Bab 5
Marco melangkah maju, menarik Syakilla dari gerombolan fansnya. Membawa gadis itu menjauh, dari sana.
"Thanks," ujar Syakilla saat mereka berhenti di depan ruang khusus peserta.
"Gue nggak nolong lo dengan sengaja, cuman kebetulan lewat. Nggak usah bilang makasih," sahut Marco.
"Sengaja ataupun enggak, intinya lo dah nolongin gue." Syakilla menghendikkan bahu, kemudian gadis itu membalikan tubuhnya. Hendak masuk kembali ke ruangan khusus peserta.
"Gue cuman nggak mau aja ada kasus cewek babak belur gara-gara digebukin fans gue, ntar nama gue terkenal dengan fans barbar." Celetuk Marco.
Syakilla mendengarkan itu, namun ia tetap melangkah masuk tanpa berucap apapun lagi terhadap Marco.
"Gue dikacangin?" ucap Marco pada dirinya sendiri.
Di dalam ruangan, Syakilla mendatangi Febi yang sejak tadi menunggunya.
"Lo darimana aja, Kil?" tanya Febi.
"Toilet," jawab Syakilla, gadis itu menarik senyum. Sepertinya, kejadian tadi cukup ia simpan saja sendiri.
"Lama banget, lo sakit perut?"
Syakilla nyengir kuda. "Iya, nih. Gugup banget."
"Eh, kayaknya perwakilan disuruh keluar buat dengerin pengumuman," ujar Febi. Gadis itu menunjuk mayoret grup lain yang mulai meninggalkan ruangan.
Syakilla mengangguk. Gadis itu mengatur napas, tubuhnya gemetar. "Lomba terakhir kenapa bikin deg degan banget, ya?"
"Kita udah ngasih yang terbaik." Febi tersenyum, "ayo, Kil."
Syakilla bangkit dari tempat duduknya. Gadis itu kembali menghela napas sebelum memasang senyum, karena ia harus berdiri di depan para juri sebagai perwakilan dari grupnya.
Rasa gugup Syakilla semakin nyata, kala ia melihat mayoret lain juga berdiri di depan juri. "Ini tangan gue nggak bisa berhenti getar, duh." gumamnya.
Gadis itu menatap ke depan, ke arah tiga orang juri yang duduk di kursinya. Pandangan Syakilla beralih pada tamu-tamu VIP yang duduk tepat di tribun belakang juri.
Seketika, mata gadis itu menyipit kala melihat penampakan lima cowok ganteng di bagian VIP. Bukan hanya Syakilla, namun hampir semua perempuan yang ada di sana curi-curi pandang ke arah lima orang cowok ganteng itu. Siapa lagi? Tentu, mereka President Team.
"Gue rasa, Syakilla lagi ngeliat ke arah sini," ujar Venus.
"Nggak cuman Syakilla, lo nggak lihat daritadi kita diliatin?" sahut Bima.
"Pasti terpesona sama kegantengan gue," ujar Awan percaya diri.
"Pede banget, lo." Bima menatap sinis ke arah Awan.
"Lo lupa, motto P kuadrat kita?" balas Awan.
"Oh, iya." Bima nyengir kuda, "kita kan P kuadrat, Pelit & Pede."
"Lo ngeliatin itu cewek juga?" Bisik Venus tepat di telinga Marco.
"Gue punya mata," balas Marco.
"... juara pertama, SMA KOMET!" Syakilla langsung menutup mulutnya.
Mereka berhasil, mempertahankan dan kembali mendapatkan juara pertama di lomba terakhir. Juri menghampiri Syakilla, dan memberinya sebuah piala besar.
Syakilla mengangkat piala itu seraya menahan tangis, tentu tangis bahagia. Ia tersenyum lebar ke arah penonton SMA KOMET, kemudian menunjukkan piala itu pada anggota grupnya.
"Cantik," ujar Antariksa. Berhasil membuat keempat cowok di sebelahnya menoleh.
***
"Syakilla, congratulation!"
"Selamat ya, Kil!"
"Congrats, Kil!"
Ucapan selamat tidak henti Syakilla terima sejak ia berjalan dari gerbang sampai menuju ke kelas. Gadis itu menebar senyum sepanjang jalan, tidak lupa mengucapkan terima kasih pada mereka yang telah memberikan selamat kepadanya.
"Jadi artis sehari, nih." Febi tersenyum kala Syakilla duduk di sebelahnya.
"Anak-anak yang lain juga, kok. Lo juga pasti, banyak yang ngucapin, kan?"
"Ya, nggak sebanyak lo sih, Kil," ujar Febi seraya terkekeh.
"Duh, perut gue mules, Feb." Syakilla memegangi perutnya.
"Lo kebiasaan deh, Kil. Gugup kebawa berhari-hari." Febi menggelengkan kepalanya.
"Gue ke toilet dulu, ya!" Syakilla segera bangkit dari posisinya. Perjalanan ke toilet yang cukup dekat, tiba-tiba terasa jauh saat seluruh murid yang ia temui memberikan selamat kepadanya.
Setelah berhasil masuk ke dalam toilet, akhirnya Syakilla melakukan panggilan alamnya. Tidak lama, gadis itu keluar dari salah satu toilet.
"Oh, ini orangnya?" Syakilla mendongak, mendapati ada sekitar lima orang perempuan menghadangnya.
Astaga, siapa lagi mereka ini?
"Sorry, ada apa?" tanya Syakilla.
"Lo cewek yang dibonceng Marco, kan?" ucap salah satu perempuan bernama Tere, Syakilla tahu kalau Tere dan teman-temannya adalah geng tukang labrak di SMA Komet.
"Iya. Kenapa?"
"Kenapa lo bilang?" sahut Dina, teman Tere. "Lo tahu, nggak? Marco itu lagi deket sama Tere!"
Syakilla mengernyitkan dahi. "Yang mau nganterin gue pulang itu Marco sendiri, gue nggak minta. Dan masalah dia deket sama siapa, itu bukan urusan gue. Nggak penting."
"Belagu banget ini cewek!" Kesal Tere, gadis itu menarik rambut Syakilla dengan kuat. "Jauhin Marco!"
"Eh, apa-apaan, nih!" Syakilla balas menarik rambut Tere.
"Woi, bantuin, dong!" Teriak Tere pada teman-temannya.
Mereka semua maju, ikut menjambak dan saling cakar. Perkelahian tidak seimbang itu tidak dapat lagi dihindari.
"Heh, ngapain lo semua!" Teriakan itu, membuat Tere dan teman-temannya berhenti. Mereka semua menoleh, saat mendapati Barbie dan teman-temannya berdiri di belakang mereka.
"Nggak usah ikut campur ya, lo. Ini urusan gue, sama cewek ini!" ujar Tere seraya menatap Barbie tajam.
Barbie melirik Syakilla sekilas, ia langsung tahu apa permalahannya. "Ngerebutin Marco? Percuma, dia nggak bakal mau sama lo semua."
"Heh, diem lo!" Tere menunjuk Barbie dengan tangannya.
"Satu banding lima itu nggak adil, Tere." Barbie menarik senyum. Ia menoleh ke belakang, memberikan kode pada teman-temannya untuk masuk.
"Lo bawa satu tim cheers, hah!" ujar Tere saat melihat ada sekitar dua belas orang di depannya.
"Kenapa? Kurang?" tanya Barbie.
"Ini mereka mau ngeroyok gue rame-rame?" gumam Syakilla dalam hatinya.
"Nggak usah ikut campur, pergi lo!" teriak Tere.
Barbie menggelengkan kepalanya. "Seret geng cabe itu," ujar Barbie pada teman-temannya.
Tidak butuh waktu lama, Barbie berhasil menyingkirkan Tere dan teman-temannya. Menyisakan Syakilla yang terduduk di lantai akibat dikeroyok oleh Tere dan teman-temannya.
"Bangun," ujar Barbie. Gadis itu mengulurkan tangannya.
Syakilla menerima uluran tangan Barbie, kemudian beranjak. Gadis itu memperhatikan penampilannya yang berantakkan, kemudian meringis ketika merasakan ada yang perih di daerah wajahnya.
"Muka lo bedarah, paling kena cakar," ujar Barbie. "Ke UKS, gih."
"Thanks," ujar Syakilla. Gadis itu segera melengos keluar.
Setelah Syakilla keluar, tidak lama Barbie ikut keluar. Ia melirik ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang.
"Gimana?"
"Udah gue tolongin," ujar Barbie seraya menatap cowok di sebelahnya.
•NEFARIOUS•