Ringkasan
Alfan adalah satu-satunya pewaris Wijaya Group, yang berstatus duda. Setelah kematian istrinya tujuh tahun yang lalu, dia tak pernah terdengar dekat dengan wanita mana pun. Hingga suatu hari, seorang wanita muda bernama Aisha mendatanginya dan mengajaknya menikah. Dengan alasan bisnis, akhirnya Alfan setuju menikahi Aisha dan menjadikan Aisha sebagai istrinya. *** "Kamu bebas melakukan apapun terhadapku. Asal kamu membantu aku agar ayahku tak menyerahkan perusahaan pada kakak tiriku." "Apapun? Kuharap kamu tak menyesal dengan perkataanmu barusan, Nona Aisha."
#####Bab 1. Terpuruk
Aisha Agatha Kusuma. Seorang wanita berusia 22 tahun yang baru saja lulus S1 dua bulan yang lalu. Dia belum memiliki niat mencari pekerjaan, karena sekarang dia sedang berusaha menyembuhkan dan menata hatinya yang hancur lebur.
Aisha adalah anak tunggal, namun dia tak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua kandungnya. Ibunya meninggal tak lama setelah melahirkannya, dan ayahnya pun tak pernah menganggapnya anak. Sejak bayi merah sampai sekarang, Aisha dirawat oleh pasangan suami istri bernama Daffa dan Luna, yang merupakan om dan tantenya.
Sedikit cerita tentang patah hatinya. Itu semua terjadi sejak sebulan yang lalu. Saat Aisha diputuskan secara sepihak oleh kekasihnya, dan kekasihnya yang mengaku sudah menghamili wanita lain dan harus bertanggung jawab. Aisha patah hati. Yang lebih menyakitkan adalah selingkuhan kekasihnya ternyata kakak tirinya sendiri. Anak seorang janda yang merupakan selingkuhan ayahnya dulu, namun sekarang sudah bergelar istri.
Aisha sempat melabrak kakak tirinya dan tentu saja mencaci makinya. Namun hal yang lebih menyakitkan terjadi saat ayahnya tak membela dirinya sedikit pun dan lebih membela kakak tirinya.
Sekarang, Aisha masih dalam masa penyembuhan sakit hati. Beruntung om dan tantenya baik terhadapnya. Memberikan figur orang tua yang sangat Aisha butuhkan.
"Aku tahu pasti sakit kalau ada di posisi kamu. Tapi laki-laki bajingan kayak dia itu gak pantes ditangisi, Sha." Alexa, anak kedua Daffa dan Luna berusaha menghibur sepupunya tersebut.
"Tetap saja, Lexa. Kenapa Papa tak pernah melirikku atau bahkan memikirkan perasaanku. Padahal aku adalah anak kandungnya." Aisha berucap dengan suara bergetar. Air matanya kembali turun, membasahi kedua pipinya.
"Aku juga tak paham dengan jalan pikiran ayahmu, Sha. Yang jelas, pikiran ayahmu itu sudah dikuasai istrinya. Dan jelas wanita tua itu ingin anak-anaknya yang diunggulkan," ujar Alexa. Aisha menangis sesenggukan dengan wajah terbenam di bantal. Sangat menyakitkan saat mengingat dia dibentak ayahnya karena melabrak kakak tirinya.
"Udah ya? Jangan nangis terus." Alexa mengusap punggung Aisha, berharap hal tersebut bisa membuat Aisha merasa sedikit tenang.
"Menurutku ya Sha, kamu itu ha-"
Belum juga ucapan Alexa selesai, pintu kamar Aisha terbuka dan masuklah seorang pria yang merupakan kakak kandung Alexa. Dia tidak masuk sendirian, namun ditemani oleh istrinya juga.
"Kamu masih menangisi Harris?" Alex, pria itu bertanya seraya mendudukkan dirinya di sofa kamar Aisha.
"Jangan begitu. Setiap wanita pasti akan begitu jika di posisi Aisha." Senna, istri Alex itu berusaha menegur suaminya, agar jangan sampai Aisha yang masih patah hati tersinggung dengan pertanyaannya barusan.
"Kamu pasti bisa tanpa dia, Sha. Kamu hanya belum terbiasa saja sekarang." Senna berucap, berusaha memberikan semangat pada adik sepupu suaminya tersebut.
"Itu benar. Kamu harus cepat bangkit dan jangan terus terpuruk seperti ini. Kedua kakak tirimu sudah menyusun rencana mendepakmu dari keluarga," ujar Alex. Mendengar itu, Aisha pun mengangkat kepalanya.
"Itu sudah terjadi. Sejak dulu pun aku tak pernah dianggap anak," balas Aisha dengan suara pelan.
"Aku tahu. Tapi kamu tak boleh menyerah. Setidaknya, kamu harus berjuang mendapatkan hakmu, Sha. Jangan sampai bisnis ayahmu dikuasai oleh mereka," ujar Alex dengan serius.
"Sudah sejauh itu langkah mereka? Sangat picik," desis Alexa kesal.
"Aku harus melakukan apa? Papa bahkan tak pernah menganggapku sebagai anak. Sudah jelas dia akan menyerahkan bisnisnya pada anak-anak nenek lampir itu. Padahal ibuku lah yang mendampingi dia saat merintis bisnis tersebut," ucap Aisha seraya menyeka air matanya sendiri.
"Justru karena itu kamu harus berjuang, Sha. Ibumu lah yang menemani Om Theo dari orang biasa saja sampai sukses. Sudah cukup lama kesuksesan tersebut malah dinikmati oleh orang lain. Kamu adalah anak kandungnya, dan kamu yang berhak sepenuhnya menjadi pewaris." Alex menjelaskan. Aisha diam termenung mendengar itu. Secara hukum, memang dia yang berhak menjadi satu-satunya pewaris bisnis ayahnya. Namun ayahnya yang bodoh dan buta akan kenyataan jelas akan dengan mudah menyerahkan semua bagian pada anak-anak tirinya, tanpa akan memikirkan bagian Aisha.
Aisha jelas tak rela karena dia sudah mengalah selama lebih dari 20 tahun. Dia mengalah, hingga dia tak mendapatkan kasih sayang seorang ayah seperti yang seharusnya. Dia bahkan terpaksa mengalah, membiarkan kekasihnya menikahi kakak tirinya. Apakah kali ini dia juga harus mengalah lagi, membiarkan bisnis yang dirintis oleh orang tuanya jatuh pada orang yang tak seharusnya?
"Bagaimana caranya? Papa jelas tak akan menganggapku," lirih Aisha.
"Itu bukan hal yang mudah, Kak. Apa harus menempuh jalur hukum?" Alexa bertanya pada kakaknya sendiri.
"Mungkin. Kamu bisa menggugat ayahmu yang melalaikan kewajibannya sebagai seorang ayah, Sha." Alex memberikan sebuah saran.
"Papa memiliki cukup uang untuk bisa memenangkan sidang, Kak. Aku tak memiliki kekuasaan apa-apa untuk mengalahkannya di meja hijau," ujar Aisha. Semua yang ada di sana menghela nafas pelan mendengar itu. Ada benarnya juga sih yang Aisha katakan barusan.
Aisha diam termenung dengan tatapan kosong terarah pada selimut putih miliknya. Kekuasaan. Itulah intinya. Jika dia ingin ayahnya kalah dan berubah pikiran, Aisha harus memiliki kekuasaan di atas ayahnya. Sekarang, jelas dia tak memiliki kekuasaan apa-apa. Omnya maupun Alex tak akan bisa banyak membantunya juga.
"Kira-kira, siapa orang yang bisa menundukkan Papa?" Aisha bertanya pada Alex. Alex diam sesaat, berusaha berpikir.
"Keluarga kita tak akan ada yang berani. Yang jelas sih, orang tersebut harus lebih berkuasa dari ayahmu. Pengaruhnya harus lebih besar dari ayahmu," ucap Alex. Aisha terdiam mendengar itu. Jadi, dia harus mencari orang yang disegani oleh ayahnya agar ayahnya tidak bertindak semena-mena. Tapi siapa? Dan lagi jika Aisha menemukan orang tersebut, apa yang bisa dia jadikan jaminan? Karena jelas orang asing tak akan mau memberikan bantuan secara suka rela tanpa ada bayaran atau keuntungan.
Senna yang melihat Aisha merenung terlihat ingin bicara, namun segan karena ada suaminya di sana. Bukan maksud menjerumuskan, namun ada satu harapan dari seseorang yang Senna kenal.