Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

"Kenapa kamu masih diam di sini? Apa kamu ingin mempermalukan diri?" Fernando menatapku dengan dingin.

Aura dingin menyebar ke seluruh tubuhnya, dan seketika suhu di dalam ruangan itu turun beberapa derajat.

Tak seorang pun di dalam ruangan yang besar itu berani untuk berbicara.

Aku tahu Kakakku muak padaku, aku tahu dia membenciku, tapi aku tidak pernah menyangka dia akan mempermalukanku di depan begitu banyak orang.

Aku menolak untuk menyerah dan berbicara dengan suara yang tercekat, "Kakak, aku datang ke sini hanya untuk bertemu denganmu ...."

"Tapi aku tidak ingin bertemu denganmu." Sama sekali tidak ada gejolak emosi dalam nada bicara Fernando.

Seketika aku membeku di tempat, aku merasa suara dengungan terus-menerus mengiang di telingaku, organ-organ seolah terpelintir, rasanya sangat sakit sampai-sampai aku tidak bisa bernapas.

Teman-teman yang ada di ruangan pribadi itu menatapku dengan sorot mata yang aneh dan mulai berbisik pelan.

"Aku dengar Janessa yang membunuh orang tuanya, karena itulah hubungan antara dia dan Fernando menjadi sangat buruk."

"Hah? Aku pikir Adrianna adalah adik kandung Fernando."

"Sepertinya wajar jika Fernando membenci Janessa, lagi pula, saat SMA Janessa bukanlah gadis yang normal."

Samar-samar aku bisa mendengar kata-kata yang mereka bicarakan, dan perutku mulai mual lagi.

Ekspresi Fernando menjadi semakin dingin, dia menyeretku keluar dari restoran tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Langit saat ini mendung dan hujan deras turun.

Fernando berdiri di tangga, mengempaskanku dengan keras.

Kondisiku sudah sangat sakit, jadi mana mungkin aku bisa menahan gerakan keras itu, alhasil seluruh tubuhku terjatuh dengan tak terkendali.

Saat jatuh, samar-samar aku melihat kilatan kegugupan di mata Fernando.

Namun, sebelum aku sempat memikirkannya dengan hati-hati, aku sudah terjatuh di tengah hujan.

Tetesan air hujan yang deras menerpa seluruh tubuhku yang terasa sakit, rambutku yang basah karena air hujan dan air mataku sudah menempel di wajahku, tubuhku yang kurus dan lemah membuatku semakin terlihat kuyu dan mengenaskan.

Fernando menatapku dengan merendahkan dan berkata dengan nada dingin, "Reuni yang awalnya baik-baik saja menjadi seperti ini, apa kamu sudah puas?"

Aku berjuang untuk bangkit dari tanah, dengan gemetar mengeluarkan map dan menyerahkannya pada Fernando.

"Kakak, aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, aku hanya ingin bertemu denganmu untuk yang terakhir kalinya dan menunjukkan sesuatu padamu, kamu pasti akan bahagia."

Air mataku tak henti-hentinya menetes, tapi aku tetap mempertahankan senyuman saat berhadapan dengan Kakakku.

Fernando, kali ini keinginanmu terkabul.

Fernando mengerutkan kening, dia terdiam sejenak, lalu mengangkat tangannya untuk menerima hadiahku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel