Pustaka
Bahasa Indonesia

My Choice

51.0K · Tamat
Alfylla
47
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sequel ke-1 Secret Affair. Harap membaca Secret Affair lebih dulu agar tidak bingung. *** Ardhian Mariano Rodriguez, pria dingin dan kaku. Tidak pernah peduli pada orang disekitarnya kecuali keluarganya. Masih lajang di umur nya yang sudah menginjak 25 tahun. Diana Rossiany, wanita yang kuat dan tegar. Harus menjadi seorang janda beranak dua diusianya yang masih 22 tahun. Hidup sebatang kara dari usia 17 tahun. . . . "Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa peduli pada orang yang bukan keluargaku, dan itu adalah kau. Bukan hanya rasa peduli saja, aku yakin sesuatu yang tak pernah kurasakan kini mulai tumbuh. Aku mencintaimu dan menyayangimu. Maukah kau menjadi istriku?" Diana tergagap mendengar lamaran tiba-tiba dari pria di depan nya ini. Mereka baru bertemu 1 bulan yang lalu dan sekarang pria itu melamarnya? "Tapi Ardhi, aku..." "Tak ada penolakan. Persiapkan dirimu, aku akan memperkenalkanmu pada orangtuaku. Bawa Rio dan Hany juga."

PresdirCinta Pada Pandangan PertamaMenantuWanita CantikRomansaDewasa

Bab 1

Ardhian Mariano Rodriguez. Itulah nama CEO utama perusahaan Rod's Corporation. Mempunyai sikap yang dingin dan kaku, seperti Sang Ayah waktu muda. Berbeda sekali dengan kedua kembaran nya yang masih bisa dikategorikan ramah.

Anak sulung dari Pasangan Sean Rodriguez dan Vely Hernandez itu kini tengah menatap tajam pada dokumen ditangannya. Dengan teliti matanya membaca setiap kata dari kertas itu tanpa melewatkan satu huruf pun. Setelah selesai membacanya, tangan kokohnya membuat sebuah tulisan rumit di kertas itu.

Ruangan yang luas itu terasa tenang dan nyaman bagi Ardhi. Hingga ketenangan itu hilang karena seseorang datang tanpa diundang.

"Hai Ardhi." Sapa seorang wanita dari arah pintu. Dengan tidak sopan nya wanita itu masuk tanpa mengetuk pintu dulu dan mengabaikan tatapan tajam Ardhi. Ardhi tak menjawab sapaan wanita itu dan masih menatap wanita yang berpakaian kurang bahan itu.

"Mau apa kau kesini?" Tanya Ardhi dengan tajam. Dia tidak suka kalau waktu kerjanya diganggu oleh hal yang tak perlu.

Wanita tak tahu malu itu tersenyum manis yang terasa menjijikkan bagi Ardhi.

"Ibuku mengundangmu dalam acara ulang tahun pernikahan orangtuaku yang ke 24." Jelas wanita itu. Ardhi hanya diam saja.

Reina, nama wanita itu. Nama yang ada dalam daftar orang yang dibenci oleh Ardhi dan tak disukai oleh Ibunya.

Ardhi benar-benar menyesal tak mendengarkan perkataan Ibunya dulu. Dia tak menyangka kalau semua ini akan seperti ini.

Dulu, waktu Ardhi masih SMA, Ardhi dan kedua kembarannya terkenal seantero sekolah. Banyak sekali perempuan disekolah mereka yang mengidolakan Ardhi dan kedua kembaran nya.

Saat itu Ardhi tak pernah peduli pada perempuan-perempuan itu. Hingga Reina, adik kelasnya menyatakan cinta padanya. Ardhi menerima cinta Reina hanya sekedar percobaan, apakah dia akan jatuh cinta pada Reina atau tidak.

Saat Ardhi memberitahu Ibunya tentang hubungannya, Ibunya menentang hubungannya dan menyuruh Ardhi memutuskan hubungan dengan Reina. Ardhi pun tak mematuhi perkataan Ibunya hingga dia tahu alasan Reina menyatakan cinta padanya. Harta. Itulah tujuan Reina.

Setelah tahu hal itu, Ardhi memutuskan hubungannya dengan Reina yang sudah berjalan 2 tahun. Setelah Ardhi memutuskan Reina, Vely, Ibunya memberitahu kenapa dia tak suka Ardhi berhubungan dengan Reina.

Dari cerita Ibunya, Reina adalah anak dari perempuan yang dulu juga selalu menggoda dan mengganggu Ayahnya, Reica. Ayahnya juga bilang kalau wanita yang bernama Reica itu selalu saja tampil dengan baju kurang bahan seperti Reina sekarang.

Tapi, setelah hubungan mereka berakhir pun, Reina masih selalu saja mendatangi dan mengganggu hidup Ardhi membuat Ardhi menyesal pernah memberikan kesempatan pada wanita pengganggu itu.

"Ardhi kamu datang ya?" Reina memohon pada Ardhi dengan kedua telapak tangan disatukan didepan dada. Wanita itu menyilangkan kakinya membuat pahanya terekspos berusaha menggoda Ardhi.

Pintu ruangan Ardhi terbuka menampakkan dua sosok yang sangat Ardhi sayangi dan hormati. Ayah dan Ibunya.

Sean dan Vely melangkah memasuki ruang kerja anak sulung mereka. Setelah masuk, Vely langsung menatap seorang wanita yang duduk di sofa dengan pakaian yang tak pantas. Vely menatap anak sulungnya meminta penjelasan tapi Ardhi hanya mengedikkan bahunya.

Reina kaget dengan kedatangan dua orang yang sudah dia targetkan sebagai calon mertuanya itu. Dengan cepat Reina memperbaiki posisi duduknya agar sopan.

"Eh, pagi Om, Tante." Sapa Reina ramah. Sean hanya mengangguk sedangkan Vely menjawab singkat.

"Pagi." Ardhi dapat melihat sorot tak suka Ibunya pada Reina. Tapi Reina yang memang tak tahu malu, masih saja diam disana.

"Ada apa seorang wanita penghibur menemui anakku?" Tanya Vely dengan sadis. Reina membelalakkan matanya kaget mendengar sebutan Vely padanya. Reina berusaha memasang senyum manis walaupun dalam hatinya dia mengutuki wanita yang berstatus Ibu Ardhi itu.

"Ah ano Tante, Ibuku meminta Ardhi untuk datang di acara ulangtahun pernikahan orang tuaku." Jawab Reina sedikit tergagap. Dengan cepat Reina mengambil undangan dari tasnya dan menyimpannya di atas meja yang ada didepannya. Vely menatap sinis pada Reina.

"Sudah selesai urusannya?" Tanya Vely dingin. Reina mengangguk lamat-lamat. Vely mengulurkan tangannya pada arah pintu.

"Silahkan keluar." Ucap Vely dengan sinis. Reina langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu dengan amarah yang memuncak.

'Sial!' Umpat Reina dalam hati. Dia benar-benar tak menyangka kalau Ibu Ardhi itu benar-benar galak dan sadis, seperti yang Ibunya katakan. Itu berarti, dia harus mencuri hati Ibu Ardhi dulu lalu setelah itu dia bisa mendapatkan Ardhi.

Sebuah senyuman bangga terpatri di bibirnya yang dipoles lipstick merah cabai. Dia pasti bisa menaklukan Ibu Ardhi.

Ardhi bangkit dari kursi kerjanya lalu menghampiri Ibunya. Ardhi memeluk Ibunya dengan erat lalu mencium kedua pipi Ibunya itu. Vely pun membalas pelukan putra sulungnya dan mendaratkan ciuman di kening anaknya itu.

Ardhi lalu mengajak kedua orangtuanya untuk duduk disofa. Vely duduk ditengah-tengah dua pria yang sangat dicintainya.

"Ardhi, tadi Desy bilang tolong kamu jemput Delia nanti siang di sekolahnya. Hari ini Desy tak bisa menjemputnya, begitu pula dengan Roni yang sibuk bekerja." Ardhi mengangguk.

"Baik Ma." Jawa Ardhi lembut. Ardhi mengulurkan tangannya memeluk Ibunya dari samping dan menyembunyikan wajahnya di pundak sang Ibu. Sean yang melihatnya merasa tidak suka. Selalu saja begini. Istrinya itu akan mengabaikannya bila sedang bersama anak-anaknya.

"Ardhi." Panggil Sean pada putra sulungnya. Ardhi mengangkat wajahnya dan menatap Sang Ayah.

"Ada apa Pa?" Tanya Ardhi.

"Sebaiknya kau cepat-cepat cari istri." Ucapan Sean itu membuat Ardhi heran.

"Kenapa Pa?" Tanya Ardhi lagi.

"Agar kau tak peluk-pekuk istri Papa lagi." Jawab Sean dengan sebal. Seketika itu juga sebuah cubitan Vely berikan pada suaminya itu.

"Ishh kau ini." Kata Vely. Ardhi hanya menatap Ayahnya dengan datar. Kenapa sih sama anak sendiri cemburuan banget?

.

.

.

Diana mengelus kepala anak laki-lakinya itu dengan lembut. Matanya tak lepas dari bayi laki-lakinya yang dia beri nama Rio yang baru berumur 10 bulan itu.

Setelah itu Diana menempelkan punggung tangannya di kening Rio. Diana bisa merasakan rasa panas dari tubuh anaknya itu di punggung tangannya.

Diana menghela nafas. Akhir-akhir ini putranya itu sering sekali terserang demam. Karena itu dia harus cuti dulu bekerja.

Diana tersenyum miris. Beginilah hidupnya dengan anak-anaknya. Tinggal di apartemen sederhana dan hidup sederhana juga. Air mata menetes dari sudut matanya. Terkadang dia merasa takdir tak adil padanya. Setelah bertahun-tahun hidup sendiri dan penuh kesedihan, akhirnya dia menemukan kebahagiaan. Tapi kebahagiaan itu kembali terenggut sejak suaminya meninggal dunia. Meninggalkannya beserta anak-anak mereka yang masih kecil.

Sebuah isakan kecil terdengar. Diana menutup mulutnya berusaha meredam suara tangisan nya. Sampai kapan? Sampai kapan dia menunggu kebahagiaan datang padanya? Sampai kapan dia harus hidup serba kekurangan?

Diana menunduk lalu mencium kening anak laki-laki nya itu dengan lembut.

"Maafkan Mama yang tak bisa membahagiakan kalian."