Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Obat Cinta

"Tuan Regan, stoop..." kalimat larangan itu berbanding terbalik dengan rintihan lembut yang terus lolos dari bibir Bella. Saat ini dirinya telah duduk di atas pangkuan lelaki yang sejak tadi sibuk menikmati dirinya dengan rakus.

Gaun seksi berwarna perak yang semula membalut ketat tubuhnya, kini telah berantakan tak berbentuk. Bagian depannya telah terekspos jelas, menampakkan dua bulatan penuh yang sempurna dan membuat Regan tak henti-henti mengagumi melalui sikapnya yang mendamba.

Bagian bawah gaun Bella telah terangkat hingga terlihat mengumpul kusut di pinggangnya. Jika mulut Regan sibuk bergerilya menyesap dan menyapu pucuk bukit merah muda Bella dengan lidahnya, maka tangannya pun ikut sibuk menjelajah di bagian inti surgawi yang telah basah, menyelinap memasuki pakaian dalam berenda hitam.

"Uuh..."

Regan menyeringai mendengar guman lirih Bella yang sangat sen sual dan mampu memancing gairahnya hingga serasa terbang tinggi bersama awan putih yang berarak lembut di langit.

Efek 'drug love' yang ia berikan di dalam dessert favorit Bella ternyata benar-benar manjur, meskipun tak pernah sekali pun terpikirkan oleh Regan akan pernah menggunakan obat peranggsang seperti ittu.

Selama ia mendirikan Klub ini, semua istri kolega bisnisnya yang ia tiduri justru merasa terhormat bisa bermalam bersamanya. Tak jarang Regan melihat para istri itu seperti 'bersaing' untuk mendapatkan tubuhnya.

Mereka sangat mudah sekali untuk didapatkan, sangat berbeda dengan wanita ini.

Arabella Kanaya. Nama yang manis, semanis wajah dan sikapnya yang malu-malu dan seringkali mengerjap-kerjapkan matanya jika merasa gugup. Sangat menarik untuk dilihat.

Regan bahkan tidak menyadari jika sejak dirinya pertama kali melihat Bella, sejak itu pula ia tak dapat mengalihkan tatapannya dari wajah manis itu.

Bella menjerit dan melengkungkan tubuhnya ke belakang ketika terjangan puncak kenikmataan membuatnya gelisah. Senyum yang terukir di bibir Regan semakin nyata saat mengetahui kalau sungai kecil telah mengalir deras membasahi jemarinya yang masih berada di sana.

Dorongan untuk mencicipi benda cair bukti pelepasan Bella itu begitu kuat, hingga Regan pun mengangkat tangannya yang basah dan menunjukkannya kepada Bella dalam seringai lebar yang tak pernah luntur.

"Apakah nikmat, Arabella?"

Bella yang masih belum pulih dari pelepasan paling dahsyat di dalam hidupnya, hanya bisa menatap sayu pada jemari Regan yang dilumuri cairan miliknya. Napasnya masih pecah berantakan, bibirnya yang sedikit membuka itu membuat Regan gemas, dan kembali memagutnya dengan rakus.

Mereka saling bertaut bibir untuk beberapa saat, hingga Regan-lah yang melepaskan tautan mereka karena melihat Bella yang mulai kehabisan napas.

"Mmm... manis. Aku suka rasanya."

Bella membelalakkan manik beriris coklatnya ketika melihat Regan yang menyapukan lidah ke satu persatu jarinya sendiri, mencicipi cairan milik Bella yang masih berlumuran di sana dengan ekspresi penuh kenikmatan.

"Kenapa?" Tanya Regan ketika melihat Bella yang terpaku diam.

Bella menggeleng. "A-apa Tuan Regan tidak jijik?"

Regan mendengus geli. "No. I like the taste. Sweet just like you, Arabella."

Bella menelan ludahnya mendengar suara berat yang mengalun membelai telinganya. Ia merasa kepanasan  dan ingin melakukan hal itu berasama Tuan Regan. Meskipun satu sudut kecil di dalam diri berteriak menahannya, namun godaan itu terlalu besar. Tuan Regan terlalu tampan dan menawan untuk ia tolak.

"Ahh!!" Bella memekik keras ketika Regan tiba-tiba mengangkat tubuhnya ke atas meja makan.

"Aku ingin mencicipinya langsung," ungkap lelaki itu dengan mata biru safirnya yang berbinar-binar menatap kain berenda yang telah basah. Dengan cekatan, ia menurunkan benda tipis penghalang itu ke bawah kaki jenjang Bella, lalu melemparnya ke lantai.

Netra biru safir itu semakin berkilau oleh gelora yang semakin menggebu menatap bagian kewanitaan Bella yang bersih merekah indah tanpa rambut, bagai mahkota mawar merah muda pucat. Ia pun semakin tak sabar untuk segera mencicipi rasanya.

Regan menggesekkan bibirnya di labia lembut Bella, membuat wanita itu menjerit lirih karena kaget sekaligus merinding. Saat lidahnya mulai bergerak-gerak liar menyesap segalanya, Bella kembali menjerit kencang.

"Tu-Tuan Regan..." Bella pun sontak meracaukan semua desahan tanpa arti namun memiliki berjuta makna itu.

"Enak, Arabella?" Regan melepaskan bibirnya sesaat dari daerah surgawi Bella dan mendongak. Bibirnya yang basah berkilau dipenuhi likuid pelunas bercampur pelepasan, membuat Bella semakin melayang.

Anggukan lemah itu menjawab pertanyaan Regan. "Tolong jangan berhenti..." rintihnya penuh permohonan yang tak tahu malu.

Sudut hatinya kembali berteriak untuk menyuruhnya segera melarikan diri dari situ, namun kaki dan tubuhnya seakan terpaku di atas meja dan rela tersedia hanya untuk Tuan Regan Bradwell.

Entah kemana perginya semua logika, nurani serta tata kramanya!

Otaknya seakan hanya diselimuti oleh satu hal yakni geloraa yang begitu dahsyat hingga mengaburkan segalanya.

Bella seperti seorang wanita yang selalu haus akan belaian, dan begitu bersuka cita ketika Regan bisa memberikan apa yang diinginkan oleh tubuhnya bahkan lebih dari pada yang bisa ia bayangkan.

"Aaaa... Tuan Regan..!!"

Tubuh Bella pun merosot lunglai tak bertenaga ketika seerbuan kenikmatan kembali mengobrak-abrik dirinya. Begitu cepatnya puncak itu tiba, bahkan Regan pun belum puas bermain di taman surgawi Bella.

Regan buru-buru berdiri dan mendekap tubuh menawan yang sekarang lemas tak bertenaga itu. Ia bisa merasakan bagaimana getar kecil masih mengaliri Bella seakan disengat oleh tegangan listrik berdaya lemah.

Diri mereka yang saling menempel, menyatukan degup jantung yang sama-sama bertalu oleh irama hasrat.

Bella pasrah ketika Regan membopong dirinya ala bridal menuju sebuah pintu di sudut ruangan. Kepalanya terlalu pusing seakan tenggelam dalam lautan.

"Tuan Regan..." gumannya manja. Jemari lentiknya dengan berani membuka kancing kemeja hitam lelaki itu satu persatu.

Regan yang telah duduk di atas ranjang bersama Bella, hanya diam dan membiarkan wanita itu melakukan apa yang ia mau. Netra biru safirnya terpaku pada wajah manis berkulit keemasan yang tak pernah bosan ia pandangi sejak tadi.

'Arabella Kanaya,' batinnya dalam hati. 'Siapa sebenarnya wanita ini?'

Bella menimbulkan rasa penasaran Regan yang tidak pernah ia rasakan kepada wanita mana pun sebelumnya. Bahkan terhadap Patricia, istrinya pun ia tidak penasaran saat pertama kali mereka berjumpa.

Pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Patricia adalah murni semata bisnis belaka, tentu saja sembari bersenang-senang. Itu sebabnya Patricia mencetuskan ide ini.

Sebuah Klub yang berkedok pemberian dana untuk selama kolega bisnis yang membutuhkan, namun sesungguhnya mencari hiburan dengan bertukar pasangan.

Ya, bertukar pasangan.

Tidak sembarang anggota yang bisa memasuki klub ini, hanya mereka yang punya bisnis serta memiliki tampilan rupawan yang bisa menjadi anggota di dalamnya.

Regan memejamkan matanya saat jemari Bella menyusuri dadanya yang bidang penuh otot, lalu turun membelai abs-nya yang keras, padat dan kotak-kotak.

"Tuan Regan, Anda sangat rupawan," puji Bella sambil menyunggingkan seuntai senyum manis. "Bolehkah jika saya menyentuh milik Anda sekarang?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel