Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####6

Alisya duduk di atas ranjang, dengan tangan memegang ponsel. Dia berusaha menghubungi Axel, untuk menanyakan maksud perkataan ayahnya tadi. Jika benar, apa-apaan Axel? Kenapa juga harus menitipkannya pada Andra? Dia bisa jaga diri sendiri!

Alisya menatap layar ponselnya dengan sebal, karena Axel tak kunjung menjawab teleponnya. Akhirnya Alisya mengirimkan banyak pesan berisi protes dirinya terhadap tindakan Axel.

Alisya melemparkan ponselnya secara asal, kemudian membaringkan tubuhnya dengan gerakan kasar. Alisya teringat ekspresi wajah Alvina barusan saat Sarah berkata Andra sanggup mengantarnya kuliah nanti. Ada rasa iri dalam tatapan mata Alvina. Dan Alisya sangat menyadari itu.

Alvina selalu berkata kalau Andra itu galak dan dingin, juga terlihat tak peduli pada adik-adiknya. Mungkin, Alvina juga ingin bisa diperhatikan oleh semua kakaknya. Dan mungkin dia merasa iri mendengar Andra mau mengantarnya.

"Kenapa juga dia mau? Kenapa dia tak menolak saja sih? Bukannya aku ini merepotkan baginya?" Alisya bertanya pada dirinya sendiri dengan perasaan kesal. Ayolah, ini adalah hari keduanya tinggal di Jakarta. Jangan sampai semuanya kacau karena masalah sepele. Jangan sampai nantinya Alvina malah marah padanya.

Alisya menghembuskan nafas kasar, mulai merasa pusing karena emosinya sendiri. Dia lalu menarik nafas panjang, dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah itu, Alisya hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Keluar kamar pun, rasanya dia belum siap.

***

Pagi hari, Alisya langsung bersiap-siap untuk pergi keluar rumah. Dia ingin berbelanja, membeli beberapa pakaian dan juga peralatan untuk kuliah nantinya. Alisya tak sarapan di rumah, dan memilih untuk sarapan di luar saja. Sejak semalam sampai sekarang, dia belum bicara lagi dengan Alvina. Dan suasana memang jadi sangat canggung.

"Yah, aku mau keluar untuk membeli beberapa barang. Aku juga akan sarapan di luar saja." Alisya meminta izin pada sang ayah yang sedang menikmati teh hangat di ruang keluarga.

"Sendirian saja?" tanya Hendra dengan alis berkerut.

"Emh, iya. Aku akan pesan ojek online saja, Yah. Aku gak akan tersesat kok," ujar Alisya cepat, berusaha meyakinkan ayahnya.

"Ya sudah kalau begitu. Coba kamu hubungi Andra dan minta dia untuk transfer uang ke rekeningmu. Untuk kamu belanja sekarang," ucap Hendra. Alisya terdiam mendengar itu. Tentu saja dia enggan untuk menghubungi Andra.

"Tak perlu, Yah. Uang bulan kemarin juga masih ada. Dan kemarin malam Kak Axel juga kirim uang padaku." Alisya berbohong. Uang sisa bulan kemarin memang masih ada dan pasti cukup jika hanya untuk beli barang yang dia perlukan. Dan dia berbohong tentang uang kiriman Axel. Karena sebenarnya pria itu belum bisa dihubungi sejak semalam. Pesan Alisya pun belum ada yang dibalas.

"Benarkah? Ya sudah, kalau begitu kamu hati-hati di jalan. Jika ada sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi Andra." Lagi, nama itu yang disebutkan. Alisya pun hanya mengangguk saja walau dalam hati dia berjanji tak akan pernah menghubungi Andra. Tidak akan pernah.

Setelah mendapatkan izin, Alisya pun langsung berpamitan. Udara pagi yang segar langsung menyapa Alisya saat dia keluar dari rumah. Dia berjalan dengan riang menyusuri halaman menuju gerbang. Setelah berdiri di depan gerbang, Alisya mengambil ponselnya untuk memesan ojek atau taksi online. Namun, baru saja Alisya membuka aplikasi berwarna hijau tersebut, sebuah mobil mewah berwarna silver berhenti di depannya. Alisya terdiam dengan kening berkerut, karena mengenal mobil itu milik siapa.

"Mau kemana? Ayo masuk. Aku antar." Singkat, padat, jelas dan sinis. Alisya berkacak pinggang, menatap balik Andra dengan tatapan sinis dan sebal.

"Tak perlu. Aku bisa pergi sendiri," balas Alisya dengan ketus. Dia berbalik, lalu berjalan menjauhi mobil Andra. Tentu saja Andra tak membiarkan itu. Dia keluar dari dalam mobil, dan menarik paksa Alisya untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Menurut, dan jangan memancing kemarahanku," desis Andra.

"Hei! Biarkan aku pergi! Aku bisa sendiri! Aku tak butuh bantuanmu!" Alisya berteriak keras pada Andra dan berusaha membuka pintu mobil yang sudah terkunci.

"Lalu apa? Mengadu pada Axel kalau aku mengabaikanmu begitu?" tanya Andra dengan sinis.

"Axel lagi. Memangnya ada apa dengan Kak Axel? Jika pun dia mengancammu, kenapa harus takut padanya sih? Dia juga manusia. Bukan setan," gerutu Alisya kesal.

"Ya. Kau mengadu padanya lalu Axel yang mengadu pada ayahmu dan ujung-ujungnya aku yang disalahkan." Alisya menatap Andra tak percaya. Seburuk itukah dirinya dimata pria itu?

"Asal kamu tahu saja, aku tak pernah mengadu kepada siapapun! Camkan itu!" seru Alisya marah. Andra hanya berdecih pelan mendengar itu. Selanjutnya, suasana dalam mobil kembali tegang dan sangat tak nyaman. Alisya bersedekap dada, dengan jantung berdebar kencang karena amarah yang menggelora. Dia sudah merencanakan banyak hal untuk hari ini, dan Andra datang menghancurkan paginya yang tentram. Sialan.

Setelah beberapa menit di perjalanan, mobil Andra pun berhenti di parkiran sebuah restoran. Mata Alisya memicing tajam melihat tempat yang dikunjungi Andra.

"Mau apa ke sini?" tanya Alisya sinis.

"Menurutmu?" Alisya berdecak kesal dengan respon Andra yang menyebalkan.

"Cepat turun dan ikut aku masuk ke sana." Andra memberikan perintah.

"Gak. Aku akan pergi sendiri." Alisya menolak dengan tegas.

"Ikut aku masuk atau aku kunci di sini sendirian?" ancam Andra. Alisya menggeram marah karena perkataan Andra. Kenapa pria itu semakin menyebalkan sih?!

Akhirnya, walau hati dongkol Alisya tetap mengikuti perintah Andra. Dari pada dikunci dalam mobil sendirian, ya tentu saja mending ikut Andra masuk ke dalam restoran. Dia juga bisa ikut makan jadinya.

Ditraktir gak ya?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel