Bab 7
Setelah Chen Mo mendapatkan uang, dia pergi untuk makan sesuatu terlebih dahulu. Tubuhnya belum mencapai Alam Bigu, jika dia tidak makan, dia akan mati kelaparan.
Kemudian, dia menyewa lantai kecil yang terdapat satu kamar tidur dan satu ruang tamu di perumahan kecil di dekat sekolah dengan harga sewa dua ribu yuan per bulan.
Perumahan ini sangat sunyi, ada pohon osmanthus di halamannya. Rumah ini dibagi menjadi tiga lantai, Chen Mo menyewa satu lantai saja. Meskipun bangunan rumahnya secara keseluruhan terlihat agak lusuh, tetapi ruangannya masih sangat bersih.
Biaya sewa dua ribu yuan sebulan sebenarnya sudah termasuk sangat mahal di Kota Wu Zhou, tetapi Chen Mo tidak pernah memiliki konsep uang. Sama seperti di kehidupan sebelumnya, uang dalam kehidupan ini hanyalah angka baginya.
Apa yang dilihat Chen Mo dari rumah ini adalah karena letaknya lebih dekat dengan sekolah, jadi saat nanti pergi ke sekolah akan bisa menghemat banyak waktu.
Bagi Chen Mo yang sekarang, hal yang paling berharga adalah waktu.
Kamar Chen Mo sudah dibersihkan oleh pemilik rumah di pagi hari, jadi Chen Mo tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Dia langsung mengunci pintu, mengaktifkan mode hening pada ponselnya, lalu duduk berlutut di tempat tidur dan mulai berkultivasi.
Di dalam kamar tidur salah satu vila yang terletak di perumahan vila yang ada di pinggiran Kota Wu Zhou, seorang wanita tua sedang berbaring dengan tenang di tempat tidur dan terkadang mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dipahami orang.
Kursi di sebelahnya, duduk seorang lelaki tua yang mengenakan setelan jas tunik China berwarna hitam, berwajah kotak, beralis hitam dan berpenampilan megah.
Alat penghangat ruangan yang ada di dalam kamar telah dinyalakan. Jin Peiyun yang baru pulang kembali dari berbelanja di luar, melepas jaket putihnya dan memperlihatkan gaun sweter ketat putih dengan panjang melebihi lutut yang dia kenakan di dalam, menampilkan lekuk tubuhnya yang cantik.
"Kakek, apa Nenek sakit lagi hari ini?" Setelah memasuki kamar tidur, Jin Peiyun memandang lelaki tua yang duduk di kursi dan bertanya dengan lembut.
"Tadi baru saja kambuh saat satu jam yang lalu, Dokter Lin memberinya suntikan obat penenang dan sekarang telah tertidur."
Sambil berbicara, lelaki tua itu memandang istrinya yang telah menemaninya bertahun-tahun dan menghela nafas, "Frekuensi kambuh baru-baru ini telah meningkat dari sekali setiap dua jam menjadi satu jam, takutnya nenekmu..."
Berbicara sampai di sini, lelaki tua itu tak sanggup untuk melanjutkan sisa kata-katanya, tetapi Jin Peiyun mengerti apa yang ingin diungkapkan lelaki tua itu.
Jin Peiyun mengertakkan gigi lalu diam-diam mengeluarkan kertas jimat yang ada di sakunya dan berkata, "Kakek, hari ini aku bertemu dengan seorang master di luar dan meminta beberapa kertas jimat darinya. Aku akan mencobanya untuk nenek."
Lelaki tua itu memandang cucunya yang patuh lalu menghela nafasnya berkata, "Xiao Yun, kamu ini setidaknya adalah seorang mahasiswa yang berpendidikan tinggi dari universitas terkenal, bagaimana bisa kamu percaya pada hal-hal seperti itu? Jangan menyiksa nenekmu lagi, biarkan saja dia tidur! Hari-harinya yang tersisa sudah tidak banyak!"
Jin Peiyun mengingat ekspresi Chen Mo yang datar, secercah harapan muncul di matanya, dan berkata memohon, "Kakek, biarkan aku mencobanya, aku rasa master itu tak terlihat seperti penipu, bagaimana jika berhasil?"
Melihat cucu perempuan memasang wajah memelas, lelaki tua itu tidak tega untuk menolak, "Baiklah, kalau begitu kamu boleh mencobanya!"
"Oke!" Jin Peiyun mengangguk dengan penuh semangat, perlahan berjalan ke tepi tempat tidur, mengeluarkan Jimat Ning dan dengan lembut menempelkannya di antara kedua alis wanita tua itu.
Entah mengapa, tepat setelah Jin Peiyun menempelkan kertas jimat itu di antara kedua alis wanita tua itu, ocehan wanita tua itu tiba-tiba berhenti dan seluruh tubuhnya menjadi tenang dalam sekejap.
Jin Peiyun merasa terkejut di dalam hatinya. Sesuai metode yang diajarkan oleh Chen Mo, dia memusatkan pikirannya, jarinya menunjuk ke arah jimat itu, dan mulutnya berteriak, "Buka!"
Namun, tidak ada perubahan yang terjadi. Kertas jimat itu masih tertempel di tengah alis wanita itu dan dia juga masih tidur nyenyak.
"Huh..."
Lelaki tua di sebelahnya menghela nafas dan bersandar kembali di kursi, harapan yang baru saja bangkit hancur dalam sekejap.
Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkinkah master itu benar-benar hanya seorang penipu?
Rasa kekecewaan melonjak naik dari dalam hati Jin Peiyun, tetapi dia tidak membenci Chen Mo. Karena dia memang sudah menyiapkan diri kalau memang akan tertipu, hanya saja dia tetap ingin mencobanya. Jadi walaupun dia benar tertipu, dia sudah tahu itu.