatangan, mereka pasti tengah berdiskusi,” ucap Naruto yang memang melihat ada banyak mentri yang datang.
"Ya, sepertinya begitu,” ucap Kakashi membuat Naruto mengangguk mantap.
"Aku yakin pasti Yang Mulia yang akan terpilih, siapa lagi yang pantas? Tuan Itachi? Tidak-tidak, yang bisa ia lakukan hanyalah mengacau. Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa menjadi seorang putra mahkota, Sai? Dia masih terlalu muda dan nampak tak tertarik sama sekali,” ucap Naruto ceplas-ceplos membuat Kakashi menatapnya tajam.
"Kita belum tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang,” ucap Sasuke membuat Naruto memutar bola matanya.
"Yang Mulia benar, mungkin saja Tuan Itachi punya rencana,” ucap Kakashi yang nampak setuju dengan ucapan Sasuke.
"Kakashi, aku baru saja mendengar istilah baru tetapi aku tidak tahu apa artinya,” ucap Sasuke membuat Kakashi mengerutkan keningnya.
"Yang Mulia sangatlah cerdas serta bijak, bagaimana mungkin Anda tidak tahu artinya. Kalau saya boleh tahu, istilah apakah itu Yang Mulia?,” ucap Kakashi yang nampak kebingungan.
"Putri Haruno baru saja mengatakan istilah 'bye bye', apa artinya?” tanya Sasuke membuat Naruto dan Kakashi saling pandang.
"Bye bye?"