Bab 11 Pandai Mencari Mati
Presdir cabang Perusahaan Chenghui bernama Wu Dahai, seorang pria gemuk berperut buncit, dengan mata tajam.
Ketika melihat Wu Dahai, dua kata melintas di pikiran Xiao Shun: Minta dihajar. Karena Wu Dahai menatap Yao Cen dengan tatapan agresif dan mesum.
Yao Cen tentu memperhatikan tatapan Wu Dahai. Dia menahan perasaan jijik dan bertanya, "Presdir Wu, karyawan kami menagih hutang hari ini, kenapa kamu memukulnya hingga dia masuk rumah sakit? Kamu juga sudah mengutang dua juta selama setengah tahun. Berapa lama lagi kamu ingin menundanya?"
Nada suara Yao Cen datar dan mengintimidasi, seperti burung merak yang arogan.
"Kekerasan itu salah paham." Wu Dahai bersikap arogan. Dia menarik nadanya, matanya terus mengembara dan berbinar saat melihat tubuh indah Yao Cen. "Mengenai uang, kamu boleh memintanya, tapi harus membayar sedikit harga."
"Apa maksudmu?" Yao Cen mengerutkan kening.
"Sangat sederhana, tidur denganku selama satu malam. Satu malam dua juta, bagaimana? Tidak rugi, kan?" ucap Wu Dahai menatap Yao Cen sambil menjilat bibirnya.
Dia telah memikirkan wanita cantik ini sejak pertama kali melihatnya. Tentu saja dia harus memanfaatkan kesempatan untuk menikmatinya.
"Kamu... tidak tahu malu!"
Yao Cen gemetar karena marah. Dia merasa sangat terhina.
Dia berkata dengan marah. "Uang itu adalah utangmu kepada perusahaanku. Kalau kamu tidak tahu malu, kami berjumpa di pengadilan saja."
Menghadapi ancaman Yao Cen, Wu Dahai sama sekali tidak takut. Dia mendengus. "Oke, kalau begitu, ketemu saja di pengadilan. Kamu beruntung karena aku menyukaimu, bisa-bisanya kamu tidak tahu diuntungkan."
Dia bersikap sombong dan mengangkat telepon sambil mendengus dingin.
"Halo, suruh dua orang datang kantorku untuk mengusir orang."
Setelah puluhan detik, dua satpam segera membawa tongkat datang. Mereka menatap Xiao Shun dan Yao Cen dengan tatapan tajam, menunggu Wu Dahai memberi perintah.
"Wu Dahai, kamu bajingan!"
Meskipun Yao Cen berpendidikan, dia tidak bisa menahan diri. Dia tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu sebelumnya.
"Berhenti mengoceh. Kalau kamu tidak setuju, keluarlah! Kalau tidak mau keluar, kalian akan diseret keluar. Jangan ganggu aku di sini." Wu Dahai berkata dengan santai. Dia punya banyak waktu untuk bermain dengan Yao Cen.
Dia percaya bahwa dengan kekuatan Perusahaan Chenghui—meskipun hanya sebuah cabang—dapat dengan mudah menjatuhkan perusahaan Yao Cen. Ketika wanita itu menangis dan memohon padanya, dia akan memberinya pelajaran.
Dia menelan air liur seolah sudah melihat Yao Cen ditindih di bawahnya.
Tepat ketika Yao Cen putus asa, sebuah suara dingin tiba-tiba terdengar. "Hei, gemuk."
Xiao Shun mengerutkan kening, melangkah maju sampai ke depan Wu Dahai, lalu berkata, "Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Kembalikan uangnya. Kalau kamu tidak kembalikan sekarang, aku akan membuatmu mengembalikannya dengan cara berlutut nanti."
Wu Dahai menyipitkan matanya dan bertanya, "Sialan, siapa kamu?"
Xiao Shun tidak berbicara sejak masuk sehingga Wu Dahai mengabaikannya tanpa sadar.
"Suami Yao Cen."
Begitu kata-katanya terlontar, Wu Dahai tertawa penuh ejekan.
"Aku pikir siapa, ternyata hanya suaminya. Apakah kamu sangat hebat? Berani-beraninya begitu sombong di depanku. Keluar sekarang, kalau tidak, aku akan menggaulinya di depanmu nanti!" marah Wu Dahai sambil menunjuk Yao Cen.
Wanita itu gemetar, wajahnya memucat ketakutan. Dia dan Xiao Shun telah menikah selama tiga tahun tetapi hanya di atas kertas. Bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya dilecehkan oleh Wu Dahai?
"Xiao Shun, ayo kita pergi."
Yao Cen tidak terima, tetapi dia merasa tak berdaya.
Xiao Shun menggeleng dengan ekspresi sedingin es.
Wu Dahai telah dijatuhkan hukuman mati di dalam hatinya karena berani mengucapkan kata-kata serendah itu di depannya.
Cahaya dingin melintas di mata Xiao Shun. Dia maju dengan cepat dan mengangkat telapak tangannya. Kecepatannya begitu cepat sehingga tidak ada yang melihatnya dengan jelas.
"Plak!" Terdengar suara tamparan keras bergema.
Dalam sekejap, Wu Dahai muntah seteguk darah dan mengeluarkan gigi.
"Gigiku!" Wu Dahai menutup mulutnya dan berteriak dengan tidak jelas. Dengan mata melotot, dia meraung marah kepada dua satpam. "Kenapa kalian masih diam? Hajar! Hajar dia sampai mati!"
Kedua satpam menyahut, mendengus, kemudian melayangkan tongkat mereka ke arah Xiao Shun.
"Salah kamu sendiri karena memprovokasi orang yang salah, bocah."
"Huh, bertobatlah di rumah sakit seperti si idiot yang datang menagih utang itu!"
Keduanya sangat arogan dan sama sekali tidak memandang Xiao Shun. Dengan satu di kiri dan satu di kanan, mereka mengayunkan tongkat bersama untuk menyudutkan Xiao Shun.
Tatapan Wu Dahai dingin dan suram. Dia seolah sudah melihat Xiao Shun diserang dengan menyedihkan. Dia lalu meraung dengan penuh semangat. "Jangan sampai mati, patahkan kedua kakinya saja. Aku mau dia berlutut dan minta maaf padaku!"
Wajah Yao Cen langsung memucat ketika mendengar kata-kata itu. Dia bahkan menyesal telah membawa Xiao Shun ke sini.
Namun, Xiao Shun tampak acuh tak acuh, tidak seperti Yao Cen yang khawatir.
Saat melihat satpam yang mendekat, dia hanya mengangkat satu tangannya, kemudian mendorong ke depan. Gelombang udara menyebar dan tiba-tiba menerjang kedua satpam.
Di mata orang lain, adegan ini bisa digambarkan sebagai sihir.
Karena Xiao Shun mengangkat tangannya dengan santai, tetapi kedua satpam itu tersapu.
"Apa yang terjadi?" Wu Dahai tidak bisa menutup mulutnya. Dia Xiao Shun seolah-olah melihat hantu.
"Aku tanya sekali lagi. Maukah kembalikan uang atau tidak?" Xiao Shunsudah mulai kehilangan kesabaran.
Wu Dahai menggertakkan gigi dan berkata dengan datar. "Tidak, kantor pusat tidak menyetujui uang ini, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak percaya bahwa kamu akan membunuhku karena itu."
Wajah gemuknya penuh dengan kesombongan. Dia tampak seperti tidak tahu malu, dia berpikir bahwa Xiao Shun tidak bisa melakukan apa-apa dan justru mengancam. "Bocah, aku sudah menelepon polisi. Kamu masuk ke kantorku dan melukai karyawanku. Tunggu saja untuk dipenjara! setelah kamu masuk penjara, aku akan menghajar wanita ini." Saat mengatakan itu, mata Wu Dahai memandang tubuh Yao Cen.
Pada saat ini, dia masih tidak melupakan nafsunya dan mencari mati.
Xiao Shun mendengus dan berkata, "Akan kulihat aku yang di penjara atau kamu yang dipecat!"
"Dipecat? Karena kamu? Jangan bercanda, apakah kamu kenal bosku?" ucap Wu Dahai sambil tertawa dengan sangat sombong.
Dia tidak pernah takut pada siapa pun, kecuali bos perusahaan pusat.
Xiao Shun tidak berbicara, hanya mendengus. Dia mengeluarkan kartu hitam yang diberikan Wang Feng kepadanya. Terdapat tulisan Executive President Perusahaan Chenghui, Wang Feng.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Tepat setelah terhubung, dia berkata, "Aku orang yang menyelamatkan putrimu tadi siang."
Di sisi lain, ekspresi Wang Feng berubah drastis. Dia berseru dengan tergesa-gesa, "Halo! Terima kasih banyak, dokter genius. Aku di rumah sakit sekarang. Putriku ada di ruang operasi, tapi dokter bilang nyawa tidak lagi dalam bahaya."
Wang Feng berterima kasih kepada Xiao Shun dengan tulus. Jika bukan karena dia, putrinya tidak akan selamat.
"Hanya urusan kecil, aku telepon kamu karena ada urusan."
"Katakan saja. Aku tidak akan menolak kalau aku bisa melakukannya!" Selain berterima kasih kepada Xiao Shun, Wang Feng juga ingin berteman dengannya.
Berteman dengan orang yang memiliki keterampilan medis sehebat itu tidak akan merugikan.
"Huh, bajingan. Akan kulihat apa yang bisa kamu lakukan?"
Wu Dahai tidak menyadari bahwa malapetaka sudah dekat. Dia duduk kembali di kursi kulit dan tersenyum cabul pada Yao Cen. "Kalau kamu mau menjadi kekasihku, aku akan melepaskan bajingan ini. Bagaimana?"
"Dalam mimpimu!"
Yao Cen menggertakkan giginya. Dia lebih pilih mati daripada menjadi kekasihnya.
Xiao Shun memandang Wu Dahai yang masih mencari mati, lalu berkata dengan datar ke telepon. "Aku ada di cabang perusahaanmu sekarang. Kamu kenal Wu Dahai, kan? Dia berutang dua juta kepada Yulei International selama setengah tahun dan dia tidak mau membayarnya. Dia juga mengancam akan memasukkanku ke penjara."
Mendengar itu, Wang Feng—yang berada di seberang telepon—langsung mengumpat dalam hati.
Tentu saja dia kenal Wu Dahai. Bagaimanapun, presdir cabang perusahaan dipromosikan oleh dia. Bisa-bisanya bajingan itu menyinggung dokter genius!
"Tolong tunggu sebentar, aku akan segera tiba!"
Xiao Shun menutup telepon dan menatap Wu Dahai dengan santai.
Wu Dahai tenang dan mencibir. "Tidak ada gunanya kamu memanggil siapa pun hari ini. Aku akan memberitahumu siapa yang tidak mampu kamu singgung!"
Xiao Shun terlalu malas untuk menjelaskan. Dia tersenyum pada Yao Cen dan berkata, "Tunggu pertunjukannya saja."
Yao Cen hanya tersenyum pahit. Dia tidak berpikir bahwa Xiao Shun benar-benar bisa mengundang siapa pun. Dia sekarang berharap petugas polisi bisa menyelesaikan masalah ini setelah mereka tiba.
Sepuluh menit kemudian, pintu tiba-tiba dibuka.
Seorang pria paruh baya dengan setelan mewah dan kacamata berbingkai emas masuk. Rambutnya sedikit berantakan, dia jelas-jelas terburu-buru.
Ketika melihat orang ini, senyum percaya diri di wajah Wu Dahai membeku.