Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. First Time

Keraguan merayap di benak Eileen saat wanita berumur 30 tahunan dengan wajah cantik dan tubuh langsing itu menyuruhnya untuk membuka masker. Karena katanya, dia bukan bekerja sebagai cleaning service biasa, melainkan sebagai cleaning service di ruangan president. Kontan saja kabar ini membuat Eileen terkejut, mengira bahwa dirinya hanyalah cleaning service yang membersihkan lantai, toilet, dan setiap ruangan yang ada di perusahaan setinggi puluhan lantai ini.

"Kami harus memastikan bahwa identitas anda tidaklah palsu, jadi harap buka masker anda."

Eileen menunduk. Merasa tak siap jika harus kembali membuka maskernya. Cukup malam itu lelaki lima tahun lalu yang telah melihat keseluruhan wajahnya bahkan seluruh tubuhnya hingga menghasilkan Vincent. Seandainya saja keadaannya tidak mabuk, Eileen pasti bisa mengingat dengan jelas siapa lelaki itu. Dan yang mengenal Ayah dari puteranya sekarang hanyalah temannya yang menyuruhnya untuk menggoda pria itu. Namun sangat disayangkan, karena temannya itu kini berada di negara yang berbeda.

Sialan sekali bukan hidupnya?

"Saya sedang tidak sehat, Mam."

Dilihatnya wanita bername tag Diana itu bersidekap. Menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kalau-"

Brak.

Pintu terbuka. Menampilkan sosok tinggi, tegap, dan jelas tampan. Menatap Diana dengan tajam. "Apa kau sudah menemukan cleaning service itu? Kau tahu bahwa president bukanlah orang yang sabaran, bukan?"

Diana menunduk sekilas, memberikan penghormatan seolah pria ini adalah atasannya. "Saya menemukannya, Tuan Daniel." Mata Diana melirik Eileen sejenak sebelum kembali menatap wajah tampan pria yang dipanggil Daniel. "Tapi, dia tidak mau melepaskan maskernya."

Tatapan Daniel langsung tertuju pada Eileen. Matanya melebar sesaat karena terkejut jika wanita yang melamar sebagai cleaning service adalah wanita yang dilihatnya beberapa hari lalu bersama Aeron. Wanita yang memiliki anak sama persis dengan bentuk wajah Aeron. Dengan cepat, Daniel kembali merubah raut kagetnya menjadi datar. "Kau di terima. Sekarang, ikut aku!"

"Eh?" Eileen menatap lelaki itu bingung. "Tapi-"

Daniel menggeleng. "Tidak ada waktu untuk menolak." Menarik lengan Eileen dengan cepat.

"T-tapi Tuan..." Diana berusaha mengejar namun pada akhirnya ia mengalah saat Daniel dan wanita bermasker itu masuk ke dalam lift. Jika sudah begini, maka ia pun tak bisa berbuat apa-apa.

***

"Ini cleaning service mu yang baru." Tunjuk Daniel pada dirinya. Yang kini terdiam kaku di hadapan empat orang lainnya yang menatapnya menilai.

Rebecca bergerak maju. "Buka maskermu!"

Lagi-lagi maskernya di permasalahkan.

"Saya-"

"Tidak perlu." Daniel menyengir lebar. "Aku yang menjadi jaminannya jika dia bermacam-macam."

Alis Rebecca terangkat sebelah. "Kau mengenalnya?"

"Ya dan tidak." Sahut Daniel tenang. Menatap Aeron dengan pandangan meminta pendapatnya. "Jadi, bagaimana menurutmu?"

Mata Aeron terus menatap Eileen dengan tajam. Seolah mampu menelanjangi wanita yang kini dihadapannya. "Kalau kepalamu menjadi jaminannya, aku akan menerimanya."

"Kau benar-benar kejam." Daniel bergumam lelah sambil mengusap wajahnya kasar.

Mengabaikan gerutuan Daniel, Rebecca mundur selangkah dan berdiri tepat dihadapan Eileen. "Kau diterima. Namun, ada beberapa syarat yang harus kau patuhi."

Eileen memiringkan kepalanya. Sedikit merasa terintimidasi atas tatapan lima orang di sekelilingnya saat ini. Mereka terlalu rupawan dan juga sedikit menyeramkan. Seolah aura aneh namun misterius mengelilingi mereka semua. Mencoba bertanya tanpa ragu. "Syarat?"

"Kau harus menjaga mulutmu apapun yang kau dengar baik di sengaja maupun tidak sengaja yang terlontar dari mulut kami berlima."

Dahi Eileen berkerut, namun ia memilih mengangguk tanpa mengucapkan suatu apapun. "Ada lagi?"

"Jangan pernah jatuh cinta pada keempat pria ini, apalagi Aeron. Paham?"

Syarat kedua Eileen sedikit tidak setuju. Bukan berarti dia ingin jatuh cinta, tapi seolah-olah dia dilarang untuk memiliki haknya tersendiri. "I think there's miss understanding here," gumamnya masih berusaha bersikap sopan. Menarik perhatian keempat lelaki yang sedari tadi hanya menatapnya seperti pertunjukan menarik. "Kenapa anda melarang saya untuk jatuh cinta? Sedangkan dalam pasal 12 saja disebutkan bahwa tidak seorang pun dapat diganggu dengan sewenang-wenang urusan pribadinya."

Kekehan kecil dari seseorang yang berdiri di sudut menarik perhatian Eileen dan juga Rebecca. Suara kekehan Avoz membuat Rebecca naik darah.

"Kau mengajariku?!" bentaknya membuat Eileen mundur selangkah. "Tidak tahu siapa kami? Kau bisa saja kami kuliti hidup-hidup."

Menggeleng polos. Eileen menelan salivanya susah payah. "B-bagaimana saya bisa tahu, anda saja tidak memberitahu saya siapa kalian. Lagipula, di pasal 9 tertulis bahwa tidak boleh seseorang di tangkap, di tahan, dan dibuang dengan sewenang-wenang."

"Haha~" Tawanya pecah, diikuti oleh kekehan para pria lainnya. Lelaki yang sedari tadi bersembunyi di balik bayangan mendadak muncul. "Sepertinya akan menarik jika kau berada disini~ siapa namamu?"

Eileen menahan napasnya kala wajah pria yang bertanya padanya itu hanya berjarak beberapa sentimeter darinya. "E-Eileen."

"Bagaimana, Aeron?" Avoz menyimpan kedua tangan dalam saku celana bahannya. " Lui sarà il nostro intrattenitore."

Aeron mengangguk tipis sebelum menatap wanita yang kini terlihat seperti mangsa yang siap di telan bulat-bulat oleh mereka semua. "Kau di terima. Bekerjalah secara maksimal karena aku tidak ingin melihat setitik debu pun ada di ruanganku. Karena kalau tidak, aku yang akan menjadikanmu debu, paham?!"

"Saya mengerti, Pak." Sahutnya dengan semangat. Merasa bersyukur bahwa dia di terima walau pada nantinya akan menjadi olokan sang anak. "Jadi, saya sudah boleh pergi, bukan? Saya ingin berganti pakaian."

Aeron mengangkat sebelah alisnya. "Silakan."

Menghela napas panjang, Eileen beranjak keluar ruangan yang terasa sangat mencekam tersebut. Dalam hati ia terus mengutuk kenapa bisa menjadi cleaning service lelaki itu? Dan bagaimana bisa wajah lelaki itu terlihat begitu rupawan, mirip sekali dengan puteranya.

Vincent...

Astaga, mereka memang mirip. Apakah mungkin dia ayahnya?

Eileen menggelengkan kepalanya berusaha untuk tidak berpikiran konyol. Mana mungkin lelaki dengan kedudukan tinggi seperti itu menidurinya. Menepuk pipinya beberapa kali dan segera masuk ke dalam toilet untuk berganti pakaian seragamnya.

Berharap bahwa selama bekerja tak ada masalah apapun yang menimpanya. Ya, semoga saja.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel