Bab 2 Menghadapi dengan tenang
Sebelum Lu Man bereaksi, pintu langsung didorong buka dengan keras.
Seorang wanita tua dengan penampilan galak memaki dan menabrak masuk, "Apakah sudah mati? Jika mati lebih bagus, aku bisa langsung memanggil orang mengangkat keluar dan buang."
Lu Man dengan dingin menatap wanita tua di depan, sambil cemberut, "Kamu memanggilku tadi?"
Tatapan mata Lu Man sedikit dingin, memperhatikan wanita tua dari atas sampai bawah. Dia mengenakan gaun kain goni kasar, rambutnya diikat di belakang kepala dengan jepitan rambut kayu. Kali ini, Lu Man benar-benar yakin bahwa dia telah menjelajah waktu.
"Memang kenapa kalau panggil kamu? Jangan kira Laosan melindungimu, kamu bisa seenaknya saja! Sekarang demi bercerai kamu mencari mati, kamu kira Laosan akan melindungimu lagi! " Selesai bicara, wanita tua langsung mencubit lengan Lu Man dengan kuat.
Lu Man dibuat terkejut dengan gerakan ini, secara responsif, Lu Man langsung menjatuhkan wanita tua itu.
Setelah menjatuhkannya, Lu Man merasa dirinya telah kelewatan. Dia pernah belajar seni bela diri, tapi melakukan ini terhadap orang yang tua, sepertinya tidak bagus.
Ketika Lu Man sedang berpikir apakah perlu membantunya untuk bangun. Wanita tua itu langsung kabur dengan begitu cepat. Setelah lari jauh, wanita tersebut baru mulai berteriak.
Untung saja, sekarang masih pagi, di rumah juga tidak ada orang lain.
Lu Man kembali berbaring di tempat tidur, merasa bingung sementara.
Tapi kesedihan kecil seperti fantasi ini tidak bertahan lama, Lu Man langsung dikalahkan oleh rombongan lalat yang terbang dari jendela.
Dia dengan tidak berdaya menatap rumah yang kotor seperti tempat pembuangan sampah, ah ... lupakan saja. Lagi pula aku sekarang juga tidak dapat pulang, bisa aja aku membiarkan lalat terus-menerus mengangguku?
Dia tidak punya kemampuan lain, tapi semangat menghadapi dengan tenang sangat bagus. Kalau tidak, bagaimana bisa anak yatim berjuang di kota besar? Akhirnya punya rumah dan mobil sendiri? Setidaknya dia masih punya keterampilan memasak yang sangat bagus sebagai koki kecil di zaman modern.
Begitu memikirkannya Lu Man langsung bertindak, menggulung lengan bajunya dan mengambil lap.
Piring di meja entah sudah berapa hari, tidak ada yang membersihkan juga, Lu Man menutup hidung dan mencari pot bekas untuk memberes peralatan-peralatan tersebut. Kemudian membersihkan meja, lemari, dan bangku.
Akhirnya adalah menyapu lantai!
Melihat tumpukan sampah seperti bukit, Lu Man menghela nafas dalam hati. Tidak tahu pemilik asli orangnya seperti apa, kenapa bisa berantakan sampai gini?
Lu Man tidak tahu, pemilik asli hanya tidak menyukai suaminya, jadi membiarkan dirinya seperti ini.
Menghabiskan waktu sepanjang pagi, Lu Man baru selesai membersihkannya. Tapi, mengapa masih ada lalat yang mengelilinginya?
Dia menundukkan kepala untuk mencium dan menyadari tubuhnya ternyata sudah bau masam ....
Dengan perasaan mau muntah, Lu Man pergi mencari pakaian di lemari bekas samping tempat tidur, setelah dicari-cari ternyata mendapat pakaian yang baru. Sangat tidak percaya, rumah ini juga ada pakaian baru?
Memikirkan apa yang dikatakan pria itu di pagi hari, pemilik asli sepertinya ingin bercerai dengan pria ini, makanya bunuh diri. kemudian, dia mendapatkan kesempatan, rohnya langsung masuk ke tubuh pemilik asli.
Hanya saja dia sudah memperlakukan pria itu dengan sangat buruk, tapi pria itu masih saja membuatkan pakaian baru untuknya. Selain itu, meskipun semalam dia dalam keadaan setengah sadar, dia juga tahu bahwa pria itu yang menutupinya dengan selimut. Sejujurnya, dibandingkan dengan bajingan Chen Feiyu, pria ini jauh lebih baik.
Lu Man mengganti pakaiannya, dan mencuci pakaian serta piring yang sebelumnya telah dia kemas.
Di dalam halaman terdapat sumur, saat Lu Man mencuci pakaian, seorang wanita berbadan kurus datang dari luar halaman. Sepasang mata dengan bentuk celah seperti segitiga, dan alis yang lurus ke atas, maka bisa dilihat langsung orangnya menyebalkan.
Dia berjalan sambil mengupas kuaci dan kulit kuaci sengaja diserakkan sepanjang jalan.
Ketika dia melihat Lu Man mengenakan gaun katun halus baru, sedikit kecemburuan muncul di matanya.
"Hei, Nyonya Lu. Bukankah kamu ingin bercerai dengan Laosan? Kenapa kamu masih mengenakan pakaian baru yang dia belikan untukmu?"
"Emang kenapa jika bercerai? Bahkan kalau sudah bercerai tapi saya sekarang juga masih di sini dan belum pergi ‘kan?" Lu Man menjawabnya dengan sikap yang tegas.
Wanita tua Nyonya Li yang telah dibuat kabur oleh Lu Man di pagi hari, setelah mendengar suara Nyonya Zhao menantu anak pertama. dengan kembalinya percaya diri dan berjalan keluar dari ruangan.
"Ya, kamu tidak boleh memakai pakaian punya keluarga Chen-kami! Istri anak pertama, kamu pergi dan menanggalkan pakaiannya!"
"Siapa yang berani!" Lu Man bukan orang yang mudah dibully, kalau tidak maka sejak di panti asuhan dia sudah diintimidasi sampai mati.
Dengan mata melotot, berbeda dengan Lu Xiaoman yang dulunya terlihat setengah mati setengah hidup. Wanita tua itu mengingat kejadian di pagi hari, dalam hatinya masih terasa trauma.
Namun Nyonya Zhao masih belum mengetahuinya, dan masih mengira Lu Xiaoman sama seperti dulu yang tidak pernah melawan walaupun dibully, Nyonya Zhao menggulurkan tangan dan ingin menarik bajunya.
Lu Man memukul tangannya, dan bersiap bertarung.
Suara dengan tekanan rendah terdengar dari belakang, "Kakak Ipar, apa yang kamu lakukan?"