Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Krisis

Sore hari, diantara pepohonan dalam hutan, Ye Chen yang sedang berjalan sambil menggigit daging kering terakhirnya tiba-tiba berhenti dan menghela nafas.

Sudah hampir enam jam sejak Ye Chen meninggalkan desa Siqing, dan selama enam jam perjalanan, dia hampir menghabiskan perbekalannya. Pada awalnya, dia berpikir bahwa perbekalan yang dia siapkan di awal sudah lebih dari cukup untuk sampai ke desa Dayun, tapi dia tidak berharap bahwa konsumsi makanan dan minumannya dalam perjalanan sangat besar.

Sekarang, perbekalannya sudah benar-benar menipis, dan kabar buruknya lagi dia tidak tahu entah kapan akan sampai ke desa lain. Nasibnya juga buruk, selama perjalanan, dia tidak menemukan orang lain, atau bahkan hewan yang bisa di buru.

Melihat hari sudah menjelang malam, Ye Chen benar-benar tidak berdaya dan memilih untuk mencari tempat peristirahatan sementara sampai besok pagi.

Sebenarnya dia tidak ingin membuang-buang waktu di hutan belantara semacam ini, tapi dia tahu bahwa berjalan di hutan malam hari, terutama sendirian, resikonya akan jauh lebih besar. Terutama binatang buas sejenis serigala yang selalu berburu secara berkelompok dan sangat sulit untuk di hadapi.

Untungnya, ketika langit belum benar-benar gelap, Ye Chen menemukan sebuah celah kecil di kaki gunung. Tidak bisa dikatakan sebagai gua, karena celah kecil yang terlihat tertutup ilalang itu hanya bisa di masuki oleh satu orang. Selain itu, meskipun di dalam celah sedikit lebih besar dengan tinggi dan lebar satu setengah meter, tidak mungkin gua itu menjadi sarang binatang buas.

"Haah...."

Membaringkan dirinya di tanah yang ada di dalam gua, Ye Chen segera merasakan ketidakberdayaan dan kelelahan ekstrem mulai melanda tubuhnya.

Tidak pernah terpikirkan di awal bahwa perjalanan yang sepertinya akan mudah menjadi sangat melelahkan dan membosankan.

Tersenyum kecut, Ye Chen membuang semua pikiran di kepalanya dan mulai menutup mata untuk beristirahat sambil menunggu hari esok. Tepat disaat waktu yang bersamaan Ye Chen sedang bernafas dan menutup matanya, tiba-tiba dia mencium aroma manis di dalam gua, dan tidak bisa untuk tidak segera terbangun.

Kemudian berdiri dengan cepat dan sekali lagi mencoba mendeteksi datangnya aroma manis tersebut, Ye Chen segera menemukan bahwa asalnya memang dari dalam gua, atau lebih tepatnya ada di kedalaman gua.

Penemuan itu membuat Ye Chen bersemangat, dia tidak berharap bahwa akan ada seseorang yang memberinya bantal disaat dia ingin tidur.

"Benar-benar buah!"

Ye Chen bersemangat dan tidak bisa untuk tidak tersenyum saat menyaksikan apa yang dia temukan setelah masuk sejauh lima meter kedalam gua. Itu adalah pohon yang sebenarnya hanya memiliki tinggi satu meter, tapi memiliki lima buah berwarna kuning cerah seukuran kepalan bayi diam-diam tumbuh di kegelapan gua.

Tentu saja Ye Chen tidak tahu buah macam itu, tapi dari aromanya yang manis, dia pikir buah ini pasti bisa dimakan. Untuk lebih tepatnya, dia juga segera mengulurkan tangannya untuk mencoba satu.

Tapi kemudian, Ye Chen segera merasakan krisis, dan sosok hitam terbang kearahnya dengan diiringi rasa sakit yang segera datang dari tangannya.

"Ah!"

Dia menjerit dan mundur kebelakang sambil mengibaskan lengan kanannya.

"Sial!"

Ye Chen segera menggertakkan giginya saat tahu bahwa yang menyerang dirinya adalah seekor ular, dan bahkan bekas gigitannya sudah tercetak di punggung tangannya.

Ceroboh!

Ye Chen tidak bisa untuk tidak memikirkan betapa bodohnya dirinya. Ini adalah hutan belantara, dan hal-hal berbahaya pasti akan selalu menemaninya. Kecerobohan sedikit benar-benar mengakibatkan konsekuensi yang fatal.

Pada saat yang sama, Ye Chen juga segera merasa bahwa seluruh tubuhnya mulai memanas.

"Ular yang beracun? Sialan!" Ye Chen benar-benar marah dan menoleh kearah ular di tanah.

Berwarna hitam dengan corak-corak putih di sekujur tubuhnya, ular yang memiliki ketebalan lengan pira dewasa, tapi hanya memiliki panjang satu meter itu saat ini sedang menjulurkan lidahnya dengan suara mendesis, dan menatap Ye Chen dengan kedua matanya yang berwarna kuning pucat dalam kegelapan.

"Aku akan membunuhmu!"

Ye Chen sangat marah, dan mulai mengambil pedang kecil untuk mencabik-cabik ular itu. Tapi yang tidak dia ketahui adalah, ular itu ternyata benar-benar lincah. Berapa kali pun Ye Chen berusaha untuk memotongnya, ular itu akan meliuk ke samping kanan dan kiri dengan mudah. Kecepatan dan reaksi ular itu benar-benar diluar pemahamannya.

Pada saat saat yang sama, rasa panas seperti terbakar mulai semakin terasa di seluruh tubuhnya, bahkan tangan kanan bekas gigitan ular itu mulai gemetar.

"Sialan! Sialan! Berhenti mengelak!"

Ye Chen menjadi sangat marah dan mengejarnya dengan ganas. Akan tetapi, ular itu sepertinya sedang meledeknya, sama sekali tidak memberinya kesempatan dan selalu bisa menghindar dengan mudah. Sekalipun Ye Chen mencoba memotongnya sampai ratusan kali, ular itu benar-benar bisa menghindarinya.

Pada akhirnya, Ye Chen yang merasa bahwa tubuhnya mulai basah karena keringat, dan mati rasa karena racun ular itu mulai bekerja mencoba untuk menenangkan dirinya.

Dia tidak bisa melakukannya seperti ini terus, dia harus memikirkan cara, dan memutuskan untuk perlahan-lahan berjalan kearah ular yang sedang memandang dirinya dengan dingin.

Dengan tangan kanan yang mulai gemetar, Ye Chen berencana untuk menangkapnya dengan kosong.

Tentu saja ular itu tidak akan mengizinkan manusia untuk menangkap dirinya dengan mudah, terutama manusia seperti Ye Chen. Tapi kali ini dia tidak menghindar, karena Ye Chen hanya menggunakan tangan kosong, ular itu mulai menjulurkan kepalanya dan dengan gesit segera menggigit tangan kanan Ye Chen lagi.

"Ah!" Ye Chen sekali lagi menjerit karena sakit di gigit, tapi rasa dingin tiba-tiba muncul di kedua matanya, dan tangan kirinya yang memegang sedang pedang kecil dengan cepat menebas.

Slash

Ular itu benar-benar terpotong menjadi dua bagian. Satu bagian tubuhnya jatuh ke tanah, sementara bagian lainya masih menempel karena kepalanya dengan kuat menggigit tangan Ye Chen.

"Sial!"

Mengambil setengah badan ular itu sambil meringis karena menahan rasa sakit, Ye Chen melempar tubuhnya ke dinding gua dengan marah.

Setelahnya, tubuh Ye Chen seketika menjadi goyah dan akhirnya jatuh ke tanah, tapi dia sama sekali tidak senang dan dengan sekuat tenaga untuk bangkit. Tapi percuma, karena racun ular menyebalkan itu sudah hampir melumpuhkan seluruh tubuhnya.

Ye Chen tidak menyerah, sekalipun dia tidak bisa berdiri, dia bisa masih merangkak, dan dengan susah payah, akhirnya sampai pada buah yang menyebabkan malapetaka di awal.

Mengambil satu dengan tangan kirinya, Ye Chen dengan tegas tanpa memikirkan resiko apapun mulai menggigitnya dan menelannya kedalam perut.

Tidak peduli apa, entah buah itu beracun atau tidak, Ye Chen yakin bahwa buah itu pasti tidak sesederhana karena ada seekor ular bajingan yang menjaganya. Sekalipun memang beracun, tanpa memakannya dia juga pasti akan mati karena racun. Jadi dia hanya bisa bertaruh bahwa buah itu akan memberinya keajaiban.

Sayangnya, kata "keberuntungan" tampaknya tidak pernah memihak kepadanya.

Tepat ketika satu buah penuh habis tertelan, rasa panas yang lebih kuat daripada racun ular tiba-tiba meledak di perutnya. Kemudian menyebar ke seluruh tubuhnya, dan rasa sakit yang tidak bisa dia tahan datang.

"Ah!" Ye Chen mulai menjerit dan berguling-guling di dalam gua dengan gila.

Entah telah berapa lama waktu telah berlalu, suara di dalam gua akhirnya berhenti, dan gua yang sunyi tanpa gerakan sekali lagi menjadi tenang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel