Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Little Sister

Chapter 3

Little Sister

"Beck, aku harus kembali bekerja," rintih Sophie pagi itu ketika Beck terus mencumbui dadanya yang kenyal.

"Aku atasanmu, kenapa kau begitu risau?" Beck mengingatkan Sophie yang dadanya sedang ia cumbu dengan rakus. Sophie adalah kekasihnya sekaligus sekretaris di kantornya.

"Kau sangat nakal," erang Sophie seraya meremas rambut Beck, menekan kepala kekasihnya seolah memperdalam kenikmatan yang dapatkan dari Beck.

"Oh, sial. Kau memang  sangat menggairahkan, sayangku."

Beck menarik celana dalam yang di kenakan Sophie. Memasukkan dua jari sekaligus ke dalam tubuh Sophie sementara bibirnya menjelajah kulit leher Sophie yang lembut. Lidahnya menjilati kulit belakang telinga Sophie, menggoda kekasihnya dengan cara yang luar biasa ahli.

"Beck, aku ingin dirimu." Sophie mengerang, suaranya terdengar sangat serak, tetapi seksi. Cara Beck menggoda tubuhnya membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan fakta bahwa ia menginginkan Beck memenuhinya dengan segera.

Beck membalik tubuh Sophie menghadap meja kerjanya, membungkukkan tubuh kekasihnya lalu membuka ikat pinggangnya, tanpa melepaskan pakaian Beck mulai memasuki Sophie dari belakang setelah memasang pengaman terlebih dulu. Pria itu menggerakkan pinggulnya perlahan, menggoda Sophie dengan cara yang sangat ahli hingga Sophie menjerit-jerit memanggil namanya, memohon agar Beck menambah ritmenya lalu ketika Beck memberikan apa yang diminta kekasihnya, wanita itu semakin menjerit memanggil namanya.

"Malam ini aku akan menginap di apartemenmu," geram Beck setelah ia mendapatkan kepuasannya, perlahan tubuhnya yang karas melemah lalu ia memisahkan dirinya menjauh dari Sophie yang tampak lemas tengkurap di atas meja.

"Kau telah lama tidak menginap," ujar Sophie yang sedang mengancing kemejanya.

Sophie, gadis itu tidak pernah mempermasalahkan status Beck yang memiliki tunangan, bahkan saat ia tahu jika Beck di jodohkan dengan Vanilla, wanita itu bisa menerima dengan lapang dada dan bersikap tenang membuat Beck semakin memuja Sophie yang tidak pernah menuntut apa pun darinya.

Beck tidak menyahut, sudah biasa seperti itu setiap kali gairahnya tuntas dia tidak berminat lagi berbicara pada Sophie bahkan tidak ingin kulitnya disentuh dan Sophie sudah memahami Beck sepenuhnya.

"Baiklah, aku kembali ke tempat kerjaku, jika kau butuh sesuatu panggil aku," ujar Sophie lalu melangkah meninggalkan Beck di ruangannya sendiri.

Setelah membuang pengaman ke tempat sampah dan membersihkan dirinya, Beck merapikan pakaiannya. Ekspresi wajahnya tampak puas. Sophie adalah wanita cantik yang dengan suka rela menuruti seluruh perintahnya, terutama selalu menuntaskan gairahnya kapan saja. Itulah salah satu alasan Beck menjadikan Sophie sebagai sekretaris di kantornya.

Sudah satu bulan Vanilla tidak mengganggunya lagi. Beck merasa hidupnya yang damai telah kembali, ia bebas menggunakan tubuh Sophie kapan saja tanpa harus ketakutan dengan ancaman Vanilla, seperti saat jam kantor selesai, ia tidak harus buru-buru kembali ke rumahnya karena Vanilla selalu memantau keberadaan Beck. Gadis itu sejak dulu memegang kendali dalam hidup Beck karena orang tua Beck selalu mendengarkan Vanilla. Terutama ibunya yang selalu mengatakan jika Vanilla harus menjadi menantunya dan orang tua Beck benar-benar merealisasikan keinginan mereka dengan menjodohkan dirinya dengan Vanilla sehari sebelum Vanilla pergi melanjutkan studinya ke New York.

Sejak orang tua Vanilla membeli rumah tepat di samping rumah keluarga Peyton, orang tuanya jatuh cinta pada Vanilla. Beck yang tadinya menjadi anak tunggal tiba-tiba dibebani tugas menjaga Vanilla, gadis kecil yang berusia dua tahun lebih muda darinya. Setiap hari mereka berangkat dan kembali dari sekolah bersama hingga mereka sama-sama tumbuh remaja. Kebiasaan itu seolah menjadi biasa saja dan Beck mulai bersikap layaknya kakak terhadap adiknya, sayangnya ketika Vanilla tumbuh menjadi gadis remaja Beck justru jatuh cinta pada Sophie, teman di kampusnya.

Sophie cantik, gadis berambut pirang itu memiliki liuk tubuh paling indah dan mendapatkan Sophie adalah prestasi paling gemilang bagi Beck karena Sophie adalah salah satu gadis terseksi di kampus. Dan Beck tahu jika Vanilla sangat cemburu kepada Sophie, ia bahkan terang-terangan memanggil Sophie dengan panggilan sabun. Vanilla juga tidak pernah menyapa Sophie setiap kali mereka bertemu, gadis itu selalu cemberut dan menunjukkan sikap memusuhi Sophie. Berulang kali Beck memberi penjelasan, tetapi percuma saja Vanilla tetap tidak bisa menerima jika Beck dan Sophie saling mencintai.

Baru saja Beck duduk di kursi kerjanya, ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari Nick.

"Hai, Nick," sapa Beck.

"Aku hanya ingin mengingatkan," ujar Nick tanpa berbasa-basi, "nanti malam adalah acara reuni sekolah kita dan kau telah berjanji padaku untuk datang bersama Vanilla."

"Damn it!" umpat Beck. "Aku hampir saja lupa."

Benar-benar sial, malam ini rencananya Beck akan bercinta dengan Sophia hingga puas karena sejak Vanilla kembali ke Barcelona ia tidak bisa bergerak dengan leluasa. Gadis itu menggentayangi pikirannya, setiap ia hendak keluar untuk menginap di apartemen Sophie, tiba-tiba saja Vanilla memanggilnya. Gadis itu memiliki kode akses tempat tinggalnya dan juga kamera pengintai di rumahnya bahkan bisa di akses melalui ponselnya.

Vanilla tahu betul kelemahan Beck, ia menekan Beck dengan ancaman-ancamannya sementara Beck sangat takut dengan ancaman Vanilla karena ibunya selalu berkata sekali saja Beck mengecewakan Vanilla maka wanita itu tidak akan segan-segan untuk menarik semua fasilitas yang Beck terima. Termasuk perusahaan yang kini Beck pimpin, perusahaan itu hingga saat ini masih berada di bawah nama ibunya, Lucy Peyton. Dengan kata lain Beck hanya seorang karyawan biasa di mata ibunya.

"Terserah kau datang atau tidak di reuni itu, yang jelas kau harus memastikan Vanilla tiba di depanku dengan selamat," ucap Nick dengan nada serius.

"Astaga, aku tahu. Aku sendiri yang akan melemparkan Vanilla padamu," ujar Beck tak kalah serius.

"Aku tidak sabar ingin bermain-main dengan Vanilla." Nick terkekeh.

"Aku hanya memintamu menjauhkan Vanilla dariku dan Sophie. Bukan menyuruhmu mempermainkannya," sungut Beck.

"Kau mengatakan terserah mau kuapakan Vanilla, kau cepat sekali berubah," protes Nick.

"Jangan sekali pun kau membuatnya menangis," ujar Beck yang diam-diam mengeratkan rahangnya dan di dalam benaknya mengutuk ucapannya kepada Nick beberapa waktu yang lalu karena sepertinya Nick sangat serius ingin mendekati Vanilla.

"Ck, tentu saja tidak. Baiklah, sampai jumpa malam ini, Beck." Nick memutuskan sambungan teleponnya.

Sementara Beck menatap layar ponselnya yang mulai meredup. Tidak dipungkiri jika ia mulai merasa tidak nyaman karena ucapan Nick barusan. Ia khawatir jika Nick benar-benar mempermainkan Vanilla, tidak tega jika melihat air mata Vanilla mengalur di pipinya yang mulus. Meski tidak memiliki perasaan cinta kepada Vanilla sedikit pun, tetapi ia memiliki rasa kasih sayang kepada gadis itu sebagai adik perempuannya.

Bersambung....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel