Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Prolog

Ganis terpana saat pertama kali bertemu dengan calon suaminya Prana Guntara, pada saat itu. Tubuh yang tinggi, berkulit kecoklatan dan wajah yang tampan.

Namun, ada kejanggalan yang di rasakannya. Kehadiran Prana seakan menyebarkan aura dingin yang membuat tubuh Ganis mengkerut.

Tidak ada senyum, seperti pada umumnya orang berkenalan untuk pertama kali. Setidaknya, sebagai upaya untuk memberi kesan baik dan ramah. Hingga Ganis menjulukinya sebagai 'Gunung Es'.

Orang ini sangat kaku, seolah hadir dalam sebuah pertemuan formal. Ganis tidak berminat untuk melihatnya lagi. Ia sudah bisa membayangkan, bagamana bila hidup berdampingan dengan laki-laki seperti itu? Untuk tersenyum saja sangat pelit. Bahkan, mengeluarkan suaranya saja untuk sekedar menyapa, tidak mau.

'Sombong!' pikirnya. Mentang-mentang perwira yang sudah berpangkat tinggi. Eh, tentu saja Ganis buta soal pangkat-pangkatan militer ini. Tidak pernah terpikirkan untuk mencari tahu, tidak juga punya teman orang militer.

Pokoknya Ganis tidak mau menikah dengan laki-laki gunung es itu, bisa-bisa hidupnya akan merana nanti.

Ganis, tetap harus menikah dengan Prana. Kalau tidak? Namanya akan di coret dari daftar keluarga. Uh! Kuliahnya masih dua tahun ke depan dan dirinya belum kepikiran untuk mandiri. Lepas dari kenyamanan yang diberikan oleh orang tuanya.

Ngapain sih orang tua suka jodohin anak mereka tanpa pikir panjang dulu? Hanya karena hubungan baik atau harta benda, musti harus anak yang dikorbankan?

Bagaimana coba, saat Ganis menghadapi malam pertamanya ...? Apakah gunung es ini akan mencair?

Penasaran ...?

Baca terus ceritanya, ya ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel