Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Kebetulan

"Tuan Sean?" Krystal mengerutkan keningnya ketika ia melihat Sean sudah berada di rumahnya sepagi ini.

"Aku datang ke sini untuk melihat anak-anakku." Semalam Sean datang sudah larut dan anak-anaknya sedang tidur, jadi pagi ini ia datang kembali agar bisa menggendong si kembar. "Apakah mereka sudah bangun?"

"Mereka baru saja selesai mandi."

"Aku ingin melihat mereka."

"Silahkan."

Sean melangkah menuju ke kamar si kembar bersama dengan Krystal. Di dalam sana ada Sylvia yang baru saja selesai memakaikan pakaian Brianna.

Sylvia bertanya-tanya, kenapa tamu semalam datang lagi pagi ini.

"Bibi, ini adalah Tuan Sean, ayah si kembar." Krystal tidak ingin Sylvia kebingungan jadi ia memberitahu Sylvia.

Sylvia sedikit terkejut, jadi rupanya alasan pria itu datang lagi adalah karena pria itu merupakan ayah dari anak-anak Krystal. Sekarang setelah Sylvia melihat lagi, wajah si kembar memang terlihat sama dengan priayang berdiri tidak jauh di depannya.

"Tuan Sean, ini adalah Bibi Sylvia, kepala pelayanku. Dia juga yang membantu merawat si kembar sejak mereka lahir."

"Bibi Sylvia, terima kasih atas bantuan Anda telah merawat si kembar."

"Tuan tidak perlu berterima kasih. Sudah menjadi tugas saya membantu Nona Krystal merawat anak-anaknya." Sylvia membalas dengan sopan.

"Tuan, Nona, saya permisi dulu." Sylvia tidak akan mengganggu Sean dan Krystal, wanita itu segera undur diri.

Sean mendekati Brian dan Brianna yang berbaring di ranjang.

"Hai, aku adalah ayah kalian." Pria itu berkata sembari menggenggam jemari kecil kedua anaknya. "Maafkan Ayah karena tidak bisa menemui kalian lebih cepat."

Sean merasa menyesal karena baru bisa mengunjungi anak-anaknya sekarang, selama beberapa bulan terakhir ini ia sangat fokus memulihkan dirinya, tapi ia tidak pernah berhenti memikirkan tentang putra dan putrinya.

Sean meraih tubuh putranya. Ia memperhatikan wajah mungil itu dengan seksama. Perasaannya kini campur aduk. Ia mencium puncak kepala putranya dengan lembut.

"Putraku," serunya penuh kasih sayang. "Ayah sangat mencintaimu."

Setelah menggendong putranya, Sean beralih ke putri kecilnya. Tatapan Sean menjadi lebih lembut lagi saat berhadapan dengan Brianna. "Putriku, sangat cantik."

Brianna tersenyum manis seolah ia sangat senang dipuji oleh ayahnya.

Sean tidak bisa menahan dirinya, ia mencium putrinya yang menggemaskan. "Ayah sangat mencintaimu."

Krystal tidak pernah membayangkan akan melihat sisi penuh kasih sayang seorang Sean Lannister yang terkenal sangat dingin dan sulit untuk didekati.

Hati Krystal tersentuh melihat pemandangan di depannya. Ia menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan karena tidak memberitahu Sean mengenai kehadiran anak-anak mereka, andai saja Sean masih tetap tidak tahu kebenarannya mungkin putra dan putrinya tidak akan pernah merasakan cinta dan kasih sayang seorang ayah dalam hidup mereka.

Krystal tidak pernah berpikir bahwa Sean mungkin tidak akan menginginkan atau tidak akan mengakui anak-anak mereka, ia hanya tidak ingin memberitahu Sean saja karena beranggapan ia bisa merawat anak-anaknya sendiri.

Ponsel Krystal berdering, wanita itu segera menjawab panggilan dari Daisy.

"Aku sudah berada di bawah."

"Aku akan segera turun."

Krystal menutup panggilan itu. Ia memiliki jadwal pemotretan hari ini, jadi ia harus meninggalkan anak-anaknya di rumah.

"Saya memiliki pekerjaan, jika Anda ingin tetap berada di sini maka saya tidak bisa menemani Anda lebih lama."

"Kau bisa pergi."

"Baiklah kalau begitu." Krystal segera beralih ke putra dan putrinya.

"Sayang, Ibu pergi bekerja dulu. Nenek Sylvia akan menjaga kalian, jadilahbaik. Ibu akan segera kembali setelah pekerjaan Ibu selesai." Krystalbicara pada kedua bayinya. Setelah itu ia mengecup kening anak-anaknya bergantian.

Ia sebenarnya merasa berat untuk meninggalkan anak-anaknya, tapi untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya ia harus bekerja. Saat ini ia tidak kekurangan uang sama sekali, ia memiliki tabungan yang jumlahnya tidak sedikit.

Namun, sebagai seorang ibu ia harus memastikan masa depan anak-anaknya. Ia harus menyimpan banyak uang untuk mereka agar di masa depan mereka tidak akan mengalami masalah keuangan. Oleh sebab itu ia harus bekerja dengangiat.

Setelah Krystal pergi, Sean masih berada di sana, menemani anak-anaknya sedikit lebih lama.

Brianna menangis, Sean mencoba untuk menenangkan gadis mungilnya. Bersamaan dengan itu Sylvia datang.

"Tuan, sepertinya Nona kecil lapar."

"Biarkan saya yang memberinya susu." Sean sudah belajar mengenai cara merawat bayi sejak ia tahu bahwa ia memiliki anak.

"Baik, Tuan." Sylvia menyerahkan botol susu yang ia bawa pada Sean.

Sean kemudian mulai memberikan susu pada Brianna. Pria itu barumelakukannya untuk pertama kali, tapi ia terlihat sangat tenang danseperti berpengalaman.

Setelah Brianna, Brian juga menangis. Sean menyerahkan Brianna pada Sylvia, lalu ia kemudian memberikan susu pada putranya.

Brianna tidur sesaat kemudian, disusul oleh Brian. Sean kini memperhatikan putra dan putrinya yang sedang terlelap.

"Apakah mereka sering bangun tengah malam?" Sean bertanya pada Sylvia.

"Tuan dan Nona kecil bangun beberapa kali di tengah malam,setelah menyusu atau mengganti popok mereka akan tidur kembali."

Sean bisa membayangkannya, mengurus satu anak saja sudah menguras tenaga, dan Krystal mengurus dua. Meski dibantu oleh Sylvia, tapi tetap saja Krystal akan kelelahan.

"Bibi susu jenis apa yang diminum oleh anak-anak?"

"Tuan dan Nona kecil tidak minum susu formula. Mereka minum ASI yang sudah dibekukan oleh Nona Krystal terlebih dahulu."

Sean tidak menyangka bahwa seorang Krystal akan memilih untuk melakukan hal yang merepotkan, daripada memberi anak-anaknya susu formula, Krystal lebih memilih untuk memompa ASI-nya.

Penilaian Sean terhadap Krystal semakin baik. Sebelumnya Krystal terkenal sebagai seorang supermodel yang suka bersenang-senang, tapi ternyata setelah menjadi ibu ia menjadi ibu yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya.

"Bibi, saya akan pergi bekerja dulu. Jika terjadi sesuatu segera kabarisaya." Sean mengeluarkan kartu namanya lalu kemudian memberikannya padaSylvia.

"Baik, Tuan."

Setelahnya Sean meninggalkan penthouse Krystal. Sejak ia sudah bisa berjalan, ia mulai kembali bekerja di perusahaan.

Kylian saat ini sedang berbulan madu dengan Ellaine, jadi ia tidak ingin mengganggu Kylian dengan berbagai macam pekerjaan.

**

"Ayah, Ibu, aku memutuskan untuk pindah." Sean bicara pada orangtuanya setelah mereka selesai sarapan.

"Pindah? Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Kaia, Ibu Sean.

"Aku hanya ingin mencoba suasana baru." Sean masih belum bisa memberitahu orangtuanya mengenai keberadaan anak-anaknya.

"Kau baru saja sembuh, apakah itu baik-baik saja untukmu?" Arion, ayah Sean yang kali ini bicara.

"Aku rasa tidak akan ada masalah, Ayah."

"Baiklah, jika kau sudah memutuskan seperti itu maka lakukan sesuai dengan keinginanmu." Arion tidak ingin melarang Sean. Selama ini Sean hidup bersama mereka dan mungkin Sean merasa bosan. Ada baiknya Sean memang merasakan suasana yang baru.

Selain itu, biasanya anak-anak yang sudah berusia dewasa memang tidak tinggal bersama orangtua mereka untuk menjaga privasi mereka.

"Di mana kau akan tinggal?" tanya Kaia.

"Aku sudah membeli sebuah penthouse."

"Ibu ingin melihat tempat tinggal barumu."

"Ibu bisa pergi bersamaku setelah ini."

"Baik."

Usai sarapan, Sean membawa ibunya ke penthousenya. Ia belum mendekor ulang tempat itu, jadi ibunya tidak akan mencurigai apapun.

"Ibu akan mengirim pelayan ke sini nanti."

"Tidak perlu, Bu. Aku bisa mengaturnya sendiri."

"Baiklah."

Kaia selesai melihat-lihat tempat tinggal baru anaknya. Itu sangat besar untuk seseorang yang tinggal sendirian.

"Bu, aku akan pergi bekerja. Apakah Ibu ingin tetap ada di sini atau pergi bersamaku?"

"Ibu akan pergi bersamamu."

Keduanya lalu keluar dari sana, pada saat yang sama Krystal juga keluar dari penthousenya.

Krystal sedikit terkejut melihat Sean dan ibunya keluar dari unit yang berseberangan dengan miliknya.

"Krystal?" Kaia mengenali Krystal yang merupakan sahabat menantunya.

"Bibi Kaia." Krystal tersenyum ramah.

"Apakah kau tinggal di sini?"

"Ya, Bibi."

"Kebetulan sekali. Sean baru memutuskan untuk pindah ke sini. Sangat melegakan karena ternyata kau dan Sean bertetangga."

Krystal melirik ke Sean. Rupanya pria itu telah membeli unit di depannya.Tidak perlu ditanyakan apa alasannya, Krystal yakin pasti karena anak-anaknya.

"Ya, Bibi. Sangat kebetulan," balas Krystal.

"Bu, ayo."

"Krystal, Bibi duluan."

"Ya, Bibi. Hati-hati di jalan."

"Nona Krystal, kami permisi."

"Ya, silahkan."

Sean kemudian melangkah bersama ibunya menuju ke lift di lantai itu.

Dari yang Krystal tangkap, sepertinya Sean belum memberitahukan tentang anak-anak mereka pada orangtuanya. Jika ibu Sean sudah tahu, wanita itupasti akan menerobos masuk ke dalam kediamannya untuk melihat cucu-cucunya.

Di dalam lift, Kaia melirik putranya. Ia tidak tahu apakah ini memang kebetulan atau Sean sengaja pindah ke dekat Krystal.

Sebelumnya ia melihat Sean mendekati Krystal di hari pernikahan Kylian dan Ellaine. Sejauh ini putranya tidak pernah memiliki inisiatif untuk mendekati wanita selain mantan kekasihnya dulu.

Kaia tidak bertanya meski ia penasaran. Jika putranya memang sengaja pindah ke sini karena Krystal, maka itu bagus. Artinya putranya tertarik padaKrystal. Dan jika memang hanya kebetulan saja, ia berharap putranyaakan mulai tertarik pada Krystal karena sering bertemu.

tbc

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel