Bab 5 Kenangan dari Zaman terlupakan
Kesadaran kembali kepada Feng Yan dengan sensasi tubuh yang terasa hancur. Setiap ototnya berdenyut-denyut, setiap meridiannya terasa seperti ditarik dan diisi dengan pasir panas. Dia membuka matanya dan menemukan dirinya terbaring di tempat tidur sederhana di dalam pondok Elder Ming. Cahaya senja yang hangat menyelinap melalui jendela, menerangi debu yang menari-nari di udara.
Duduk di sebelah tempat tidurnya, bukan Elder Ming atau Huahua, tetapi Master Lan Yi. Dia duduk dengan tenang, matanya yang seperti lautan tertutup, seolah-olah dalam keadaan meditasi yang dalam. Aura ketenangannya yang luas memenuhi ruangan kecil, menciptakan kontras yang mencolok dengan kekacauan yang masih bergema dalam ingatan Feng Yan.
Feng Yan mencoba untuk duduk, tetapi sebuah rasa sakit yang tajam membuatnya mendesis.
Master Lan Yi membuka matanya. "Jangan bergerak," ucapnya, suaranya lembut namun penuh wibawa, seperti gemerincing lonceng giok di tengah kesunyian. "Tubuhmu telah melalui cobaan yang berat. Pil gadis siluman itu... berani, tapi hampir membunuhmu."
"Huahua... di mana dia?" tanya Feng Yan, suaranya serak.
"Dia baik-baik saja. Elder Ming membawanya untuk beristirahat. Dia cukup khawatir," jawab Lan Yi. Matanya menatap Feng Yan, bukan dengan penilaian atau ketertarikan seperti yang lain, tetapi dengan pengamatan yang mendalam dan penuh teka-teki. "Kekosongan di dalam dirimu... itu menelan energi pil itu dan Qi yang kacau di sekitarnya. Tapi itu seperti menuangkan air ke dalam jurang tanpa dasar. Kau masih tidak bisa menahannya."
Feng Yan menunduk. "Aku tahu. Aku... aku tidak berguna."
"Tidak berguna?" Lan Yi mengulangi, seolah-olah mencoba kata itu. "Sebuah cermin tidak 'tidak berguna' hanya karena tidak memancarkan cahayanya sendiri. Itu hanya menunggu cahaya yang tepat untuk dipantulkan."
Dia berdiri dan berjalan mendekati jendela, memandang ke arah matahari terbenam yang berwarna jingga. "Apa yang kau rasakan saat pusaran itu terbentuk? Saat segalanya tertarik ke dalam dirimu?"
Feng Yan mengingat-ingat, perasaan itu masih terasa segar dan menakutkan. "Itu... seperti rasa lapar. Lapar yang sangat besar yang tidak bisa aku kendalikan. Dan... kesepian." Dia terkejut dengan kata terakhir yang keluar dari mulutnya.
Lan Yi berbalik, matanya menyipit. "Kesepian?" Dia mendekati tempat tidur lagi, dan untuk pertama kalinya, Feng Yan melihat retakan dalam ketenangannya. Ada kerinduan yang dalam dan sedih di matanya. "Sudah berapa lama sejak kau tiba di dunia kita, Feng Yan?"
"Beberapa minggu," jawabnya.
"Dan sebelumnya? Di duniamu? Apa yang kau lakukan?"
"Aku seorang kurir," kata Feng Yan, sedikit bingung dengan pertanyaannya. "Aku mengantarkan paket. Menemukan jalan pintas."
"Jalan pintas," bisik Lan Yi, seolah-olah kata itu memiliki makna khusus. Dia mengulurkan tangannya, jari-jarinya yang ramping hampir menyentuh dahi Feng Yan. "Bolehkah aku? Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin... melihat."
Terdapat sesuatu yang sangat tulus dan tidak berbahaya dalam permintaannya. Feng Yan, meski ragu-ragu, mengangguk perlahan.
Jari-jari dingin Lan Yi menyentuh kulitnya. Saat itu terjadi, sebuah kejutan listrik yang halus menyambar mereka berdua. Mata Lan Yi melebar. Dunia di sekitar mereka seolah-olah memudar.
---
Master Lan Yi tidak lagi berada di dalam pondok. Dia berdiri di puncak gunung yang tinggi, langit di atasnya dipenuhi dengan bintang-bintang yang berputar dalam formasi aneh. Di depannya berdiri seorang pria. Dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas—tertutup kabut waktu—tetapi dia bisa merasakan kehadirannya: luas, bijaksana, dan penuh dengan kasih sayang yang membuat jiwanya hancur. Itu adalah Tuannya, Dewa yang hilang, Yi Feng, yang telah membimbingnya dari seorang yatim piatu menjadi Master Istana Teratai. Dia adalah pusat dari alam danxia, penjaga keseimbangan.
"Lan Yi," suara Tuannya bergema, lembut dan penuh kebijaksanaan. "Dunia ini seperti permadani yang rumit. Terkadang, benangnya perlu ditarik dari luar untuk diperbaiki."
"Apa yang kau maksud, Guru?" tanyanya, suara mudanya penuh rasa bingung.
"Aku mungkin harus pergi sebentar," kata Yi Feng. "Mencari... jalan pintas." Dia tersenyum, dan dalam senyum itu terdapat petualangan dan kerinduan yang tak terbatas. "Aku akan kembali. Jangan biarkan mereka lupa."
Lalu, dia berbalik dan melangkah. Tapi dia tidak berjalan di udara atau terbang. Dia berjalan ke sebuah portal yang aneh dan berputar—sebuah portal yang terlihat persis seperti lengkungan batu yang telah dilalui Feng Yan. Dan kemudian dia menghilang. Selamanya. Tidak pernah kembali. Ketenangan alam danxia pecah bersamanya, dan perlombaan kekuasaan dimulai.
---
Gambaran itu berubah. Sekarang dia melihat seorang kurir muda, dengan senyum cerah dan mata yang penuh dengan tekad, melesat di antara lalu lintas kota dunia lain yang ramai. Dia melihatnya memecahkan masalah, menemukan rute tercepat, wajahnya bersinar dengan kepuasan karena menyelesaikan tugas. Dia merasakan esensi jiwanya—cerdas, adaptif, gigih, dan... sangat, sangat familiar.
---
Master Lan Yi menarik tangannya dengan cepat, seolah-olah tersengat. Dia mundur beberapa langkah, wajahnya pucat, napasnya tersengal-sengal. Dia menatap Feng Yan, matanya dipenuhi dengan air mata yang tidak tertumpahkan dan pengakuan yang mengejutkan.
"Guru...?" bisiknya, suaranya bergetar nyaris tidak terdengar.
Feng Yan merasa pusing, sisa-sisa gambaran asing—puncak gunung, bintang-bintang, perasaan kebesaran—berputar di pikirannya. "Apa? Apa yang terjadi? Siapa... siapa itu?"
Lan Yi mengumpulkan dirinya, menyembunyikan gejolak emosinya dengan susah payah. Kerinduannya yang selama berabad-abad bergejolak di dalamnya. Itu tidak mungkin. Tuannya adalah seorang Dewa, makhluk yang perkasa dan bijaksana. Pemuda di depannya ini hanyalah seorang manusia yang tidak berbakat dari dunia lain. Tapi... esensi jiwanya. "Jalan pintas"-nya. Kekosongannya yang haus—seperti cetakan yang ditinggalkan oleh kepergian seorang dewa. Dan nama itu... Feng Yan... Yi Feng. Itu adalah kebalikannya.
Bukan reinkarnasi. Itu terlalu sederhana. Itu seperti... gema. Sebuah potongan jiwanya yang terpisah dan terlempar ke alam semesta yang lain, dilahirkan kembali dalam bentuk yang sama sekali berbeda, namun tetap mempertahankan sifat dasar yang sama.
"Tidak ada," akhirnya kata Lan Yi, suaranya kembali tenang, tetapi sekarang mengandung kehangatan yang sebelumnya tidak ada. "Hanya... gema dari masa lalu." Dia duduk lagi, tapi sekarang lebih dekat. "Feng Yan. Kisahmu... lebih rumit dari yang siapa pun bisa bayangkan."
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia tidak bisa. Beban itu terlalu besar, dan kebenarannya terlalu berbahaya. Jika dunia tahu bahwa pemuda ini mungkin memiliki hubungan dengan Dewa Yi Feng yang hilang, itu tidak akan menjadi perebutan lagi; itu akan menjadi perang.
"Kau tidak bisa tinggal di sini," lanjut Lan Yi, suaranya lembut tetapi tegas. "Sekte Langit Berkilau tidak akan bisa melindungimu. Bahkan Istana Surgawi Teratai pun akan kesulitan jika yang lain mengetahui kebenarannya."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Feng Yan, rasa takut yang baru menyelimutinya.
"Kau harus belajar," jawab Lan Yi. "Dengan cepat. Dan bukan dengan cara biasa." Dia tampak sedang memikirkan sesuatu. "Kekosonganmu tidak bisa diisi dengan Qi. Itu harus ditumbuhkan dari dalam. Seperti menyalakan api di dalam ruang hampa. Kau tidak membutuhkan lebih banyak bahan bakar; kau membutuhkan percikan."
Dia mengulurkan tangannya lagi, dan di telapak tangannya muncul sebuah jimat kristal kecil yang berputar perlahan, memancarkan cahaya keemasan lembut. "Ini berisi 'Simpul Memori' dariku. Ini bukan teknik atau energi, tetapi pemahaman—pengalaman langsung dari cara aku merasakan dan memanipulasi Qi. Mungkin... mungkin kekosonganmu dapat menyerap pemahaman ini, bahkan jika tidak bisa menyerap Qi. Letakkan di pusarmu saat kau bermeditasi."
Feng Yan mengambil jimat itu. Itu terasa hangat dan berdenyut dengan ketenangan.
"Huahua... pil-pilnya membantu," kata Lan Yi, dan untuk sesaat, Feng Yan melihat kilatan kecemburian yang samar di matanya, yang dengan cepat dihilangkan. "Teruslah memakainya. Mereka melemahkan segel pada tubuhmu. Dan dia... dia tulus. Jagalah kepercayaannya."
Dia berdiri untuk pergi. "Aku tidak bisa sering menemuimu. Itu akan menimbulkan kecurigaan. Tapi aku akan mengawasimu dari jauh. Dan ingat, Feng Yan, kelaparan yang kau rasakan... itu bukan kutukan. Itu adalah panggilan. Kau tidak mencuri Qi; itu datang padamu karena itu adalah tempatnya yang seharusnya. Jadilah bijaksana."
Dengan kata-kata misterius itu, Master Lan Yi berbalik dan melangkah ke udara, menghilang dalam kilatan cahaya, meninggalkan Feng Yan sendirian dengan pikirannya yang kacau, tubuhnya yang sakit, dan sebuah jimat yang berisi rahasia seorang Master.
Keesokan harinya, Huahua datang dengan wajah cemas dan segenggam pil baru. "Feng Yan!Kau tidak apa-apa? Aku dengar Master Lan Yi ada di sini dan—" "Dia sudah pergi,"kata Feng Yan dengan lembut. "Dia... membantuku."
Huahua tampak lega, tapi juga sedikit cemburu. "Oh. Bagus. Jadi, apa yang dia katakan?"
Feng Yan memandangi jimat yang sekarang tersembunyi di bawah bantalnya. Dia tidak bisa memberitahu siapa pun. Bukan bahkan pada Huahua. "Dia bilang aku harus terus berlatih. Dan bahwa pil-pilmu membantuku."
Wajah Huahua bersinar. "Tentu saja! Aku sudah memberitahumu! Sekarang, coba yang ini. 'Pil Akar Bulan Perak'. Aku menambahkan sedikit lumut gua bulan..."
Saat Huahua berbicara dengan antusias, Feng Yan menyadari bahwa hidupnya sekarang jauh lebih rumit. Dia tidak hanya diperebutkan oleh para Master yang haus kekuasaan, tetapi juga dikenali oleh wanita paling kuat di dunia danxia karena alasan yang bahkan tidak bisa dia pahami. Perasaan aneh yang ditinggalkan oleh sentuhan Master Lan Yi—rasa kenangan, kerinduan, dan keintiman yang mendalam—membuatnya bingung.
Dia memiliki sekutu yang kuat, tetapi juga beban rahasia yang sangat besar. Dan di atas segalanya, dia sekarang memiliki petunjuk: kekosongannya bukanlah kekurangan, tetapi jenis kekuatan yang berbeda. Dan untuk menyalakannya, dia tidak perlu mengejar Qi, tetapi memahami esensinya. Dengan bantuan Huahua dan panduan tersembunyi Master Lan Yi, perjalanan kultivasinya yang sebenarnya akhirnya dimulai—sebuah jalan yang tidak pernah dilalui siapa pun sebelumnya.