Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1. Bertemu Daddy

Mike dan Mika berlari menghindari kejaran karyawan supermarket. Mereka menyelinap di antara pengunjung mall tanpa menunjukkan wajah ketakutan. Di tangan masing-masing anak berusia lima tahun itu tergenggam sebatang coklat besar.

Serombongan orang bergerak berlawanan dengan dua bocah kembar itu. Di depan memimpin seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dengan wajah menawan dan ekspresi yang dingin. Mengikutinya, sekelompok lelaki dengan wajah-wajah tidak tenang.

Pada satu titik mereka bertemu. Dua anak menabrak si lelaki pemimpin rombongan lalu bersembunyi di belakang sambil memegang ujung jasnya.

"Daddy, mereka mengejar kami!" Mike berseru sambil menunjuk dua karyawan supermarket yang muka mereka segera pucat.

Si lelaki bukan orang sembarangan. Semua penduduk mengenalnya. Dia adalah Cade Goldwin, pengusaha terkaya di kota Axton.

Lelaki itu tidak suka dengan sentuhan asing. Jadi, wajahnya mendadak muram ketika dirasakannya tangan-tangan kecil yang memegang ujung jas. Dia menghentikan langkah dan menunduk.

Semula Cade hendak mengatakan sesuatu yang dingin dan tajam untuk mengusir kedua bocah, tapi melihat senyum di wajah imut itu, mendadak dia mengurungkan niatnya. Segala sesuatu dari bocah itu dia seperti pernah melihatnya.

"Daddy." Mika menarik dan mengguncang lengan besar itu. "Apa kau tidak mengenali kami?"

Cade adalah seorang yang fasih dalam berkata-kata. Dia tidak pernah kehilangan kemampuannya berbicara seperti saat melihat dua anak ini. Setelah sesaat dia tahu dia melihat dirinya sendiri pada keduanya. Terlebih yang lelaki, Cade melihat gambaran dirinya di waktu kecil.

"Tu--Tuan. Anak itu, mereka--" Salah satu karyawan berkata terbata-bata. Tuan Goldwin diketahui adalah bujangan paling diimpikan wanita kota Axton. Tidak pernah ada berita yang menyebutkan jika dia memiliki anak di luar nikah. Namun barangkali dia baru saja mengadopsi beberapa anak. Siapa tahu?

"Ada masalah apa?" Cade berujar dingin hingga membuat kedua karyawan yang mengejar Mike dan Mika merasakan lutut mereka gemetar.

"Me--mereka baru saja mencuri--"

Kebenaran tetap harus diungkapkan, bukan? Karyawan bertubuh kurus memutuskan berkata jujur meski harus berujar dengan kalimat yang terputus-putus.

"Kau mendengar sendiri mereka memanggilku apa. Tempat ini milikku. Mereka bebas mengambil apa pun." Meski tak mendengar komentar apa pun di sekelilingnya karena semua orang begitu takut membuat kesalahan, Cade tahu kalau semua sedang keheranan.

Cade sendiri terkejut dengan keputusannya melindungi kedua anak ini. Dia tidak pernah mentolerir kecurangan meskipun dilakukan oleh seorang anak kecil.

Di belakangnya, sang anak mendongak pada Cade dengan senyum puas. Mereka telah berhasil di langkah pertama mengambil hati lelaki hebat ini.

Langdon, asisten Cade, menatap tuannya dengan rasa penasaran. Dia tahu tuannya tengah berspekulasi tentang sesuatu.

Tapi memang kedua bocah ini sangat mirip dengan Cade Goldwin. Tak ada yang akan menyangkalnya.

"Daddy, kami tidak akan mengganggu lagi. Kami pergi dulu." Mike melepas pegangan pada ujung jas Cade.

Hampir bersamaan, di sisi lainnya Mika melepaskan tangan Cade dengan enggan.

Mike sudah berbalik hendak pergi, ketika kemudian dia menghentikan gerakannya. "O ya, aku punya sesuatu untuk Daddy."

Semua orang melihat anak itu mengeluarkan sebuah kertas terlipat dari saku jaketnya dan mengulurkannya pada Cade. Lelaki itu sempat ragu sebelum menggerakkan tangannya menerima.

Sebelum kertas dibuka, kedua anak telah membalikkan badan dan berlari pergi tanpa menoleh lagi.

Cade membuka lipatan kertas yang ternyata selembar foto. Ada tampilan dirinya tengah terlelap di atas tempat tidur.

Jantung Cade seperti berhenti, tapi ekspresinya sangat tenang.

Ternyata ini ada hubungannya dengan malam di enam tahun yang lalu itu.

Semua mata melihat dengan penasaran pada Cade. Meski mereka tahu rasa penasaran itu tidak akan tertuntaskan.

Cade membalik lembar foto dan menemukan tulisan tangan yang sederhana.

'Jika foto ini tiba di tanganmu, itu hanya berarti anak-anak ini telah kehilangan ibu mereka.'

"Langdon, suruh orang menyelidiki anak-anak tadi." Cade berujar cepat seraya memasukkan foto itu ke dalam saku jasnya. Dia tidak percaya dengan kebetulan seperti ini.

"Baik, Tuan." Langdon mengangguk hormat dan memanggil seorang yang berdiri paling belakang dari rombongan. Berbicara dalam suara rendah dengan orang tersebut hingga tidak bisa didengar dengan jelas oleh orang-orang di sekeliling mereka.

Cade mengangkat wajahnya menatap lurus ke depan. Saat ini dia tidak punya waktu untuk mengingat-ingat kejadian itu. Jadi dia meneruskan langkahnya dan melanjutkan kunjungannya di mall.

Untungnya tak ada wartawan yang melihat. Kota Axton pasti akan gempar saat bagian dari masa lalu Cade terungkap dan diumbar di media.

Di bagian mall yang lain.

Fay menatap cemas sekeliling. Untuk beberapa menit itu jantungnya terasa tidak berada di tempatnya.

Mereka bertiga sedang melihat-lihat di sekitar taman bermain. Hanya melihat-lihat. Karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli tiket masuk. Lalu tiba-tiba dua anak itu menghilang.

Semula Fay mengira dia akan menemukannya di salah satu alat bermain. Nyatanya Mike dan Mika tidak bisa ditemukan di mana pun di tempat bermain itu.

Kepanikan mencengkeram hati Fay. Dia mulai memaki kedua anak itu yang tidak bisa diam sejenak dan mengutuk dirinya sendiri yang bisa-bisanya lengah mengawasi kedua anak itu. Padahal dia tahu sejal awal, Mike dan Mika bukan anak yang mudah ditangani

Untunglah saat kepanikan itu mencapai titik tertinggi, Fay melihat bayangan dua bocah itu berlari masuk ke tempat bermain. Rasanya seluruh tulang di tubuh Fay seakan dilolosi. Dia mendadak seperti jelly yang lunak dan hampir jatuh karena lemas. Kelegaan ternyata bisa membuat seseorang kehilangan tenaga.

"Mommy!" Mike dan Mika serentak berseru.

"Kami bertemu Daddy." Mike terengah-engah di sela bicaranya.

"Mommy, kami bertemu daddy. Dia memberi kami coklat." Mika mengacungkan sebatang coklat berukuran besar di tangannya.

Itu tidak sepenuhnya benar. Namun juga tidak bisa dikatakan salah. Coklat itu mereka ambil di sebuah supermarket untuk memancing keributan ke arah sebuah rombongan yang lewat.

Mereka mencari informasi tentang Cade Goldwin di internet begitu mendapatkan rahasia itu. Sebelum meninggal Ibu mereka memberikannya dan berpesan agar menyimpannya dari Fay Wilmer, gadis yang sekarang mereka panggil mommy.

"Mommy akan mengamuk." Begitu selalu Mike mengingatkan setiap Mika pikir Fay harus diberitahu.

Mungkin dia akan mendatangi Cade karena telah membuat Audrey, ibu si kembar menderita lalu membunuhnya. Namun yang akan terbunuh pasti bukan Cade Goldwin. Dia lelaki yang tidak bisa disentuh. Penguasa kota Axton itulah yang mungkin akan membunuh Fay.

Jadi mereka harus menahan diri untuk tidak memberitahu Fay demi keselamatan mommy mereka itu.

"Sudahlah. Berhenti bermain-main. Aku hampir saja mendatangi pos sekuriti dan meminta mereka mengumumkan tentang kehilangan kalian." Fay memeluk dua bocah itu dengan jantung yang masih tidak bisa tenang.

Namun hanya sesaat. Begitu menyadari coklat yang tergenggam di tangan kedua bocah itu, Fay merasa jantungnya hampir jatuh ke lantai.

"Darimana kalian mendapatkan coklat-coklat ini?" Fay mengguncang bahu kedua anak itu. Dia membelalakkan mata dengan marah. "Kalian mencuri?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel