Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Berikan aku pekerjaan

Perlahan aku mulai membuka mata ini yang masih terasa berat, tubuhku terasa rontok seakan tanpa tulang. Aku merasa benar-benar lemah, itulah yang selalu aku rasakan setelah Henry menggagahiku dengan cara yang seperti biasa ia lakukan. Tak ada kelembutan, apalagi rasa cinta. Apakah aku bisa bertahan selama kontrak itu belum berakhir? Aku memejamkan kedua mata ini erat, bulir air mata keluar dari pelupuk mataku. Mengingat kembali apa yang terjadi semalam.

Kenapa harus aku yang menanggung kesalahan ayah dan kakakku? Kenapa harus aku? Masih seperti mimpi rasanya jika aku harus berakhir seperti ini, menjadi istri kontrak seorang Henry Bastian Campbell. Bukan istri, lebih tepatnya seorang budak dan tawanan. Ya, aku adalah budak dan tawanan Henry Bastian Campbell. Pernikahan kami hanyalah kedok agar apa yang Henry lakukan padaku adalah sah di mata hukum.

Aku terisak dalam tangis, menyesali nasib dan menyesali apa yang sudah terjadi padaku. Tak mau dianggap lemah dengan menangis di depan pria yang masih terlelap tidur seolah tanpa dosa di sebelahku, aku mencoba untuk bangkit dari ranjang meskipun dengan tubuh lemah. Langkah kakiku tertatih menuju ke kamar mandi, rasa nyeri di pusat tubuhku kembali terasa setiap kali aku menampakkan kakiku untuk berjalan.

Aku mengernyit merasakan nyeri saat air dalam shower mulai mengalir membasahi tubuhku. Pria kejam berkedok suami itu banyak memberikan tanda di hampir setiap bagian tubuhku. Di bawah air yang mengalir di atasku, aku menangis sejadi-jadinya. Aku luapkan perasaanku sepenuhnya agar dada ini tak terasa sesak karena harus menanggung beban yang berat.

Aku harus bangkit, aku tak bisa terus seperti ini. Aku akan mencari cara agar Henry dapat memberikan aku kebebasan. Pria itu tak bisa terus bersikap semena-mena dengan mengurungku di rumah ini, rumah mewah yang bagiku seperti penjara. Hidup tanpa tujuan di dalam sangkar emas, itulah yang aku rasakan sekarang. Karena itu aku harus bangkit, setidaknya hidupku tak hanya bergantung mengandalkan pria kejam itu lagi. Aku harus memiliki pekerjaan agar aku bisa berdiri dengan kedua kakiku sendiri, dan jika kebebasanku sudah tiba, aku akan memiliki tujuan hidup yang lebih baik daripada harus hidup tanpa arah dan tujuan seperti sekarang.

“Berikan aku pekerjaan,” ucapku tegas pada pria yang duduk di tepi ranjang.

Henry mendengus, ia tersenyum sinis berpaling menatapku yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya berbalut jubah mandi.

“Apa?? Apa aku tidak salah dengar?” Henry tersenyum sinis, cukup terkejut dengan apa yang baru saja aku katakan padanya.

“Tidak, aku ingin memiliki kesibukan selain hanya menjadi istri pelampiasanmu di rumah ini,” tegasku sekali lagi dengan tanpa ekspresi memberanikan diri menatapnya.

“Kau mencoba bernegosiasi denganku, Angelina? Katakan alasan apa yang membuatku harus mengabulkan keinginanmu itu?” Henry berdiri mendekatkan wajahnya padaku yang tak bergeming sedikit pun saat manik mata birunya menatap tajam padaku.

“Pertama, aku tak akan pernah mengusikmu berhubungan dengan wanita manapun, seperti kekasih modelmu itu. Kedua, dalam perjanjian kontrak kita tak ada larangan untuk pihak kedua bekerja dan mencari kesibukan selama itu masih dalam lingkup pihak pertama. Jadi, aku masih berhak untuk mendapatkan pekerjaan sebagai kesibukanku selama aku masih patuh dalam isi perjanjian kontrak itu,” terangku dengan suara cukup lantang.

“Bagus sekali! Aku tak menyangka kau ternyata adalah wanita yang cukup cerdas, Angelina Louis. Aku pikir kau adalah gadis manja yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang ayahmu saja. Tetapi kini, kau rupanya ingin sebuah kebebasan dengan alasan bekerja?” Henry menyentuh wajahku agar semakin dekat menatapnya, “Apa kau yakin kau bisa bertahan jika aku memberikan sebuah pekerjaan berat yang mungkin tak pernah kau bayangkan sebelumnya, Angelina?” Henry mengangkat sedikit sudut bibirnya seakan pandangannya kali ini terlihat seperti meremehkanku.

“Apa kau meragukan kemampuanku, Henry Bastian Campbell?” aku menyahut menantangnya dengan sikap penuh percaya diri.

Henry tertawa, namun aku sama sekali tak bergeming sedikit pun di depannya.

“Baiklah, Angelina. Kita lihat seberapa keras kau akan berusaha bertahan nanti. Aku akan mempersiapkan sebuah pekerjaan yang pantas untukmu di perusahaanku. Namun, tentunya kau akan terus ada dalam pengawasanku!” ucap Henry penuh penekanan, “Persiapkan dirimu, dan ingat jangan sedikit pun membuat ulah yang melanggar isi perjanjian kontrak kita! Jika tidak, bisa aku pastikan kau akan mendapatkan hukuman berat dariku!” Setelah mengucapkan kalimat bernada ancaman itu, Henry masuk ke dalam kamar mandi dengan suara pintu yang sengaja di tutup keras olehnya.

***

Hari yang dinantikan akhirnya pun tiba, seperti yang Henry janjikan waktu itu padaku untuk memberikanku pekerjaan di perusahaan besar miliknya, Campbell Corporation. Sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam bidang IT terbesar di New York City, bahkan masuk dari sepuluh besar perusahaan IT di seluruh dunia.

Seperti yang aku duga jika pria kejam itu memberikan jabatan padaku yang paling rendah di perusahaan tersebut, yaitu sebagai seorang staf magang di Campbell Corporation. Bagiku tak masalah pria itu memberikanku jabatan apa pun sekalipun itu hanyalah seorang staf perusahaan. Karena yang terpenting bagiku adalah aku bisa keluar untuk mencari kebebasanku sendiri meskipun itu masih dalam ruang lingkup Henry Bastian Campbell.

“Perkenalkan semua, dia adalah karyawan magang baru yang bekerja di tim kita, Angelina Louis.” Nickollas Franklyn seorang tim leader memperkenalkanku pada para anggota timnya.

“Selamat pagi. Perkenalkan saya Angelina Louis yang akan mulai bekerja hari ini. Mohon bimbingan para senior semua, terima kasih.” Aku memberikan senyuman terbaikku pada semua orang yang kini tampak menatapku dengan pandangan penuh selidik.

“Wah, cantik sekali. Apa kau sudah menikah, Miss. Louis?” celutuk seorang staf pria padaku.

“Maaf, kebetulan saya masih single,” jawabku dusta tetap tersenyum sebaik mungkin di depan mereka semua yang tampak memperhatikanku.

“Wah, kebetulan sekali!” pria itu menyahut girang.

“Jangan katakan jika kau ingin menggoda staf junior kita, Stephen!” sahut seseorang menimpali.

Suara tawa mulai terdengar, membuat beberapa dari mereka terkekeh dengan guyonan mereka.

“Sudah cukup! Lanjutkan pekerjaan kalian, jangan membuat keonaran, akan menjadi masalah jika sampai Mr. Henry Campbell datang.” Nickollas menoleh padaku, “Mulailah bekerja, Angelina. Rekanmu, Sandra akan memberikan pengarahan apa saja yang harus kau lakukan,” perintah Nickollas berwibawa.

“Baik, terima kasih, Sir.” Aku mengangguk tersenyum penuh semangat.

“Bagus, jika kau mengalami kesulitan jangan sungkan bertanya padaku.” Pria berambut pirang pasir itu mengulas senyum, sebelum pergi meninggalkanku yang akan mulai bekerja sebagai staf magang di perusahaan milik suamiku sendiri.

Namun, siapa yang tahu, jika aku adalah istri dari CEO mereka, Henry Bastian Campbell. Sesuai apa yang tertulis di dalam kontrak, jika di luar rumah kami tidaklah saling mengenal satu sama lain. Bahkan seluruh dunia tak ada yang tahu jika CEO Campbell Corporation kini sudah menikah, walaupun pernikahan itu terjadi hanyalah sebatas pernikahan kontrak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel