
Ringkasan
Cinta pertama bagi kebanyakan pria memang satu hal yang sangat berarti, dan itulah yang terjadi padaku.dalam kisahku aku berjuang dan melakukan apapun unruk meraihnya. Tapi Senja aku bahkan tak tau kalau aku akan menjadi peran jahat demi memisahkan cintamu dengan dia. apa arti cinta sebenarnya buatku? perjuanganku mendapatkanmu ataukah mendapatkan hatimu?
Bab 1 Helples Helper
Awalnya saat aku kelas 3 SD. Aku mendapatkan tugas kesenian untuk menyanyi di depan kelas. Aku melihat teman-teman kelasku, satu persatu mulai maju ke dapan kelas untuk bernyanyi. Jantungku berdegub kencang, aku kawatir dan memikirkan apa yang akan aku nyanyikan nanti.
“Nomer absen 14!” panggil Bu Wiwik, Guru Seni Budayaku. Itu artinya giliranku, untuk bernyanyi di depan kelas dan dilihat oleh semua anak di kelasku.
Aku berjalan perlahan menuju depan kelas sembari menggenggam kerah leherku. Sesampainya di depan kelas, aku melihat mata seluruh siswa pandangan matanya tertujuh padaku. Aku belum pernah merasakan seluruh perhatian tertuju padaku dan itu membuatku sangat gugup.
“Edo, cepat nyanyi!” bentak Bu Wiwik dengan nada yang semakin tinggi.
Mendengar bentakan guruku membuat bulu kudukku serasa berdiri semua. Itu membuatku semakin gugup. Kenapa dia memaksaku untuk melakukan hal yang tidak aku suka? Saat aku melihat ke arah guruku dia hanya membalas tatapanku dengan mata yang melotot marah. Aku juga melihat seluruh teman kelasku melihat aneh ke arahku dan kemudian beberapa dari mereka mulai mengejekku.
“Bisa nyanyi ga?Payah, uda hukum aja Bu!” teriak beberapa anak di kelasku sambil menertawakanku.
“Do, kalau kamu tidak mau nyanyi, Ibu kurangin nilai kamu!” Bu Wiwik semakin geram.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa sangat tertekan, lalu aku mengepalkan tanganku erat, kemudian aku mencoba untuk membuka suara dan bernyanyi. Tetapi sebelum sempat aku bernyanyi. Tertawaan teman sekelasku semakin keras. Aku pun langsung menangis sekeras-kerasnya, karena aku merasa sangat tertekan dan ketakutan.
“Kamu di suruh gitu saja malah nangis. Uda kamu berdiri di koridor!”
Aku berjalan menuju koridor sambil menundukan kepala dengan air mata yang terus mengalir di pipiku. “Aku ga suka Bu Wiwik, dia itu lebih mirip Wiwik gombel kalau marah-marah terus.” Pikirku dalam hati.
Beberapa saat ketika aku sedang berdiri di koridor, aku mendengar suara Geovan sedang bernyanyi, dia mendapat tepuk tangan meriah dari teman-teman kelasku. Geovan itu anak yang pintar dalam pelajaran, olah raga dan punya banyak teman. Itu sangat berbeda denganku. “Kenapa aku terlahir seperti ini? dan kenapa aku tidak di lahirkan seperti Geovan saja?” tanyaku dalam hati dengan berlinang air mata.
Aku merasa iri dengan Geovan yang selalu di perhatikan oleh guru dan oleh teman-teman di sekolah. Aku terus berfikir bagaimana caranya agar aku bisa seperti Geovan, aku tidak mau terus di permalukan seperti ini terus.
xxx
Ketika aku melihat Geovan sedang dikerumuni oleh beberapa temanku, aku langsung menghampirinya. Kemudian aku mulai berbohong kepada mereka.Bahwa aku ini anak yang istimewa. Aku mempunyai indra ke-enam dan bisa melihat hantu. Cerita bohongku ternyata menyita banyak perhatian. Kini aku sudah sama populernya dengan Geovan, dan itu membuatku sedikit bahagia.
Untuk beberapa minggu aku menikmati kebohongan yang aku buat. Karena dengan begitu, aku mampu mendapatkan banyak teman. Semua anak memang penasaran dengan sosok hantu. Aku terus menerus membuat cerita aneh tentang hantu, sehinggamembuat mereka semakin penasaran akan cerita yang aku buat-buat itu.
Setiap jam istirahat semua temanku berkumpul untuk mendengarkan ceritaku. Tapi lama kelamaan aku juga merasa tidak nyaman, seperti ada rasa bersalah di dalam hati.
xxx
Saat hari minggu pagi, aku melihat acara televisi bersama Ibuku. Aku melihat film kartun yang menceritakan tentang anak penggembala domba yang berbohong dombanya akan di makan serigala. Ia berbohong hanya untuk mencari perhatian orang-orang. Suatu ketika dombanya di datangi seekor Srigala sungguhan. Tapi ketika dia hendak meminta pertolongan kepada orang-orang. Mereka tidak membantunya, karena meraka tahu bahwa anak penggembala domba itu suka berbohong. Di akhir cerita, anak penggembala domba itu menyesal dan menyadari perbuatannya salah kemudian dia berjanji tidak akan berbohong lagi.
“Do, itu pelajaran buat kamu. Kamu ga boleh berbohong ya. Kebohongan itu hanya akan membawa keburukan.” Kata Ibuku sambil mengelus rambutku.
Aku hanya melihat ke arah Ibuku. Aku mulai sadar semua yang aku lakukan kepada semua temanku itu salah. Aku juga sadar berbohong itu akan berakibat buruk, dan aku ga ingin berbohong lagi. Sekarang sudah aku putuskan, bahwa besok akan mengaku pada semua temanku.
xxx
Keesokan paginya setelah jam istirahat aku mulai mengaku pada mereka yang sudah aku bohongi dengan cerita hantu yang aku buat-buat. Mulai saat itu semua temanku satu persatu mulai menjauhiku.
Ketika aku sedang berjalan sendirian, aku seringkali diteriaki oleh teman-temanku. “Paranormal gadungan!”
Karena merasa tertekan aku sering kali mencari alasan untuk tidak masuk sekolah, tapi Ibuku tidak pernah mengizinkanku untuk bolos sekolah 1 hari pun. Ketika jam Istirahat aku selalu menghindari teman-temanku dengan cara bersembunyi di bawah pohon dekat toilet. Karena di sini sepi, dan aku bisa sendirian. Semua temanku yang suka menghinaku pasti tidak akan menemukanku di sini.
Mulai saat itu aku lebih sering menghabiskan waktu dengan sedirian di bawah pohon dan melihat daun-daun kering mulai berguguran. Sama sepertiku yang sudah gugur terasingkan oleh temanku.
Sebagai seorang anak kecil. Aku merasa penderitaanku ini cukup berat. Aku tidak punya teman untuk bercerita, aku juga takut kalau nanti aku menceritakan kejadian ini pada orang tuaku mereka pasti marah karena aku sempat membohongi teman-temanku, jadi aku memutuskan untuk menanggung penderitaanku seorang diri.
Aku selalu menyesal pernah berbohong dan aku merasa sangat sedih dengan kesedirian yang aku alami. Terkadang aku juga berfikir, sebaiknya aku dulu terus berbohong agar aku tidak di jauhi oleh semua temanku.
Aku ingin sekali minta tolong. Tapi aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa?
xxx
Ketika Aku mulai putus asa. Aku menemukan harapan yang bisa membuatku bangkit dari keterpurukan. Yaitu cinta pertamaku dan orang yang menyelamatkaku dari kesendirian.
Ketika aku mulai menginjak kelas 4. Teman-temanku yang dulu pernah satu kelas denganku kebanyakan sudah mulai melupakan tentang kebohonganku, kecuali Yohan. Kebetulan ia juga tetap satu kelas denganku. Dia tak henti menghinaku, aku tidak tahu harus menghadapinya dengan cara apa, dan aku hanya bisa ketakutan, diam tanpa berani melawan.
Ketika aku mendapat masalah aku sering kali melamun.
Suatu ketika waktu istirahat tiba aku hendak menuju tempat penyendirianku. Tapi aku tidak memperhatikan jalanku, dan lututku pun terbentur sebuah meja besar.
“Aduhhh!!” teriakku dengan keras.
“Haha, kamu aneh banget sih jalan ga liat kedepan jadi terbentur gitu” kata seorang anak perempuan yang sedang memperhatikanku sambil tertawa dan mulai membantuku berdiri.
Itulah cinta pertamaku. Tanpa memperdulikan kenapa aku di jauhi, dia rela menolongku, dan itu sungguh berarti buatku. Belum pernah ada seorang teman yang tulus membantuku sebelumnya, ini pertama kalinya aku di perhatikan.
Saat dia mulai membantuku berdiri, aku hanya mampu melihatny tersenyum. Itu sungguh senyuman yang begitu indah. Seperti matahari senja yang mampu menenagkan prasaan saat aku mulai lelah. Saat melihatnya rasanya jantungku berdegub begitu kencang dan aku merasa bahagia ketika melihatnya tersenyum.
Setelah menolongku dia pergi meninggalkanku. Padahal aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya, tapi aku tahu dia satu kelas denganku, dan pasti aku akan bertemu dengannya lagi.
Ketika pelajaran di mulai, aku terus memperhatikan seorang anak perempuan yang tadi sudah menolongku. Saat guru mulai mengabsen, aku mulai tahu namanya adalah Senja Riska Rani. Aku tidak akan melupakan nama itu seumur hidupku, sungguh nama yang begitu indah. Sering kali aku memperhatikannya diam-diam dan aku mengetahui dia itu tidak jauh berbeda dariku.
Senja adalah seorang yang pendiem tidak terlihat kalau dia punya teman, selalu terlihat sendirian, dan matanya seolah bicara “Aku ingin punya teman yang bisa aku ajak ngobrol.”Dia di panggil Keong oleh teman-teman kelasnya. Tapi menurutku Senja itu Cantik, lebih tinggi dariku, dia juga punya lesung pipi sama sepertiku. Perbedaannya denganku adalah lesung pipiku cuma ada di sebelah kiri sedangkan Senja di kedua pipinya. Senja juga pintar, baik, bahkan terlihat seperti seorang putri tanpa senyum menurutku. Mulai saat itu hatiku tahu, Senja adalah orang yang istimewa buatku.
Kadang saat aku melihat Senja, searasa seperti melihat cermin. Melihat sosok lain dari diriku. Hanya bedanya Senja itu pintar dia selalu mendapatkan peringkat 3 besar sedangkan aku selalu di tengah-tengah. Dia juga rajin, tidak pernah di marahi guru. Sebenarnya aku juga ga pernah absen sih, kalau urusan di suruh bediri di koridor Karna sering lupa mengerjakan PR dan terlambat masuk Sekolah, hehe.
Mungkin aku tau rasa kesepian yang Senja alami. Terkadang aku hanya bisa menatap dan merenung. Aku ga ingin kesedirian juga menghantui dia. Aku jarang sekali melihat Senja tersenyum, dan yang aku ingat, Senja hanya tersenyum saat melihat lututku terbentur dulu. “Aku ingin melihat Senja tersenyum lagi, melihatnya tertawa lagi,” kataku dalam hati.
Ketika pelajaran berlangsung hening, aku terus menerus melihat Senja yang duduk di seberang mejaku. Saat aku merasa perutku tidak enak. Aku tidak bisa terus menerus menahan gas alam yang terus bergemuru dalam perutku. Tiba-tiba saja suara kentutku terdengar begitu keras
“Duuutt!!”
Serempak seluruh kelas tertawa mendengar kentutku. Aku hanya menutup mata karena menahan malu. Tapi perlahan aku mulai mencoba membuka mataku lagi, saat itu aku melihat Senja tertawa dengan kedua lesung pipi yang selalu menghiasi senyumannya. Ternyata aku sudah berhasil membuat Senja tertawa lagi.
“Kamu aneh Do, kamu ga waras!” kata Senja sambil terus menertawakan aku.
Jantungku berdetak begitu cepat, aku tak tau ekspresi apa yang musti aku ungkapakan, dan tak mampu berkata-kata apa-apa padanya. Hanya mampu memandangseorang anak yang selama ini senyumannya selalu aku rindukan.
Aku suka kok saat senja bilang “Kamu aneh Do, kamu ga waras!” ya sambil ketawa gitu. Seandainya kamu tau Senja. Kalau hatiku bisa bicara. Pasti hatiku akan berkata “Aku rela kok sakit, asal liat kamu tetep ketawa seperti ini Senja,”
Mungkin ini yang di namakan cinta. “Begitu indah melihat orang yang aku sayang bisa tersenyum bahagia.”
Ketika bel pulang berbunyi dan semua siswa mulai beranjak pulang. Saat itu aku melihat Senja sedang berjalan sendirian. Kemudian aku mengikutinya dari belakang, karena memang jalan menuju rumahku juga satu arah dengan jalan yang Senja lewati. aku ingin sekali mengajak dia ngobrol, dan menjadi temannya. Tapi entah kenapa aku takut untuk menyapanya.
Saat aku mengikutinya dari belakang, tiba-tiba saja Senja memutarkan kepalanya dan melihat ke arahku “Edo ya? Rumah kita 1 arah kan? Kenapa ga bareng aja?” ajak Senja sambil tersenyum ramah padaku.
Aku hanya mengangguk, dengan wajah yang mulai memerah saat kami mulai berjalan beriringan.
“Edo kamu tadi lucu banget,” kata Senja sambil menatap wajahku.
“I..iya. tapi malu-maluin,” jawabku dengan nada terpatah-patah.
“Eh, besok-besok kita pulang bareng aja. Toh arah rumah kita sama!”
“Iya,” kataku pelan sambil menganggukan kepala. “Tadi makasi ya kamu uda nolongin aku, waktu aku jatoh,”
“Iya, namanya juga teman Do. Musti saling tolong menolong kan?” kata Senja dan tak henti-hentinya Senja tersenyum padaku.
Bersama Senja saat itu, rasanya adalah hal paling indah setelah kesedihan dan kesedirian yang pernah aku alami. “Senja melihat senyum dari bibir kecilmu itu adalah suatu kebahagiaan yang begitu besar buatku.”
Mulai saat itu Aku sudah punya teman yang baik dan tulus. Aku ga akan berhenti membuat onar, membuat hal-hal aneh, menjadi orang yang lebih periang. Semuaku lakukan hanya untuk membuat seorang Senja tersenyum, dan ketika bersamamu Senja, Aku juga mulai belajar caranya lebih ceria. Bukan pancaran mata kesedihan lagi yang terpancar dari mataku, tapi kali adalah pacaran mata kasih sayang dan cinta yang ada di mataku untuk kamu Senja.
Aku begitu bahagia saat Senja mulai akrabdenganku. Kami juga saling berbagi cerita, bahkan sekarang aku menjadi sahabat Senja. Aku bahagia bisa selalu ada di dekat Senja, dan lagi, aku sekarang tidak harus berjalan sendirian saat pulang ke rumah, karena aku bersama Senja.
