Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5 : Pengakuan Publik

Sesampainya di rumah Cika masuk kedalam halamannya, namun hal yang tak terduga terjadi, Raka malah ikut masuk membuat gadis cantik itu tak paham sekaligus heran. "Lo mau ngapain?"

"Katanya mau diajarin gue?!"

Cika sekarang kesal. "Ya bukan sekarang juga, anjir! Nanti lah itu gue yang ngatur! Lagian Lo giat banget mau sekarang."

"Emang gak boleh ya kalau gue mau Deket sama pacar?" tanya Raka datar, namun itu membuat detak jantung Cika sontak berdetak, dan ia tak tau mengapa.

"Raka! Lebih baik kita berantem yok! Lama-lama gue mual denger omong kosong Lo."

"Boleh, tapi di ranjang ya!" ucap Raka yang membuat Cika syok, dari mana anak datar ini tau ucapan itu.

"Aah bgst Lo! Awas ya Lo berani masuk ke sini, gue sate Lo!" ucap Cika yang kesal dan masuk dengan membanting pintu secara spontan, tentu saja Raka yang melihat itu tak paham. Berusaha becanda pun memang susah untuk anak itu.

.

Pada akhirnya Raka memilih pulang ke rumah, kehidupan sekolah yang selalu melelahkan membuat energi terkuras banyak.

Saat ia Masuk, Mawar tiba-tiba datang menariknya masuk membuat Raka tak paham. "Sayang, anak mama baru pulang?!"

"Mama mau apa?" tanya Raka curiga, biasanya jika baik seperti ini ada saja maunya.

"Nanti malam ada acara penghargaan papa kamu, jadi mama mau ke sana, kamu ikut ya!" ujar Mawar dengan senyuman lebar, sontak saja tangan wanita itu dia tepis, sudah banyak penderita mereka kenapa wanita gila uang ini tetap tidak menyadarinya.

"Gak! Raka gak ikut! Lagipula memang kapan papa inget ke kita mah? Dia itu cuma jadiin kita pelampiasan doang!" ucap Raka yang kesal dengan sang ibu.

Senyuman Mawar sontak saja langsung berubah menjadi ekspresi dingin. "Kamu itu anak gak tau terimakasih ya! Kalau bukan karena papa kamu kita gak bisa hidup enak kayak gini."

Mendengar hal itu Raka tersenyum sinis. "Hidup enak? Enak mama bilang? Apa semua luka di tubuh mama dan aku belum cukup buat mama sadar?! Mah kita pergi sekarang! Aku akan cari cara untuk kita tetap hidup, walau tanpa papa."

"Cukup! Intinya kita harus berangkat, kalau kamu nolak, lihat saja apa yang akan mama lakukan!" ucap wanita paruh baya itu yang segera pergi setelah mengancamnya, Raka pun sekarang termenung.

Ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah mereka muncul di publik, wanita itu benar-benar terobsesi untuk menjadi istrinya sah dari Jordan Sebastian yang tak lain adalah ayahnya.

.

.

"Cek, Cek! Ya selama datang pada tamu undangan, karena telah menghadiri acara dari Jordan Sebastian yang baru saja memenangkan 100 penghargaan di usia yang masih cukup muda!" ucap Mc di acara tersebut, sedangkan sang pemilik acara bercanda tawa dengan para tamu undangan.

Tak luput juga istri dan kedua anak perempuan mereka yang tampak amat cantik dengan dress indah pada hari itu.

"Selamat ya Jordan! Gue gak nyangka Lo bisa sesukses ini sekarang!" ucap salah satu teman karib Jordan.

"Sama gue juga, Lo apa kabar? Karir selalu lancar dong!"

"Lancar lah, karena tiap Minggu ke klub hahaha, bercanda!" ucap sang teman, membuat Jordan memukul punggung karena tak habis pikir lagi.

Jordan Sebastian adalah aktor berbakat, ia memulai debutnya sejak umur 5 tahun dan mendapatkan banyak penghargaan karenanya, wajah tampan dengan tubuh indah di usia senja tentu saja membuat jobnya semakin banyak.

Dia kerap kali ikut dalam Film populer yang membuat namanya semakin melambung tinggi, namun di balik kesuksesan ia ternyata menyimpan wanita simpanan dan bahkan dari wanita itu dia memiliki putra yang amat mirip dengannya.

Raka terus saja ditarik Mawar hingga mereka sampai di pintu masuk tamu. "Mah, aku rasa ini bukan ide bagus!"

"Apa yang kamu katakan, Raka! Butuh berapa tahun lagi sampai orang tua kalau kamu adalah anak dari Jordan Sebastian!" ucap Mawar yang kesal, saat masuk orang yang menjaga pintu sekaligus mencatat tamu undangan tampak bingung dengan kedatangan dua orang yang menurutnya amat aneh.

Dia bangkit dengan wajah ramah. "Selamat malam ibu, ada yang bisa kami bantu?"

"Ah kami mau masuk!" ucap Mawar, padangan wanita itu menatap Raka yang semakin dekat semakin mirip dengan sang aktor, bahkan terlihat lebih tampan.

"Atas nama siapa ya? Dan ada buku undangannya?" tanyanya, yang membuat Mawar terdiam, dia tak punya buku undangan itu, tapi bagaimanapun caranya ia harus masuk ke dalam untuk membantu semua orang tau kalau ia memiliki putra dari aktor ternama.

"Tidak, tapi saya itu adalah istri Tuan Jordan, bisa saya masuk?"

Wanita itu menggeleng dengan tegas. "Wah maaf ibu, semua tamu harus memiliki undangan jika ingin masuk, jika tidak ada maka tidak bisa."

Tentu saja mendengar hal itu Mawar naik darah. "Hei kamu pegawai, jangan belagu kamu ya! Saya ini istri Tuan Jordan! Lihat saja saya akan laporkan ini pada suami saya."

Raka berusaha menarik sang ibu agar tidak membuat malu lagi, apalagi terlihat orang-orang yang memperhatikan mereka membuat Raka semakin tak nyaman. "Mah Udah ayo pulang! Jangan bikin masalah lagi."

Mawar tak menggubris dia masih memarahi wanita itu dengan kesal. "Dasar pegawai bodoh! Intinya saya mau masuk sekarang bersama anak saya!"

"Maaf ibu, tidak bisa ini kebijakan dari Tuan Jordan sendiri!" ucap wanita itu yang masih mempertahankan tanggung jawabnya walau harus mendapatkan ocehan tak masuk akal dari Mawar.

Melihat keributan-keributan, Jordan menatap bawahnya, yang tentu saja membuat sang bawahan melihat ke sana, lalu melaporkan pada Jordan.

Sang bawahan mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat tangannya mengepal kuat nyaris kukunya menancap pada tangannya sendiri.

Sang isteri sah menatap ekspresi Jordan dengan bingung. "Sayang, ada apa?"

Jordan pun merubah raut wajahnya karena tak ingin sang istri tau apa yang terjadi. "Gak ada kok, sayang. Cuma masalah kecil, aku pergi dulu ya!"

Mendengar hal itu sang istri pun mengangguk sambil tersenyum padanya, Jordan pun merubah ekspresinya yang terlihat amat marah karena ulah pelacur sialan itu.

Dia berjalan ke luar sambil menarik Mawar, Raka yang melihat tentu saja mengikuti mereka karena takut terjadi sesuatu.

Tangan Mawar dicengkram kuat, hingga mereka sampai di belakang gedung itu, Jordan pun mendorong Mawar sampai wanita paruh baya itu tersungkur di tanah.

Nafas Jordan memburu, tidak cukupkah nafkah yang ia berikan selama ini untuk mereka? Kenapa wanita ini selalu membuat menguji kesabarannya.

"Apa-apa kamu Mawar? Untuk apa kamu datang ke acaraku?"

Mawar melihatnya dengan perasaan yang sama, tentu saja setelah perlakuannya selama ini. "Tentu saja untuk mendapatkan pengakuan publik, kalau aku ini istrimu."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel