Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Gairah Bram

Kediaman Bram ....

Vira Astanti sedang memberikan les privat pada Adinda di kamar Adinda. Tiba-tiba saat menunggu Adinda mengerjakan tugas yang Vira berikan, Vira merasa ingin buang air kecil. Vira segera mengatakannya pada Adinda.

"Din, mbak ke belakang dulu ya, sepertinya Mbak kebelet pipis, kamu nggak apa-apa kan mbak tinggal sebentar?" pamit Vira pada Dinda.

Adinda menatap Vira sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

"Iya, Mbak, nggak apa-apa," jawabnya.

Vira yang sudah tidak bisa menahan cairan pada kantung kemihnya segera berlarian menuju ke kamar mandi yang ada di dapur. Pikir Vira kediaman tersebut hanya ada dirinya dan Adinda seorang karena biasanya Bram ayah Vira sibuk di tempat kerjanya sementara ibu Adinda sedang pergi ke acara arisan komplek sebelah. Vira tidak tahu kalau hari ini Bram sengaja berangkat lebih siang karena ingin melihat Vira.

Sudah lama Bram menaruh rasa kagum pada adik sepupu istrinya itu. Vira sangat cantik dan memiliki lekuk tubuh seksi seperti model-model di majalah dewasa yang sedang tren.

Dari dalam kamarnya Bram mendengar suara sandal berlarian di dalam rumahnya, Bram segera keluar untuk melihat dan tidak disangka dia menyaksikan Vira berlari seraya menjinjing rok ketat hitamnya hingga memperlihatkan bokongnya dengan balutan celana dalam yang super tipis. Bram membuntutinya dan dia melihat Vira masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dapur. Vira sangat terburu-buru dan tidak mengunci pintu kamar mandi.

Ketika Vira menurunkan celana dalam berenda itu Bram langsung disuguhi dengan pemandangan menawan organ intim Vira yang super mungil dengan bulu-bulu hitam lebat. Ada biji kecil menyembul di tengah-tengah bulu-bulunya. Vira terlihat sedang berjongkok sambil memejamkan matanya. Bram langsung menelan ludahnya sendiri. Setelah selesai buang air kecil Vira segera membasuh area intimnya dan berdiri memunggungi pintu untuk mengambil tisu di dinding.

Bram segera mengambil kesempatan dengan menyelinap ke dalam kemudian langsung memeluk tubuh Vira dari belakang. Vira kaget sekali, dia tidak mengira ada seseorang mengamatinya saat dia buang air kecil, kini rasa sesal dalam hatinya muncul gara-gara dia tidak mengunci pintu.

"Astaga! Om Bram? Kenapa Om ikut masuk ke dalam?" Tanya Vira dengan gugup dan panik. Vira terus meronta-ronta dari pelukan Bram. Bram memeluknya dengan sangat erat.

"Tenanglah, aku nggak akan nyakitin kamu Vir, aku sangat kagum sama bentuk tubuh kamu, kamu tidak hanya pintar tapi kamu juga sangat cantik. Apalagi hari ini, cantik banget, baju putih yang kamu pakai begitu seksi," pujinya sambil merogoh selangkangan Vira dan serta jemarinya yang lain sedang melepaskan kancing kemeja putih ketat yang membalut tubuh sintal Vira.

Selama ini Vira belum pernah berpacaran. Dia juga tidak berpikir untuk menggoda Bram yang merupakan suami dari kakak sepupunya sendiri. Bram bukan pria muda lagi, tapi penampilannya cukup elegan dan terlihat energik di usianya sekarang. Bram juga berpenampilan modis dan memiliki gaya tren pemuda masa kini.

Vira ingin menolak sentuhan jemari Bram pada awalnya, akan tetapi rupanya Bram begitu mahir dan pada akhirnya Bram sudah berhasil menguasai tubuh setengah telanjang milik Vira. Bram berhasil mengeluarkan payudara Vira lalu meremas-remas kedua buah dada Vira yang berukuran lumayan besar. Bram juga menyentuh selangkangan Vira yang sama sekali belum pernah dijamah oleh pria manapun.

Tubuh Vira mulai terlihat pasrah dan menyerah. Hanya terdengar rintihan dan desahan pelan dari bibir Vira yang membuat Bram menjadi sangat bergairah.

"Ssssshhh, Ooomm ...."

"Kamu sangat cantik sekali, Vir," desis Bram di telinga Vira.

Vira terlihat pasrah dan semakin tidak berdaya karena dikuasai nafsu akibat sentuhan Bram.

Vira masih berdiri dengan celana dalam berada di lutut. Sementara Bram sibuk menggerayanginya dengan penuh nafsu.

"Ooohhh, Om, mau ngapain, ooh putingku jangan disentuh, engghhh, Om, aaahhh, ssshhh, ouhhh," erang Vira seraya memegangi kedua lengan Bram yang kini sibuk memainkan bagian intim pada tubuh Vira. Satu tangan Bram memilin puting Vira sementara tangannya yang lain sibuk mengacak-acak organ intim Vira sampai selangkangan Vira basah penuh cairan.

"Vir, liang pepek kamu sepertinya sudah basah sekali, gimana rasanya? Enak aku mainkan?" Bisik Bram seraya menggoyangkan pinggulnya lantaran kejantanannya sudah bangun dan menjejal-jejal di balik celananya. Bram menggesekkan kejantanannya pada belahan bokong Vira.

"Oooomm, oohhhh, jangan, aahhh, sshh, Om, akh, sudah, nanti Mbak Ningrum balik, aku harus gimana? Sshh, ouhh," erang Vira dengan kedua mata terpejam. Vira sangat menikmati setiap sentuhan pada tubuhnya. Aroma pada tubuh atletis pria di belakang punggungnya membuat Vira kacau dan tidak ingin meronta lagi. Pikirannya sudah tidak berada pada tempatnya lagi, Bram sangat lihai membuat Vira merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakan oleh Vira seumur hidupnya.

Vira sudah tidak melawan atau menghentikan Bram lagi, malahan dia membuka sedikit pahanya agar lebih lebar. Vira sangat menikmati sentuhan laki-laki yang baru pertama kali dia rasakan. Sebelum-sebelumnya Vira hanya mendengarkan cerita dari rekan-rekannya yang sudah melakukan hubungan seksual bersama pacar-pacar mereka.

"Vir, hadap sini," ujar Bram sambil memutar tubuh setengah telanjang Vira menghadap ke arahnya, punggung Vira dia tekan hingga bersandar pada dinding kamar mandi. Bram mulai melumat kedua buah dada Vira sambil terus mengocok liang intim Vira.

"Eemmmh, nghhhh, Om, ooouhhh, Om, aahhh, sshhh, aahhh, aku nggak tahan, enggghh, Om," rengek Vira seraya memeluk kedua bahu Bram. Vira tidak berpikir jernih, otaknya sudah dikuasai nafsu birahi. Apalagi Bram juga bukan pria buruk rupa yang bisa dia tolak sesuka hati. Padahal bisa saja Bram melakukan itu karena nafsu sesaat dan hanya ingin menikmati tubuhnya tanpa pertanggungjawaban.

Bram mengukir senyumnya lalu melepaskan celana dalam Vira dan memasukkannya ke dalam saku. Bram mengangkat satu paha Vira ke samping.

"Aku masuki ya liang pepek kamu, Om sudah nggak tahan Vir," bujuk Bram.

Vira tidak menjawab dia hanya menatap ke bawah, Bram masih terus menyentuh organ intimnya dan kini sibuk berusaha menyatukan organ intim mereka berdua.

"Om, besar sekali, ooohh, Om sakiiiit, aaakhhh!" Pekik Vira yang mulai kesakitan lantaran Bram sudah menerobos liang intimnya hingga kejantanan Bram masuk sebagian.

"Hanya sakit sebentar, nanti juga baikan, kamu nikmati saja," bujuk Bram lagi seraya mengangkat satu kaki Vira hingga meninggi lalu dengan gesit menyodok ke dalam liang intim Vira.

Vira menggigit bibir bawahnya, wajah Vira terlihat sangat seksi dan cantik. Tatapan mata Bram terlihat sangat liar dan nakal. Vira menatapnya dengan tatapan sayu, Vira sudah tidak tahan dan hanya bisa meremas tengkuk Bram setiap menerima sodokan di liang organ intimnya.

"Ssshhhh, ouhhh, Om," bisik Vira sambil meremas kuat-kuat bahu Bram.

"Nikmat sekali bukan? Aku suka sekali melihatmu sedang bernafsu seperti sekarang ini," bisiknya di telinga Vira.

Bram mulai menyodok-nyodok liang intim Vira dengan tekanan agak cepat. Hanya sebentar saja, Vira langsung memeluk erat tubuh Bram sambil merengek-rengek puas karena sudah sampai pada klimaksnya.

"Sssshhhh, ooooohh, Om, aku oohhhh, nikmat sekali Om liang pepekku, oohhhhh," lenguh Vira dengan mata merem melek menikmati genjotan cepat dari Bram.

"Ah, ah, ah, Vir oouuhh, pepek kamu sempit dan enak sayang, aku juga sudah mau keluar, oouhhh, ohhhhh, aaarrrrrghhhh! Vira!" Erang Bram sambil menggenjot lebih cepat hingga tubuh sintal Vira terdorong ke atas berulangkali.

"Om, oohhh, aku juga Om, sudah nggak tahan, aku hampir keluar lagi, oohhh," erangnya penuh kenikmatan.

Mereka berdua sama-sama terengah-engah. Bram terlihat puas sekali. Dia menatap wajah Vira lekat-lekat sambil menyentuh dagunya lalu melumat lembut bibir Vira.

"Aku suka sama tubuh kamu, Vir, sudah lama aku nahan pengen mencicipi tubuh sintal kamu ini," ucap Bram dengan terang-terangan.

Vira sangat malu setengah mati, dia memang merasa sudah dianggap rendah oleh Bram. Tapi tadi dia pun menikmati setiap sentuhan jemari tangan Bram. Vira hanya menunduk tanpa mengatakan apapun.

Bram menarik kejantanannya lalu membasuhnya, tak lama setalah itu Bram keluar dari dalam kamar mandi.

"Bersihkan punyamu juga!" Pesan Bram sebelum pergi sambil menunjuk organ intim berbulu lebat milik gadis berkulit putih bersih tersebut.

Vira membasuhnya dan dia merasakan nyeri pada sisi intimnya, ini adalah pertama kalinya dia melakukan hubungan intim dan Bram malah menyemburkan cairan kepuasannya ke dalam liang intim Vira tanpa peduli dengan kecemasan Vira.

Setelah merapikan bajunya Vira segera kembali ke kamar Adinda.

"Mbak aku sudah selesai kerjakan tugasnya, coba Mbak periksa," ujar Adinda seraya menyodorkan bukunya pada Vira.

Vira menganggukkan kepalanya lalu melihat dengan seksama apakah ada jawaban Adinda yang masih belum benar. Pandangan mata Vira tertuju pada buku Adinda tapi pikirannya melayang-layang teringat tentang ulah nakal Bram di kamar mandi barusan.

***

Sementara Bram diam-diam menyunggingkan senyum penuh arti. "Permainan penuh drama yang sebenarnya akan segera dimulai! Ini adalah kejutan untuk Ningrum sekaligus hadiah untuk Guntoro! Aku tidak sabar seperti apa reaksi wajah Guntoro ketika melihat putri satu-satunya telah kehilangan kesuciannya karena direnggut olehku!" Desisnya dalam bingkai senyum licik serta sorot mata tajam penuh dendam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel