Ringkasan
Midori adalah gadis berusia 18 tahun keturunan campuran Australia-Indonesia, dia berambut cokelat kemerahan dengan sepasang mata biru yang cantik. Saat dia berlibur ke Jepang, dia tak sengaja terpeleset lalu berciuman dengan seorang pemuda Jepang yang bernama Kenzo Watanabe di sebuah pemandian air panas. Ternyata ciuman itu membawa sebuah perasaan spesial di hati Kenzo hingga dia menjadi 'terbucin-bucin' pada Midori. Padahal dia sudah dijodohkan dengan gadis bangsawan Jepang yang bernama Ayumi Tokugawa. Kisah cinta mereka terhalang tradisi dan terpisahkan oleh jarak Tokyo-Perth. Akankah takdir menyatukan cinta Kenzo dan Midori?
Bab.1. Ciuman Bikin Baper
"Midori, kamu tidak takut 'kan tidur sendirian? Kamu dan Posei soalnya sudah besar, jadi tidak boleh tidur berdua lagi," ujar Deasy pada puteri cantiknya yang sudah beranjak dewasa.
Tahun ini Midori dan saudara kembarnya Poseidon berusia 18 tahun menuju 19 tahun. Deasy melahirkan kembar fraternal seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keduanya bermata biru dan berambut cokelat seperti dirinya. Genetik keluarga Carson memang sangat kuat, moyang Deasy berasal asli dari Australia, berambut cokelat kemerahan dan bermata biru.
Deasy menikah dengan Leeray, orang Indonesia berdarah oriental yang berasal dari klan Indrajaya, konglomerat di bidang properti yang berpusat di Jakarta.
Asal-usul nama kedua anak kembar itu sebenarnya karena kegemaran orang tuanya yang saling memuja satu sama lain. Leeray menganggap Deasy sebagai Aphrodite-nya sementara Deasy menganggap Leeray sebagai Poseidon-nya. Jadilah kedua anak kembar itu mendapat kedua nama dewa-dewi Yunani itu.
"Tenanglah, Mam. Midori sudah gede, mana mungkin takut tidur sendiri. Lagipula Posei nyebelin, dia kalau bobo suka mengigau ... berisik banget!" ujar Midori sambil memakai yukata warna hijau muda bergambar bunga sakura yang cantik.
"Cantiknya anak mami," puji Deasy ketika melihat anak gadisnya mengenakan yukata.
Midori mencepol rambut panjang bergelombangnya yang berwarna coklat kemerahan itu dengan sekenanya. Mereka sekeluarga akan berendam siang menjelang sore ini di onsen, pemandian air panas yang ada di hotel tempat mereka bermalam.
"Anak siapa dulu dong ...," sahut Midori sembari meringis ke cermin menatap maminya dari bayangan cermin.
Deasy pun merangkul puterinya yang cantik itu dan mengamati wajahnya dan juga puterinya di cermin. Begitu mirip, batinnya. Poseidon juga mirip dengannya. Sepertinya genetiknya telah mengalahkan genetik suaminya dan mendominasi dalam tampilan fisik kedua anak mereka.
Ngomong-ngomong mengenai mengalahkan, sejak berpacaran dengan Leeray memang Deasy selalu bandel dan membuat suaminya itu kerepotan. Untungnya suaminya penyabar dan memang usia mereka terpaut 15 tahun, jadi suaminya benar-benar 'ngemong' pada dirinya.
"Yuk kita berangkat sekarang ke onsen, Mam," ajak Midori sambil membawa handuk dan sling bag-nya yang berisi ponsel, dompet, dan earphone bluetooth.
Mereka berdua berpapasan dengan Papi Leeray dan Poseidon yang juga mengenakan yukata.
"Hey, Posei, kau tidur di kamar nomor berapa?" tanya Midori seraya merangkul saudara kembarnya itu.
"Di kamar nomor 5, samping kamar papi mami. Kamarmu terpisah sendiri, Mi. Beneran nggak mau tukeran kamar? Kan serem tuh sendirian bobo malem, siapa tahu ada hantu Sadako lewat. Hiiiiyyy ...," jawab Poseidon sembari menakut-nakuti Midori.
Midori pun menjewer telinga kembarannya itu. "Bandel ya, malah nakut-nakutin aku!" seru Midori gemas.
Poseidon pun mencebik sambil mengusap-usap telinganya yang pedih karena dijewer oleh Midori. "Aahh selera humormu payah, Mi!" tukasnya.
"Habisnya kamu yang mulai duluan!" balas Midori tidak mau kalah.
Leeray pun merangkul kedua anaknya sembari berjalan di antara Midori dan Poseidon. "Udah jangan kelahi melulu kayak Tom and Jery aja kalian. Libur dong kelahinya ...," ucap Leeray.
"Hubby, kenapa aku ditinggalin sendiri!" protes Deasy di belakang mereka bertiga.
"Uups ada yang ngambek, Kidds. Papi nemenin mami kalian ya, seram kalau ngambek soalnya. Kalian berhenti kelahi, oke?" ujar Leeray kemudian merangkul bahu Deasy sembari melepas senyum manisnya pada istri kecilnya itu.
Wajah Deasy pun merona, efek senyuman suaminya itu masih sama selama belasan tahun tidak berubah, membuat jantungnya aritmia. 'Poseidon-nya' itu sangat tampan mirip artis Korea, Song Seung Heon.
Onsen di penginapan Togetsutei, tempat mereka bermalam cukup ramai. Biasanya onsen pukul 12.00-15.00 memang dibuka untuk umum.
Tempat berendam pria dan wanita terpisah, jadi mereka berempat terpisah menjadi 2 rombongan.
***
Dari seberang onsen, Kenzo Watanabe berendam sembari mengamati seorang gadis berkebangsaan asing yang sedang berendam bersama ibunya sepertinya karena wajah mereka mirip hanya saja berbeda usia.
Uap air panas onsen itu membuat pipi gadis itu merona seperti bunga cherry, membuat wajah gadis itu tampak begitu manis. Kenzo tak bosan-bosan memandanginya dari kejauhan. Sesekali senyum manis dan tawa ceria terlepas dari bibir si gadis ketika berbincang dengan ibunya.
"Hey, Kenzo! Melamun sendirian di sini ...," tegur Shinichi Honda, sahabat kentalnya yang datang bersamanya ke Kyoto untuk berlibur.
"Hey, Shin ..., yang lain dimana?" balas Kenzo sembari masih mencuri-curi pandang ke arah gadis bule itu.
Shinichi mengikuti kemana arah mata sobatnya itu memandang. Dia pun tersenyum paham, sepertinya sobatnya itu naksir gadis berambut cokelat kemerahan di seberang kolam pemandian air panas itu.
"Jadi si rambut cokelat itu yang membuatmu bengong seperti kesambet setan, Ken?" canda Shinichi.
Kenzo pun tersadar bahwa dirinya terpergok oleh Shinichi sedang mengamati gadis bule itu. "Eehh oohh ... itu ... ahh sudahlah," ucap Kenzo terbata-bata dan bingung mau menghindar.
"Bukannya kamu sudah dijodohkan dengan Ayumi Tokugawa sih, Ken?" tanya Shinichi mengingatkan sobatnya itu.
Kenzo pun murung mendengar perkataan sobatnya itu. Dia tidak memiliki ketertarikan maupun perasaan khusus pada Ayumi. Itu murni perjodohan yang diatur oleh orang tua mereka.
"Hmmm maafkan aku, Bro. Sepertinya aku membuat perasaanmu mendadak mendung," ucap Shinichi merasa bersalah, dia bersandar di tepi kolam bersebelahan dengan Kenzo. Dia pun memandang ke langit sore yang cerah berhiaskan awan putih yang seperti gumpalan cotton candy.
Kenzo mendesah lelah sembari berkata, "Kau tidak salah, Shin. Namun, ada kalanya aku merasa terkutuk dilahirkan di tengah keluarga bangsawan yang kolot. Itu sangat melukai harga diriku, kau tahu? Perjodohan yang tidak masuk akal, apakah cinta tidak ada artinya bagi para tetua adat?"
"Jangan tanyakan itu padaku, Ken. Kau tahu sendiri, aku pun mengalami hal yang sama denganmu. Hanya saja, kita berbeda ... aku menumbuhkan perasaan cintaku pada gadis yang dijodohkan denganku. Dia gadis yang cantik dan cerdas, juga baik hati ... aku menyukai Hikari," tutur Shinichi sembari memainkan air hangat di sekitar tubuhnya berendam.
"Ohh sebentar, Shin. Kurasa aku akan mencoba berkenalan dengan gadis itu ...," ucap Kenzo sembari keluar dari kolam air panas itu lalu segera mengenakan yukata.
Gadis itu sedang berjalan masuk kembali ke penginapan. Kenzo bergegas mengejarnya dan tiba-tiba gadis itu tergelincir di lantai penginapan yang basah karena air kolam.
"AAAARRGGHHHH!" teriak gadis itu ketika akan mencium lantai.
Namun, Kenzo segera menarik tubuh gadis itu ke arahnya dan membuat mereka berdua terkapar di lantai dengan posisi tubuh gadis itu menimpanya.
Kepala Kenzo terbentur lantai dan dia merasa agak berkunang-kunang. Tetapi, dia senang karena berhasil mencuri sebuah ciuman dari bibir gadis cantik itu.
'Oohh rasanya seperti apel dan strawberry,' batin Kenzo. 'Kenapa enak sekali, hangat dan kenyal? Ya Tuhan, rasanya begitu memabukkan!' seru Kenzo dalam hatinya sembari melumat bibir itu dan tidak ingin melepaskannya.
Sementara Midori merasa begitu syok akibat tergelincir di lantai yang licin tadi ditambah menimpa tubuh laki-laki asing yang tidak dia kenal. Dan ... laki-laki itu begitu kurang ajar melumat bibirnya tanpa ampun. Astaga! Who's the hell this guy?! maki Midori dalam hatinya.
Midori pun menarik-narik bibirnya dari pagutan laki-laki itu yang seperti vacum cleaner. Ohh gosh! Menyebalkan sekali!
Akhirnya laki-laki yang sepertinya berkebangsaan Jepang itu pun melepaskan bibirnya yang sudah kebas dan bengkak akibat perbuatan laki-laki gila itu. Midori menata napasnya yang kacau balau.
"Hello, Sir! How dare you crush my lips such like that?!" amuk Midori sembari bangkit berdiri dari atas tubuh laki-laki itu. Dia bersedekap merajuk.
Kenzo yang mengerti bahasa Inggris pun merasa wajahnya panas merona karena malu. Sepertinya dia telah memberikan kesan pertama yang begitu buruk pada gadis cantik itu. Namun, bibir itu sungguh membuatnya kecanduan akan ciuman. Dia bahkan merasa kurang dan ingin lagi.
"Oohh I'm so sorry, Miss. I think I have gone too far," ucap Kenzo dengan nada bersalah. Dia pun mengulurkan tangan kanannya. "My name is Kenzo Watanabe, may I know your name?"
Midori menjabat tangan Kenzo seraya menjawab, "I am Midori, Aphrodite Midori Indrajaya. And I better go now, Sir ..."
Gadis itu segera melangkah ke arah kamarnya meninggalkan Kenzo yang tampaknya masih syok dan terbengong-bengong di koridor penginapan itu menatap Midori.
"WAIT!"
Gadis itu pun membalikkan badannya menatap Kenzo dengan bingung. 'Apa lagi maunya?' pikir Midori dengan kesal.