Pustaka
Bahasa Indonesia

MENJADI ISTRI DOSEN KAMPRETKU

107.0K · Tamat
Qeynov
73
Bab
357
View
9.0
Rating

Ringkasan

Di dunia ini ada 3 manusia yang teramat Anya benci. Pertama papanya, ke dua ibu tirinya yang mirip leak, dan ke tiga Kamarudin Hasan— Dosen mata kuliah pengumpulan data kualitatifnya. Karena manusia satu itu dirinya harus mengulang tiga kali dimata kuliah yang sama dan terancam d.o karena menyebarkan gosip jika dosennya homoseksual. Padahal Anya tahu benar sepanas apa pria itu di atas ranjang apartemennya. Bagaimana jadinya jika Anya yang terlanjur benci, justru dilamar di depan anak satu kampus oleh dosen yang paling dibencinya itu? “Jadi istri saya, atau kamu saya tuntut karena pencemaran nama baik?!” Simak kisah serunya hanya di, “MENJADI ISTRI DOSEN KAMPRETKU.”

RomansaDosenIstriFlash MarriageOne-night StandKampusKeluargaPernikahanWanita Cantik

[1] Hari Pertama Mengulang

Di dunia yang fana ini, totalnya ada tiga manusia yang Anya sangat benci. Diurutan pertama, ada pria yang seharusnya menjadi lelaki terhebat di dalam hidupnya, yang tidak lain merupakan papa kandungnya sendiri. Pria yang membuatnya terlahir ke dunia itu, secara tega menceraikan mamanya agar dapat menikahi sahabat dari istrinya.

Pada urutan ke 2, posisi tersebut ditempati oleh ibu tiri Anya yang mirip leak. Tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang perempuan yang papanya nikahi, intinya, perempuan ini merupakan sosok ternajis di dalam hidup Anya.

Last and most important of all, yang terkampret di dunia Anya, Kamarudin Hasan— Dosen muda pengampu mata kuliah MPK atau yang biasa disebut dengan metode pengumpulan data kualitatif, di kampus tempat Anya mengenyam pendidikan.

Sumpah mati! Gadis bernama Anya Calista itu teramat membenci dosen muda yang sudah dua kali membuatnya gagal lulus, dalam satu mata kuliah yang sama disetiap pertemuan mereka. Sialnya, uji coba terbarunya pun harus kembali mempertemukan mereka. Kamarudin Hasan yang kampret itu, lagi-lagi menjadi dosen pengampu untuk yang ketiga kalinya.

“Kita bertemu lagi, Anya.”

‘Bertemu biji mata lo meleduk! Babik lah! Lo lagi, lo lagi, Din!’ umpat Anya di dalam hati ketika pria yang memiliki ribuan fans itu menghampiri mejanya.

“Pastikan kamu lolos atau kamu tidak bisa mengambil mata kuliah skripsi!” peringat Kamarudin dengan senyum miring andalannya.

Jika seluruh gadis menyukai Kamarudin, berbeda dengan Anya. Ia merupakan pembenci Kamarudin garis keras yang kebetulan sekali, bertolak belakang dengan dua sahabat centilnya. Dua sahabat Anya begitu menggilai Kamarudin, layaknya anak-anak perempuan lainnya di kampus mereka.

“Kalian semua, saya harap, kalian tidak mencontoh kakak senior minim prestasi ini. Terhitung dia sudah tiga kali mengulang kelas saya! Teman-Teman seangkatan dia bahkan sudah berjuang di meja sidang,” ucap Kamarudin pedas, menghimbau para junior yang menjadi penghuni asli kelas yang Anya tempati sekarang. “dan kalian,” Kamarudin menunjuk dua sahabat Anya.

“Kam-mi, Pak?!”

“Ya! Keluar sekarang! Saya tidak menerima mahasiswa gelap di kelas saya!” usir Kamarudin sadis kepada Angel dan Flora.

Keduanya sengaja bangun pagi untuk menemani Anya. Bukan karena solidaritas tingkat tinggi kepada sang sahabat— mereka tak segabut itu sampai merelakan jam tidur yang semakin minimalis karena aktivitas malam ketiganya. Semua disebabkan oleh curhatan Anya di grup, yang memberitahukan jika dosen pengampu mata kuliahnya merupakan Kamarudin Hasan. Sebagai fans nomor satu, tentu mereka memanfaatkan nasib ngenes Anya agar dapat bertemu dengan pria itu.

“Minggat lo sono, Demit! Makan tuh karma karena bahagia di atas penderitaan gue!” sengit Anya karena kedua sahabatnya didepak secara tak terhormat.

“Suek lo, Nya! Sia-Sia banget gue bangun pagi!” amuk Flora. Ini semua pasti karena keberadaan Anya yang terdeteksi dini di dalam kelas dosennya. Coba Anya tak seterkenal itu dikalangan para dosen, ia dan Angel pasti aman dalam melakukan penyamaran.

“Saya hitung. Jika sampai hitungan ketiga kalian tidak segera keluar, saya yang akan keluar dari kelas sini. Imbasnya tentu saja junior-junior kalian tidak mendapatkan nilai!”

Ancaman tersebut kontan membuat seisi kelas— kecuali Anya, meminta keduanya kedua kakak tingkatnya untuk segera pergi. Mereka tidak ingin mendapatkan kesialan di hari pertama memasuki perkuliahan.

“Kak! Ayolah! Kalau mau jadi donatur tetap, jangan ngajak-ngajak kami, Kak!” rong-rong si ketua kelas. Mereka baru semester tiga. Perjalanan mereka dalam meraih toga masih sangat panjang, sedangkan ancaman mengulang mata kuliah yang belum dicecap sudah tampak di depan mata.

“Minggat lo, Nyet! Nasib gue ikutan dipertaruhin nih!” sembur Anya galak. Kakinya menendang-nendang kursi yang Flora gunakan duduk. “Cepetan peak! Si Udin udah melotot-melotot tuh!”

“Satu!”

“Dua!”

“Kita gebukin aja ini dua anak, Gaes!! Nggak bener emang! Masa demi ngeliatin dosen mau bikin kita semua ngulang!”

“Iy-Iya Paaak!!” teriak Angel langsung lari tunggang-langgang. Desas-Desus pembantaian sudah terdengar. Adik tingkatnya menyambut ajakan Anya untuk menganiaya mereka. Masa yang mulai riuh membuat Angel mengalah saja. Ia masih sayang nyawa.

“Sudah!” Kamarudin memukul-mukul mejanya untuk menarik atensi mahasiswa. “Perhatikan layar! Setiap sesi pertemuan saya, saya akan memberikan kuis. Persiapkan diri kalian dan ikuti kelas saya dengan benar. Jika tidak, siap-siap kalian mendapatkan nilai F!”

Dibalik wajah tampannya, Kamarudin Hasan terkenal sebagai dosen killer di kelas. Pria tiga puluh empat tahun itu tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Setiap rules yang dirinya buat wajib untuk diikuti.

“Pak Udin!” Anya mengangkat tangannya. Panggilan yang gadis itu sematkan membuat seluruh mata memandangnya dengan ekspresi keterkejutan yang kentara.

“Nama saya Kamarudin, Anya Calista! Harap menyebutnya dengan benar!” koreksi Kamarudin mengirimkan kilat permusuhan kepada mahasiswinya itu.

Anya mengedikan bahunya— tak merasa bersalah meski ia tahu panggilannya selalu bisa menyinggung sang dosen. “Ada Udinnya kok. Saya nggak salah lah!” ungkapnya membela diri. “Tolong dijelaskan dulu cara main ikut kelas Bapak. Saya nggak mau ya tiba-tiba dapet F lagi. Di matkul Bapak doang nih saya dikira begok sama papa saya!”

“Ah, maafkan saya! Gara-Gara keberadaan senior terhebat kalian, saya jadi lupa membagikan peraturan-peraturan yang harus kalian taati!”

Ditempatnya Anya mendengus. Kamarudin Hasan— pria itu memang tak pernah selesai mencari perkara. Setiap ada dosen kampret itu, sudah bisa dipastikan hari-harinya di kampus akan semalang kehidupan pribadinya di rumah sang papa.

“Untuk absensi, seperti dosen lainnya, saya menerapkan 25% ketidakhadiran. Kalian boleh menggunakan persentase tersebut untuk sakit, kucing meninggal, terserempet delman, air keran tiba-tiba mati. Silakan!”

Di atas pahanya, Anya mengepalkan jari-jarinya. Ia ingat sekali setiap kalimat yang Kamarudin keluarkan. Itu merupakan alasan-alasan yang dirinya buat setiap kali meliburkan diri dihitungan ke empatnya.

“Namun jika melebihi batas itu, saya tidak akan memberikan toleransi! Sekarang saya akan membahas jam masuk. Kalian diwajibkan berada di kelas tiga puluh menit sebelum perkuliahan berlangsung, telat satu detik, kalian bisa kuliah di DPR.”

“Dimana itu, Pak?” tanya salah satu mahasiswi.

“Dibawah pohon rindang parkiran! Tempat kakak senior kalian tidur ketika saya usir dari kelas!”

“Asu!” pekik Anya tertahan.

“Kak lo nggak ada takut-takutnya perasaan sama Pak Kamaru?!” bisik junior disamping Anya. Sedari tadi ia telah memperhatikan gerak-gerik Anya. Gadis itu tak memiliki gurat takut meski dikonfrontasi habis-habisan oleh dosen mereka. Dia justru terkesan menyambut pancingan sang dosen dengan keributan baru.

“Dih ngapain takut sama dia! Lagian lo kira aja kenapa doi keliatan sebenci itu sama gue!” Anya memiringkan bahunya, “gue kasih tau,” mumpung Kamarudin sedang fokus dengan penjelasannya, Anya akan merekrut anggota-anggota baru ke dalam komunitas pembenci Kamarudin besutannya.

“Gue pegang kartu as-nya,” Anya berbisik, “dia tuh ketahuan homo sama gue! Semalem gue liat dia cipokan sama batangan di kelab!”

“Hah?! Serius ini Kak?”

Anya menganggukkan kepalanya berulang kali. “Suer tekewer-kewer,” ucapnya menunjukan dua jarinya supaya lebih menyakinkan.

“Gue aja shock berat! Ampe keder gue! Saking nggak nyangkanya!”

“Pantesan dia kalau sama cewek keliatannya anti banget Kak. Padahal dia yang deketin banyak kan. Tapi nggak pernah ada gosip skandal sama cewek!”

“Ya karena doi pelang..”

“ANYA CALISTA! Sedang apa kalian dibelakang sana?! Menceritakan kejadian semalam eh?”

“Wanjay, bener!”