BAB. 8 Gaun Oh Gaun
"Tempo hari, saat Lo nabrak punggung gue, apa Lo kehilangan sesuatu?" Tanya, Zefki.
Sejenak Raceh berpikir. Lalu menjawab perkataan Zefki,
"Iya, Tuan Muda. Saya kehilangan kotak makan siang, berisi nasi goreng." Sahut, Raceh.
"Yup tepat sekali! gue mau nanya kenapa bekal Lo itu, bisa sampai di meja gue?" Tanyanya lagi, sambil menatap tajam kearah Raceh.
Namun sebelum Raceh hendak menjawab. Asisten sutan mengatakan, jika dia yang meletakkan kotak bekal itu di atas meja Zefki.
Lalu Asisten Sutan mengarahkan Zefki untuk melihat sesuatu dari laptop.
akhirnya Zefki tahu kenapa kotak bekal milik gadis itu, bisa ada di atas mejanya.
"Gue, lapar. Apakah Lo bisa memasak nasi goreng seperti itu, lagi?"
"Bi ... bisa, Tuan Muda. Tapi saya tidak memiliki bahan-bahan untuk membuatnya."
"Hhhm, berpikir Lo, Sut! Bagaimana caranya gue bisa mendapatkannya!" Namun disaat Sutan hendak menjawab, ponsel Zefki berbunyi. Di layar, ada nama ibunya, Mami Clement. Zefki lalu buru-buru menjawab,
Zefki
"Iya, Mi. Iya ... ini lagi otw. Tapi aku mau lunch dulu. Iya, Mi. Pasti! Bye, Mi."
Zefki lalu menutup panggilan telepon itu.
"Baiklah kita lunch di luar saja. Sutan, Lo yang nyetir!" Tukas Zefki, sambil melempar kunci mobil ke arah Asisten Sutan, yang langsung sigap menangkapnya.
"Dan buat, Lo. Lo berutang nasi goreng ke gue!" Seru Zefki kepada Raceh.
"Ba ... baik, Tuan Muda."
Lalu mereka pun menuju lift yang langsung terhubung di parkiran khusus CEO yang berada di basemen gedung itu. keempatnya pun masuk ke dalam mobil. Di sisi depan ada Sutan dan Risa. Di sisi belakang ada Zefki dan Raceh.
Mobil pun melaju dengan stabil di jalan raya. Sepanjang perjalanan, Raceh sibuk dengan telepon genggamnya. Dia sedang bertukar pesan dengan rekannya, Fani dan juga kepada Grace, kakaknya. Hal itu menyita perhatian Zefki.
"Asyik banget ya dengan hpnya!" Seru, Zefki.
Seketika hp Raceh jatuh di pangkuan pemuda, itu. Karena terkejut.
"Ma ... maaf, Tuan Muda
Ponsel saya ...." Sambil menunjuk hpnya yang ada di pangkuan Zefki.
"Oh, jadi Lo memerintah gue, mengambil hp Lo?" Ucapnya kepada Raceh.
"Ma ... maaf ...."
Lalu dengan terpaksa Raceh buru-buru mengambil ponsel itu, dari pangkuan Zefki.
Namun tak sengaja tangan Raceh menyentuh daerah sensitif pria itu,
"Ma ... maaf, Tuan Muda. Sa-ya nggak sengaja." Lirihnya, takut.
Zefki pun diam, dan tidak menjawab. Lalu Raceh, buru-buru memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil sambil merutuki ulah tangannya, yang tidak tahu tempat.
Lalu mereka pun tiba di sebuah restoran.
Setelah memesan makanan untuk siang itu. Mereka lalu makan dengan tenang. Tapi tidak dengan Zefki. Dari tadi dia terus mencuri-curi pandang melihat ke arah Raceh.
Raceh sedikit risih dengan tingkah Zefki itu. Apalagi mengingat kejadian di mobil tadi, dia tidak dapat menahan malu.
Setelah makan siang. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah butik.
Lalu mereka tiba di sebuah butik ternama di Jakarta. Di sana sudah menunggu Nyonya Clement, Grace beserta ibunya.
Zefki memberi salam kepada Grace dan calon ibu mertuanya.
"Dari mana aja sih, kalian? Kok lama banget?" Tanya, Nyonya Clement
"Jalanan macet, Mi." Seru, Zefki.
"Ya sudah kamu tunggu di situ. Kami mau mengurus gaun Raceh, dulu." Ucap, sang ibu.
Lalu Zefki pun duduk di sofa, bersama dengan Asisten Sutan.
Sambil menunggu, Raceh, Zefki pun menyibukkan diri dengan laptopnya, berdiskusi dengan Sutan tentang perkembangan pembangunan sebuah mall.
Tiba-tiba, Grace menghampiri mereka.
"Maaf jika saya mengganggu." Lalu Zefki pun memalingkan wajahnya dari laptop dan melirik ke arah gadis, itu.
"Saya ingin bicara empat mata dengan Anda."
"Silakan." Ucap Zefki.
" Anggap orang yang di sana itu menunjuk sang asisten, adalah patung." Lalu Grace pun duduk berhadapan dengan Zefki dan mulai berbicara,
"Saya tahu Anda adalah orang penting. Saya tahu Anda sangat berkuasa dan saya tahu jika pernikahan Anda dan adik saya, karena perjodohan semata. Namun saya harap Anda jangan menyia-nyiakan adik saya. Dia anak yang baik dan patuh. Makanya dia mau menerima perjodohan ini! Tolong bahagiakan adik saya!" Grace pun terisak mengatakannya. Dia dengan cepat menyeka air matanya.
Zefki yang melihat itu. Seketika tersenyum sinis dan berkata dalam hati,
"Emang gue mau makan adik, Lo?"
"Udah ngomongnya?" Seru Zefki, sambil menatap tajam ke arah Grace. Namun Grace juga membalas tatapan itu tak kalah tajamnya.
Disaat Grace dan Zefki saling menatap dengan tajam, keduanya pun dikagetkan dengan suara Nyonya Clement,
"Ta-da .... Zef lihat penampilan Raceh!" Seketika Zefki terpana dengan gaun yang digunakan oleh Raceh. Dia lalu menilik dari ujung kaki sampai ke bagian atas tubuhnya.
Nyonya Clement, lalu menyuruh Raceh untuk berputar. Agar Zefki bisa melihat gaun yang digunakan Raceh dari segala sisi.
Tiba di belahan dada, gaun tersebut agak terbuka, dan agak sedikit mengekspos belahan dada gadis itu. Raceh pun berusaha menutupinya karena merasa malu.
Lalu Zefki berujar dalam hatinya,
"Apa-apaan sih, Mami. Memilih gaun itu?"
Lalu dengan lantang Zefki menjawab,
"No, Mi! Cari yang lain!"
"Lho kok no sih, Zef? Ini gaun terbaru dan termahal. Gaun ini juga edisi terbatas." Jelas, Mami Clement.
"Sekali no tetap no, Mi!" Raceh pun melirik ke arah Zefki seraya mengangguk, dan berkata di dalam hatinya,
"Syukur banget dia tidak suka gaun ini."
Nyonya Santi pun ikut membujuk Zefki. Tapi Zefki tetap tidak suka dengan gaun itu, dan hal itu juga di saksikan oleh Grace yang memilih diam.
Hampir satu jam Raceh bergantian menggunakan gaun di butik tersebut. Tapi tidak ada satupun yang cocok dengan pilihan, Si Tuan Muda, Zefki.
Ada banyak alasan yang dirinya katakan, sehingga tidak suka dengan semua gaun tersebut.
Dalam hatinya, Zefki merutuki orang yang membuat gaun yang rada terbuka itu. Jika bukan belahan dada yang di ekspos, pasti punggung yang seperti sundel bolong.
Hal itu membuat sontak membuat Raceh kelelahan. Grace juga merasa geram melihatnya.
Nyonya Clement lalu menghampiri putranya dan mengomelinya. Tapi Zefki tetap fokus di laptopnya, dan membiarkan Mami nya ceramah.
Setelah sekian lama bergumul dengan laptopnya. Zefki pun menyuruh Sekretaris Risa untuk memanggil designer di butik tersebut.
"Saya designer nya, Tuan Muda." Terlihat seseorang pria bertubuh gemulai menghampiri Zefki.
Zefki memutar laptopnya ke arah designer itu dan berkata,
"Apakah Anda bisa membuat gaun ini?" Semua mata tertuju di laptop Zefki tak terkecuali Raceh. Dia dapat melihat gaun hasil karya pemuda, itu.
Diam-diam Raceh menyukainya. Sebuah gaun yang sangat sopan. Tidak mengekspos belahan dada dan bagian tubuh lainnya.
Lalu Nyonya Clemet berujar,
"Wah, Zef! kamu yang menggambar gaun ini?"
"So fantastik, Zef!" Nyonya Santi juga ikut memuji, hasil karyanya.
Grace lalu berkata dalam hati,
"Ternyata pria ini peduli juga dengan pernikahannya." Ada sedikit rasa tenang di hati Grace, dia menilai Zefki, seperti itu.
Tiba tiba Raceh berkata,
"Maaf, Tante. Mi ... aku lebih suka gaun hasil karya, Mas Zefki." Ucapnya, sambil menundukkan kepalanya.
Zefki mendengar kata 'Mas' yang keluar dari mulut Raceh.
"Cih di depan orang banyak. Dia baru berani ngomong begitu!" Ucap, Zefki dalam hatinya.
"Oh, jadi kamu suka, Ra?" Tanya Nyonya Clement, lalu menghampiri Raceh.
"I ... iya, Tante."
"Ya, sudah Pak designer. Buat gaun yang seperti yang di gambar anak saya." Tutur, Nyonya Clement.
Designer itu pun mulai mengukur badan Raceh dan Zefki pun lagi-lagi mencuri-curi pandang melihat Raceh. Sang designer juga mengukur badan Zefki untuk setelan jas yang akan dia gunakan.
Disaat yang lain juga ikut diukur badannya untuk baju seragam,
Raceh menghampiri Zefki yang sedang sibuk kembali dengan laptopnya.
Raceh mencoba menawarkan minuman untuk Zefki,
"Apakah Tuan Muda haus?" Ucapnya, sambil menyodorkan sebotol minuman ringan.
Zefki segera mengambilnya dan langsung meminumnya. Lalu mengucapkan,
"Thanks."
"Ehmmm, Tuan Muda. Terima kasih banyak, ya. Gaun yang Tuan Muda rancang, saya sangat menyukainya." Ucap, Raceh.
"Utang mu, bertambah!" Seru, Zefki.
"Ma ... maksud, Tuan Muda. Utang apa?" Raceh menimpali perkataan Zefki.
Akan tetapi, pria tidak menjawab dan memilih kembali fokus pada laptopnya.
Raceh lalu melirik Asisten Sutan, untuk meminta jawaban. Tapi wajahnya tidak menunjukkan jika dia mengetahui jawabannya.