Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Kau mau ke mana hah?! Kau harus tanggung jawab!" teriakan seorang pria yang merupakan pemilik mobil membuat Vely meneguk ludah ketakutan. Dia tak bisa lari lagi. Baru berbalik saja sudah ketahuan.

"Maaf. Saya tak sengaja, Om," ucap Vely dengan kepala menunduk. Pria itu mendelik tajam mendengar Vely menyebutnya 'Om'.

"Om? Kau pikir aku ini Om-mu apa?" tanya pria itu sengit. Vely semakin menundukkan kepala. Menggigit bibirnya agar tak bersuara. Takut salah bicara dan malah dimarahi lagi.

"Masuk ke dalam mobil!" Tegas, tak terbantahkan. Vely lesu dan ketakutan mendengarnya. Tapi, dia tak bisa lari. Dengan ragu, dia pun masuk ke dalam mobil mewah itu. Vely melihat ke arah kaca spion yang rusak. Dan ternyata, kacanya memang pecah.

"Di mana alamat rumahmu?" tanya pria itu langsung seraya menjalankan mobilnya.

"Mau apa ke rumah saya, Pak?" tanya Vely.

"Jangan panggil aku Pak! Aku bukan bapak-bapak!" sentak pria itu lagi. Vely menggigit bibir bawahnya. Salah lagi.

"Lalu, saya panggil apa?" tanya Vely kebingungan. Pria itu mendesis dengan wajah ditekuk kesal. Jelas saja, mobil mewah kesayangannya rusak karena gadis culun bin kuno di sampingnya. Ya, walaupun yang rusak hanya kaca spionnya yang sebelah kanan. Tetapi, tetap saja harganya mahal.

"Terserah!" jawab pria itu dengan kesal.

"Om, namanya siapa?" tanya Vely seraya menatap pria berparas tampan bak dewa di sampingnya. Tetapi, Vely tak terpesona dengan ketampanan pria itu.

"Sean."

"Om Sean, sekali lagi saya minta maaf. Saya yakin, Om adalah orang kaya. Rusak kaca spion mobil saja tidak akan membuat Om jatuh bangkrut. Tolong jangan bawa masalah ini ke kantor polisi," ucap Vely mengiba. Sean menatap Vely dengan alis terangkat sebelah. Risih juga melihat penampilan Vely yang sangat tak enak di pandang.

"Aku akan minta ganti rugi pada orangtuamu," ucap Sean dengan dinginnya.

"Orangtua saya tidak ada di sini Om. Ayah saya tinggal di Perancis. Dan ibu saya tinggal di Malaysia. Saya sendirian di sini," balas Vely. Mendengar itu, Sean pun langsung menghentikan mobilnya di sebuah parkiran.

"Kalau begitu, hubungi mereka untuk ganti rugi kerusakan mobilku karenamu," ucap Sean lagi.

"Om, saya minta maaf. Saya yakin, Om punya banyak uang untuk mengganti kaca spion saja," balas Vely kembali mengiba. Mata Sean memicing tajam. Bertemu dengan berbagai macam jenis wanita, membuat Sean tak percaya pada wajah mengiba Vely. Terlalu banyak wanita penipu yang dia temui. Pura-pura mencintai, nyatanya hartanya yang diincar. Itu sakit say...

"Kalau begitu, kau yang harus ganti rugi," ucap Sean lagi masih belum mau mengalah. Vely menatap Sean dengan kesal. Bibirnya berdecak pelan dan tangannya bergerak menampar pipi Sean. Sean terkejut karenanya.

"Om, aku gak punya uang. Untuk makan saja aku harus berhemat. Om tega membuatku hidup di jalanan? Om itu benar-benar jahat! Gak punya hati!" bentak Vely. Sean terperangah kaget dibuatnya. Baru kali ini ada perempuan yang berani menamparnya. Bahkan sampai menceramahinya. Apalagi yang melakukan itu hanya seorang gadis kecil yang cupu juga kuno! Harga dirinya terusik.

Vely langsung membalikkan tubuhnya dan berusaha membuka pintu mobil. Sayang, pintunya terkunci. Dia jadi tak bisa keluar. Sedetik kemudian, kepalanya tertarik ke belakang. Rasa perih mendera kulit kepalanya saat Sean menarik rambut kepang Vely.

"Kau tidak akan bisa kabur bocah! Kau harus ganti rugi dulu!" bentak Sean lagi. Vely semakin geram mendengarnya. Dia berbalik dan balas menjambak rambut Sean.

"Dasar orang kaya pelit!" teriak Vely marah. Kacamata tebalnya jatuh karena kepalanya menunduk.

Sean meringis pelan dan berusaha melepaskan tangan Vely dari rambutnya. Dan itu berhasil setelah dia juga melepaskan rambut Vely. Gadis itu memakai kacamatanya dan dia terlihat akan menangis. Baru saja Sean akan memarahi Vely lagi, terdengar gedoran dari arah kaca pintu mobil. Kesal, Sean pun turun dari dalam mobil. Bersiap menumpahkan kemarahan pada orang itu. Namun, niatnya lenyap kala wanita yang melahirkannya lah yang menggedor kaca mobil.

"Ma? Mama kenapa ada di sini?" tanya Sean bingung. Wida, ibu Sean menatap Sean tak kalah bingung. Jelas saja, rambut Sean acak-acakan. Sean tak memakai dasi dan kancing jasnya terbuka. Lalu, matanya beralih pada Vely yang duduk di dalam mobil. Vely terlihat sesenggukan sembari menghapus air mata.

"Apa yang kau lakukan padanya hah?! Jelaskan!" Wida membentak anak sulungnya itu. Membuat Sean kebingungan.

"Apa maksud Mama?"

"Dasar anak kurang ajar! Dia hanya seorang remaja! Dan tega-teganya kau menodainya! Dasar anak tak tahu diuntung! Kurang ajar!" Wida terus saja menyudutkan Sean. Sean sendiri kebingungan karena tak paham.

"Kau harus tanggung jawab! Kau harus menikahinya!" ucap Wida lantang. Sean membelalak kaget mendengarnya.

"Ma! Dengarkan dulu penjelasanku!"

"Cukup! Mama sudah kenyang dengan semua kebohonganmu! Nikahi dia secepatnya!" ucap Wida seraya beranjak pergi dari sana dengan keadaan marah besar. Sean terperangah kaget mendengarnya. Begitu juga dengan Vely yang masih duduk di dalam mobil.

"Kau lihat?! Ini semua gara-gara kau! Dasar gadis tompel pembawa sial!" maki Sean. Vely mengepalkan kedua tangannya. Dia turun dari dalam mobil Sean dan menginjak kaki Sean dengan kuat.

"Ini semua balasan untuk Om yang memang kurang ajar," desis Vely. Dia pun berbalik dan segera beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Sean yang mengerang kesakitan karena kakinya dia injak.

Baru Sean sadari juga, ternyata dia memarkirkan mobil di parkiran gedung kantor miliknya. Mendengus kesal, Sean pun masuk ke dalam kantor untuk kembali bekerja. Berusaha melupakan kejadian barusan yang membuat hatinya dongkol.

Sampai di ruangannya, Sean disambut dengan tatapan maut dari sang mama.

"Ma, dengarkan dulu penjelasanku. Yang Mama lihat tak seperti yang Mama pikirkan," ucap Sean memelas. Wida mendengus pelan dan memalingkan wajah.

"Mama tak mau tahu! Kamu harus tanggung jawab dan nikahi dia! Mama tak akan termakan omongan dustamu lagi!" bentak Wida marah. Sean merasa lemas mendengarnya. Kenapa permintaan ganti ruginya malah menjadi seperti ini?

"Besok, kita akan ke rumahnya dan melamar dia," ucap Wida tak terbantahkan. Sean mendudukkan tubuh lemasnya di kursi kerja. Mengurut kening yang terasa berdenyut-denyut. Tahu begini, dia akan membiarkan gadis tompelan itu pergi saja. Masa iya dia yang tampan menikahi gadis kecil yang cupu? Jatuh sudah harga dirinya jika itu semua terjadi. Tetapi, kondisi juga sangat tidak mendukungnya. Penampilannya tidak rapi dan tadi Vely menangis membuat Wida berpikir kalau Sean sudah melecehkan Vely. Padahal, sebelum bertemu Vely pun Sean sudah tak memakai dasi.

'Argh! Ini semua gara-gara si tompel!'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel