Bab 3 Minzi Liu, Ikutlah Dengan Kami
Bab 3 Minzi Liu, Ikutlah Dengan Kami
Minzi Liu berusaha untuk menenangkan diri.
Jika dilihat sepertinya dia telah menerima kenyataan ini. Hal ini karena dia tahu bahwa beberapa luka hanya dapat disimpan dalam hati dan membiarkannya sirna secara perlahan-lahan. Tidak ada yang dapat membantunya menanggungnya.
Cahaya bulan jatuh di atas tanah, menyinari segalanya. Minzi Liu berkeliling dua kali dan melihat, dengan cepat dia segera mengenali tubuh ibunya.
“Ibu!”
“Yesika!”
Ken Han menemaninya. Dengan segera dia memegang tubuh tersebut.
Walaupun telah dingin, tetapi Minzi Liu mengetahui bahwa dia akan selalu menjadi ibunya, akan selalu menjadi orang yang paling dekat dan paling dicintainya.
Jeremy Han memasukkan tangan ke dalam sakunya, berdiri tidak jauh dari sana, melihat semuanya dengan dingin.
Cahaya bulan menyinari dirinya, membuat bayangannya terlihat lebih panjang.
Melihat air mata yang berlinang di wajah Ken Han, Jeremy Han tidak dapat menahan diri, menarik sudut bibir bawahnya, menyeringai dan sedikit mencela. Dia memeluk wanita lain di dalam pelukannya dan bahkan masih begitu emosional.
Dulu, ketika ibunya meninggal, dia belum pernah melihatnya menangis sebegitu sedih.
Setelah tim medis mengambil tubuh ibunya pergi, Minzi Liu terus mencari ayahnya.
Ada banyak orang berjubah hitam yang hangus terbakar dan tergeletak di atas tanah, tetapi tidak ada ayahnya.
“Siapa orang-orang berjubah hitam ini?” tanya Ken Han sambil menunjuk ke tanah.
Masih perlu di periksa, kelihatannya adalah orang-orang yang datang demi hasil penelitian.” Jawab penanggung jawab petugas pemeriksaan tim medis.
“Pasti merekalah yang membunuh ayahku!” jerit Minzi Liu dengan tidak terkendali.
“Minzi Liu, tenanglah sedikit. Setelah menemukan petunjuk, negara pasti akan memberikanmu keadilan!” kata Ken Han sambil menariknya.
*Suara Tangis*
Suara pesawat meluncur terdengar kembali dari langit, sebuah helikopter terbang di atas kepala, angin yang kencang membuat rambut dan pakaian menjadi tidak karuan.
Setelah helikopter mendarat, ada dua orang yang bergegas keluar turun.
“Maaf, Tuan Han, kami datang terlambat!” Pria yang memakai jas berlari ke depan Ken Han, memberi hormat dengan sopan.
“Tuan muda, aku datang untuk menjemputmu pulang.” Di depan Jeremy Han juga berdiri seseorang.
“Minzi Liu, ikutlah dengan kami.” Ken Han mengulurkan tangan kepadanya sebelum pergi.
Minzi Liu mengangkat kepalanya, menatap Jeremy Han yang berdiri tidak jauh di sana dengan air mata yang belum mengering di wajahnya.
“Tidak, jasad ayahku belum ditemukan.” Minzi Liu menggeleng kepalanya, perlahan-lahan mengalihkan pandangannya dan mengepalkan telapak tangannya dengan erat, “Kalian pergilah.”
“Bagaimana mungkin kamu tinggal sendirian disini? Ayah dan ibumu telah tiada, aku harus menjagamu dengan baik!” kata Ken Han sambil menoleh ke arah anaknya, “Jeremy, kemarilah!”
Jeremy Han mengerutkan keningnya, dengan tidak rela berjalan mendekat. Ketika melihat ke arahnya, Jeremy Han secara tidak sadar dia berhenti mengerutkan keningnya.
Dia menggenggam pergelangan tangannya tanpa berkata apapun, menariknya berjalan pergi menuju ke arah helikopter.
“Tunggu! Ayahku, dia...”
“Jika sudah ditemukan, tim medis akan langsung segera menghubungimu.” Kata Jeremy Han dengan dingin sambil menariknya masuk ke dalam helikopter pribadi, menemukan tempat duduk dan membiarkannya duduk.
“Duduk dengan baik.”
“Aku tidak dapat pergi denganmu.” Berontak Minzi Liu dan ingin turun dari helikopter.
Di sini adalah rumahnya! Dia tidak dapat pergi dari tempat ini!
“Jangan bodoh!” Jeremy Han menarik kerah bajunya dan menariknya kembali, membiarkannya duduk di atas tempat duduknya dengan erat,” Tinggal di dalam pegunungan, bahkan jika kamu kelaparan dan mati, kamu akan menjadi makanan binatang buas!”
“Tetapi...” Dalam sekejap air matanya berlinang keluar. Minzi Liu mengepalkan tangannya sambil menggigit bibirnya dengan erat.
“Ini rumahku...”
Mendengarnya mengatakan hal ini dengan suara tangisan, Jeremy Han hanya terkejut dan tidak dapat mebantu, hatinya seperti terbentur oleh sesuatu yang keras.
Pada detik berikutnya, Ken Han dan yang lainnya datang mendekat.
“Minzi, ikutlah dengan kami. Aku dan orang tuamu sudah saling mengenal sejak lama. Mungkin kamu tidak pernah bertemu denganku, tetapi sejak saat ini, kami adalah orang yang paling dekat denganmu. Di dunia ini, kamu tidak akan pernah kesepian dan seorang diri.” Ken Han menghiburnya sambil menepuk pundaknya. Di dalam pandangan matanya tersirat kesedihan yang mendalam.
“Paman Han...” Minzi Liu tersedak sebentar, muncul sebuah rasa yang tidak dapat dikatakan di dalam hatinya. Bisakah dia menemukan sebuah tempat berlabuh yang hangat seperti rumahnya sendiri lagi?
Karena tempat duduk helikopter terbatas, dalam pengaturan Paman Han, Minzi Liu hanya dapat duduk di dalam dekapan Jeremy Han untuk sementara waktu.
“Mengapa aku harus memeluknya?” Jeremy Han terlihat tidak puas.
“Ini juga demi keseimbangan helikopter, jika kamu tidak ingin memeluknya, enyalah dari sini!”
Dengan anak yang tidak pengertian ini, Paman Han tidak memiliki kesabaran dan berteriak.
...”
“Sudahlah, itu, lebih baik aku...” Minzi Liu merasa dirinya lah yang paling pantas untuk turun.
“Kemari! Kamu tidak diijinkan pergi.” Tiba-tiba, sepasang tangan memeluk pinggangnya, memeluknya ke dalam pelukannya dengan sombong.
Minzi Liu terduduk di pangkuan Jeremy Han, wajahnya memerah seketika, detak jantungnya juga bertambah kencang. Semua kulit yang bersentuhan dengannya menjadi panas dan tidak terkendali.
Karena membelakangi Jeremy Han, ditambah lagi cahaya di dalam helikopter relatif gelap, dia sama sekali tidak melihat wajah Jeremy Han memerah. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya, tidak, kedua kalinya, begitu dekat dengan seorang wanita, di tambah lagi dengan menggunakan sikap dan posisi yang mesra seperti ini.
Meskipun tahu tidak boleh berpikir sembarangan di saat seperti ini, tetapi memeluk tubuh lembut seorang gadis di dalam pelukannya, menyentuh kulitnya yang halus tanpa jarak, napasnya masih sedikit tidak terkendali.
Awan-awan melewati kaca jendela. Minzi Liu telah menghabiskan banyak waktu agar dia dapat tenang. Dia menatap bayangan yang semakin lama semakin kecil di bawah, mengangkat tangan dan menhapus tetesan air mata yang keluar dari sudut matanya.
Selamat tinggal, Kota Pegunungan.
Selamat tinggal, ayah dan ibu.
...
Di luar villa Kota A.
Begitu helikopter berhenti, Jeremy Han segera mengangkatnya keluar dari dekapannya, melompati kursi dan keluar dengan cepat, seperti sedang ingin menyingkarkan masalah.
Sebenarnya dia hanya tidak ingin orang lain melihat wajahynya yang memerah.
Minzi Liu terpelongo. Di dalam matanya yang jernih tercermin sosok bayangan seorang pria yang tampan yang menjauh secara perlahan-lahan. Dia mengigit bibirnya secara diam-diam.
Apakah ini termasuk...Telah dibenci...
“Ayo, Minzi.” Sebuah telapak tangan yang hangat dan murah hati menggenggam tangannya. Ken Han membawanya menuju villa mewah di depannya.
“Mulai saat ini, ini adalah rumahmu.”
Setelah Minzi Liu berjalan masuk,segera ada pelayan yang mengambilkan sepasang sandal yang bersih untuk dirinya.
“Ini adalah?” tanya kepala pelayan ketika melihat Minzi Liu.
Kepala pelayan sudah tua, rambutnya telah beruban. Begitu melihat Minzi Liu, dia terkejut.
Gadis ini, terlihat sangat mirip dengannya...
Wanita itu, adalah wanita yang paling mempesona yang pernah ditemuinya, juga merupakan wanita yang paling dicintai Tuan Han. Tetapi pada akhirnya, mereka tidak bersama.
Sekarang, Tuan Han malah membawa pulang seorang anak yang terlihat sangat mirip dengannya.